Jakarta – Setelah bertahan di level 6,75 persen sejak 4 Februari 2011, Bank Indonesia (BI) akhirnya memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen ke posisi 6,25 persen untuk bulan Oktober 2011.
Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia mengungkapkan, keputusan pemangkasan dilakukan setelah sebelumnya bank sentral secara berturut-turut memberikan sinyal pemangkasan suku bunga lantaran inflasi yang terkendali. "Inflasi di 2011 akan lebih rendah dan bergerak di bawah 5 persen seiring dengan koreksi harga komoditas global," ujar dia di Jakarta, Selasa (11/10).
Dengan pemangkasan 0,25 basis poin, berarti suku bunga acuan kembali ke posisi pada periode 9 Agustus 2009-4 Februari 2011 yaitu 6,5 persen. Penentuan suku bunga di bulan Oktober ini terbilang cukup krusial. Sebab, selama bulan September 2011, pasar keuangan Indonesia goncang yang ditandai dengan jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Hal tersebut diikuti oleh volatilitas yang cukup tinggi di pasar modal Indonesia dalam kurun waktu 1 bulan terakhir akibat kekhawatiran akan terjadinya krisis utang yang menimpa beberapa negara Eropa dan AS. "Perhatian terutama ditujukan kepada dampak jangka pendek terutama bursa saham. BI memperhatikan pembalikkan modal asing di pasar keuangan domestik," kata Darmin.
Dikatakan Darmin, tekanan inflasi global mereda seiring dengan melemahnya perekonomian global. Namun inflasi di emerging market termasuk Indonesia masih tinggi. BI menilai, ke depan pertumbuhan ekonomi negara maju akan turun yang berpengaruh pada lesunya volume perdagangan dunia.
Meski demikian, Darmin yakin pertumbuhan ekonomi dan perbankan dalam negeri masih kuat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2011 diperkirakan akan tumbuh 6,6 persen dan 6,5 persen di 2012.