Jakarta – Hingga akhir semester pertama 2011, PT Bank Negara Indonesia Tbk, (BNI) berhasil membukukan laba sebesar Rp 2,73 triliun, atau tumbuh 41 persen dari laba di semester I 2011, yakni Rp 1,93 triliun.
Menurut Direktur Utama BNI, Gatot Suwondho, peningkatan laba sebesar 41 persen ini disebabkan oleh peningkatan pendapatan bunga sebesar 5 persen, pendapatan non bunga (fee based income) sebesar 6 persen, juga peningkatan efisiensi yang ditandai dengan penurunan biaya operasional sebesar 2 persen.
Selain itu juga disebabkan perbaikan kualitas aset sehingga berhasil menurunkan beban PPAP (pembentukan pencanangan aktiva produktif) sebesar 25 persen, dari Rp 2,13 triliun pada semester I 2010, menjadi Rp 1,61 triliun pada semester I 2011.
"Dua-tiga tahun terakhir kita tingkatkan fundamental keuangan. Dengan penurunan yang sangat signifikan pada PPAP menunjukkan kualitas kita lebih baik, PPAP turun 25 persen," ujar Gatot Suwondho saat konferensi pers paparan kinerja semester I BNI, di Wisma BNI, Jakarta, Senin (25/7).
Gatot menambahkan Net Interest Margin (NIM) yang hanya mengalami kenaikan 0,1 persen dari 5,8 persen pada semester I 2010 menjadi 5,9 persen pada semester I 2011 meskipun laba mengalami kenaikan pesat, dikarenakan pertumbuhan kredit biasayanya terjadi pada kuartal II, sehingga belum semua terabsorb.
"Di kuarta III-IV baru tergenerate, secara fundamental keuangan kita semakin kokoh, dan engine-engine revenue kita semakin berjalan, " jelas Gatot. Yang akan BNI tuju, lanjutnya adalah sustainable profit growth dengan mengejar target laba 17-20 persen pada akhir tahun ini. "Kita sedang lakukan transformasi, jadi sambil jalan, kita lakukan perbaikan didalam dengan target pertumbuhan laba 17-20 persen," tuturnya.
Peningkatan laba sebesar 41 persen ini juga menyebabkan Return on asset (ROA) naik dari 2,3 persen menjadi 3 persen. Di lain sisi, Return on Equity (ROE) turun dari 24,3 persen menjadi 19 persen akibat penambahan modal dari hasil right issue pada Desember 2010 lalu. Right issue ini juga menyebankan rasio kecukupan modal (CAR) masih di level 17,2 persen setelah memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional sehingga memberikan keleluasaan bagi BNI untukj melakukan ekspansi bisnis di tahun 2011 ini.
"Fundamental keuangan juga tetap terjaga dengan naik dengan tingkat coverage ratio dipertahankan di level 120,5 persen," tutur Gatot. Selain itu Non Performing Loan (NPL) gross mengalami penurunan, dari 4,3 persen pada semester I 2010 menjadi 4 persen pada semester I 2011. NPL net juga mengalami penurunan, dari 0,9 persen menjadi 0,7 persen.
Total aset BNI per akhir Juni 2011 sbesar Rp 260, 65 triliun, atau tumbuh 16 persen dibanding posisi akhir Juni 2010 sebesar Rp 225,49 triliun. Di sisi liabilities, dana pihak ketiga (DPK) meningkat 9 persen, dari Rp 184,20 triliun menjadi Rp 200,14 triliun. Khusus untuk tabungan dan giro (CASA) mengalami pertumbuhan sebesar 10 persen. Komposisi DPK BNI pada semester I 2011 adalah 61 persen CASA dan 39 persennya adalah deposito. Sementara total kredit di semester I 2011 naik 21 persen dari Rp184,20 persen pada semester I 2010 menjadi Rp 200,14 pada semester I 2011.
Dijelaskan oleh Gatot, penyaluran kredit di segmen korporasi, segmen usaha kecil dan segmen konsumer mengalami pertumbuhan signifikan. Pada semester I 2011, kredit korporasi tumbuh 25 persen dari Rp 45,25 triliun menjadi RP 56,84 triliun. Kredit UKM tumbuh 17,3 persen dari Rp 26,98 triliun menjadi Rp 331,65 triliun. Sementara kredit konsumer naik 34 persen dari Rp 20, 40 triliun menjadi Rp 27, 33 triliun. Selain itu, bisnis pembiayaan di bisnis internasional juga tumbuh 27 persen, dari Rp 4,79 triliun menjadi Rp 6,08 triliun.
"Tahun ini BNi fokus pada pembiayaan infrastruktur, terutama korporasi," ujar Gatot. Fokus penyaluran kredit di masing-masing segmen, lanjutnya, difokuskan pada bidang infrastruktur untuk segmen korporasi, sementara segmen usaha kecil difokuskan untuk mendukung perdagangan di daerah-daerah dan segmen konsumer tetap fokus pada kredit perumahan.
Untuk kredit konsumer, kredit kepemilikan rumah (KPR) dengan produk BNI Griya merupakan porsi terbesar dari kredit konsumer BNI, yakni sebesar 54 persen, mengalami pertumbuhan sebesar 49 persen dari Rp 9,96 triliun, memjadi Rp 14,79 triliun. Kredit kndaraan (BNI oto) juga mengalami pertumbuhan 32 persen dari Rp 4,85 triliun menjadi Rp 6,39 triliun. Sedangkan transaksi penggunaan kartu kredit BNI pada semester I 2011 naik 47 persen, dari Rp 1,69 triliun menjadi Rp 2,16 triliun dengan kenaikan jumlah kartu diterbitkan pada semester I 2011 sebanyak 2,13 juta kartu, sementara pada semester I 2010 sebanyak 1,69 juta kartu.