Surabaya – Bank Indonesia terus mendorong praktek kredit yang berbunga rendah guna mendukung pertumbuhan sektor Pengembangan Unit Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM). Melalui program apex dan linkage, beberapa BPD pun ditunjuk sebagai ujung tombang, mengayomi BPR dalam memberikan kredit berbunga rendah kepada UMKM.
Sebagaimana diungkapkan Pemimpin Bank Indonesia Jawa Timur Mohamad Ishak, Bank Jatim yang ditetapkan sebagai bank pengayom untuk memberi perkreditan dengan linkage system kepada BPR di Jawa Timur diharapkan dapat menekan suku bunga kredit UMKM menjadi 6 persen.
"Disamping linkage program banyak dicari dana dengan bunga rendah. Seperti BPR Jatim yang dimiliki Pemda jatim. BPR ini yang tugasnya cari kredit dengan bunga rendah, lalu diberikan ke pengusaha dengan suku bunga rata-rata 6 persen," tukas Mohamad di Surabaya, Jumat (27/1).
Untuk diketahui, UMKM merupakan salah satu fokus pengembangan ekonomi di Jawa Timur. Namun sayangnya, UMKM di daerah tersebut masih kesulitan untuk mendapatkan akses ke perbankan. Akhirnya, mereka mencari alternatif perolehan modal dari lembaga pembiayaan non bank (shadow banking) dengan bunga yang jauh lebih tinggi dari bunga perbankan hingga mencapai 45 persen. Akibatnya, UMKM jadi tidak bisa berkembang.
Saat ini BI Jatim mencatat masih ada BPR di Jawa TImur yang memasang suku bunga sebesar 45%. Sudah pasti bunga tinggi ini justru mencekik UMKM. Maka dari itu, BPR Jatim mencari dana murah keluar negeri. Dari usaha tersebut BPR Jatim mendapat dana Rp 300 miliar dengan bunga rendah 3 persen dari World Bank. "BPR Jatim memperoleh kredit dengan dana murah dari World Bank, mereka cuma ambil spreadnya, diharapkan bunganya 6 persen, maksimal 9 persen," ujarnya.
Selain melalui linkage system, untuk membantu pengusaha UMKM dalam mendapatkan dana, Pemprov Jawa Timur membentuk PT Penjaminan Kredit Daerah (Jamkrida), yakni BUMD yang fungsinya memeberi jaminan kredit yang diperoleh dari bank, terutapa kredit kecil oleh BPR. "Untuk kegiatan yang feasible tapi bankable dibuat penjaminan ini. Dibentuklah Jamkrida," ujarnya.
Deputi Pemimpin BI Jawa Timur Bidang Pengawasan Bank Sarwanto mengakui NIM bank umum di Jawa Timur yang berkisar di 9,52 persen relatif masih cukup tinggi. Maka dari itu, untuk menguranginya dilakukan upaya melalui Apex bank dan linkage agar suku bunga untuk memberi kredit tidak lebihdari 24 persen. "Kita harapkan secara gradual kurangi lending rate. kita beri dorongan untuk pengembangan ekonomi bisa lebih diprioritaskan ke UMKM," jelas Sarwanto.
Mengacu pada NIM yang tinggi ini, lanjutnya, BI Jatim akan melakukan pendekatan ke bank-bank melalui rencana bisnis bank (RBB) 2012. Dalam penerapannya, suku bunga akan bertahap dikurangi sehingga pada tahun 2014 kira-kira hanya 5 persen – 6 persen. "Suku bunga BPR yang tadinya 45 persen dengan linkage jadi maksimum 24 persen dan akan dekati supaya turun terus. Mudah-mudahan bisa turun dalam 2-3 tahun," katanya.