JAKARTA, Stabilitas.id – Federal Reserver (The Fed) Amerika Serikat (AS) akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (Bps) pada 22 Maret 2023 yang akan datang, meskipun keadaan ekonomi di sektor perbankan mengalami gejolak yang kuat.
Ekspektasi suku bunga jangka pendek turun hingga lebih dari 80 bps pada minggu ini, setelah kegagalan yang terjadi pada Silicon Valley Bank, yang merupakan salah satu bank terbesar di Amerika Serikat.
Dilansir dari Reuters.com, berdasarkan survei yang dilakukan, 76 dari 82 ahli ekonomi memprediksikan kenaikan seperempat poin sejalan dengan suku bunga berjangka, yang membuat tingkat dana federal menjadi 4,75-5,00%.
Sementara itu, beberapa responden memprediksikan, akan ada kenaikan 25 bps lagi di kuartal kedua 2023, yang membawa suku bunga naik hingga ke angka 5,00-5,25%.
“Kami melihat ketidakpastian yang cukup besar tentang jalur Fed di bulan Maret dan seterusnya. Sulit untuk menjadi terlalu percaya diri pada saat ini,” ungkap Kepala Ekonom AS di Goldman Sachs, David Mericle.
Namun, masih ada 8 dari 63 responden yang memperkirakan akan terjadi penurunan yang sejalan dengan ekspektasi pasar.
Inflasi masih meningkat dua kali lipat diatas perkiraan The Fed, yakni sebesar 2%, dan akan terus berada diatas perkiraan hingga tahun 2025.
“Jika FOMC membatalkan tujuannya untuk menghentikan inflasi dari sistem, ia akan kehilangan kredibilitas sebagai ‘inflation fighter’ dan ekspektasi inflasi akan terus tidak terkendali,” ungkap Strategis Rabobank Senior AS, Philip Marey.***