BANDUNG, Stabilitas.id – Saat ini perbankan dihadapkan dengan sejumlah tantangan dalam mempersiapkan organisasi yang tanggap dengan digitalisasi dan disrupsi inovasi. Untuk itu pelaku industri perbankan harus mengatur strategi pengembangan bisnis bank berbasis digital ketika memulai penciptaan talenta baru.
“Harus disadari bahwa saat ini muncul posisi atau keahlian baru untuk memperkuat fundamental ekosistem digital. Sementara kapabilitas individu belum sepenuhnya sesuai dengan kemampuan yang diperlukan. Di sisi lain, kebutuhan akan talenta digital lebih besar dibanding ketersediaanya,” papar Direktur SDM CIMB Niaga, Joni Raini dalam Panel Discussion LPPI HC-BPD Conference 2022 dengan tema “ONE Spirit in Creating Resilient Regional & National Talent” bertempat di Hotel Trans Luxury Bandung, Kamis 02 Juni 2022.
Maka dari itu, menurut Joni manajemen telenta yang dikreasi oleh bank harus berkesinambungan. Tujuannya adalah untuk menciptakan kesinambungan antara pemenuhan talenta dari dalam bank dan akuisisi telenta eksternal.
BERITA TERKAIT
“Caranya melalui proses identifikasi, review, dan kalibrasi talent untuk menghasilkan top talent dan emerging talent. Semua proses dilakukan dengan pengembangan kapabilitas digital dan data, yakni mengembangkan kemampuan teknis, lalu digital dan inovasi maindset, dan dari sisi kepemimpinan. Di era baru saat ini, penerapan cara kerja baru menjadi penting dengan semangat kolaborasi, kendati dilakukan secara hybrid,” urainya.
Sementara Direktur Human Capital Bank BRI, Agus Winardono mengatakan bahwa penyesuaian proses bisnis dan peningkatan optimalisasi digital mendorong penurunan kebutuhan jumlah pekerja. Untuk itu, bank perlu mengupayakan strategi tertentu agar pemberdayaan tenaga kerja tetap dapat dilakukan.
Bisa dimulai dengan memprediksi tenaga kerja dalam jangka panjang dengan cara mendorong bisnis untuk menerapkan rekayasa ulang proses bisnis, sembari melakukan peninjauan desain dan pembentukan organisasi secara berkala. “Rencana aksi selanjutnya adalah mengidentifiasi kompetensi talent yang dibutuhkan di masa depan seperti disrupsi manajemen, kemudian desain teknologi baru. Dan terakhir, bank bisa menjalankan strategi sumber daya yang baru terkait dengan model magang dan pola kemintraan,” ungkap Agus di kesempatan yang sama.
Menanggapi hal itu, Tedi Setiawan, Direktur Operasional bank bjb menjelaskan bahwa saat ini BPD terus melakukan transformasi sejalan dengan perkembangan industri dari sisi penciptaan SDM yang tangguh. Dimulai dengan melakukan transformasi Divisi Diklat bank bjb menjadi Corporate University sebagai kebutuhan strategis untuk memperoleh manfaat pembelajaran yang lebih baik.
Dalam menjalankan pengelolaan dan pelaksanaan pembelajaran, bjb University memperhatikan baik sisi back-end maupun front-end sehingga bisnis proses yang dijalankan secara utuh saling mendukung baik dari sisi pengelolaan pembelajaran secara internal maupun bagi pegawai. “Corporate University sangat berperan dalam pengembangan talenta di era digital dan menjadi juara lahir batin dengan beradaptasi terhadap perubahan. Dengan memiliki knowledge management, learning infrastructure dan menjadi business partner, merupakan kunci utama dalam peningkatan produktivitas pegawai & kinerja perusahaan,” jelas Tedi.
Direktur Utama Bank Jatim, Busrul Iman, dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa dalam proses penciptaan talent yang tanguh, BPD juga dihadapkan dengan tantangan dalam proses talent acquisition. Untuk itu, guna mendapatkan talenta yang baik, menurut Agus, bank harus memilih terlebih dahulu hal apa yang merupakan kualifikasi talent. “Bisa dilakukan dengan pemeriksaan sosial media, jejak hukum terkait dengan kriminalitas dan terorisme, pemeriksaan sertifikasi kompetensi, KPI & rekomendai, dan proses assessment.”
Sementara itu, Kepala OJK Institut, Agus Sugiarto saat memberikan Closing Remarks di akhir acara HC-BPD Conference 2022 menegaskan, OJK akan ters mendorong akselerasi digital di sektor jasa keuangan, khususya di BPD, antara lain mendukung proses capacity building SDM BPD. Sebab, memiliki uang dan teknologi tidak cukup bagi bank, tetapi butuh SDM yang siap mengelolahnya.
Untuk itu, OJK terus mendukung dan mendorong adanya pelatihan dan pengembangan SDM perbankan, khusunya BPD, sebagai bagian dari program prioritas transformasi digital BPD. “Digital ini penting karena ekonomi global sudah begerak ke arah digital, kemudian muncul perilaku digital, lalu digital native mendominasi generasi milenial. Jadi bank harus beradaptasi menuju digitalisasi,” jelas Agus secara virtual.
OJK telah mengembangkan cetak biru SDM sektor jasa keuangan, dengan salah satu fokus terkait adaptasi digitalisasi. OJK melihat akan ada perubahan fundamental di sektor SDM. “Akan muncul jenis pekerjaan baru dan ada pekerjaan yang hilang, juga keahlian baru yang harus disipakan. OJK selalu siap mendukung semua usaha BPD dan LPPI dalam melakukan persiapan transformasi SDM BPD ke depan,” demikian Agus. ***