• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Minggu, Juni 15, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
 
 
 
 
 
Home Laporan Utama

Equal Pay For Equal Job

oleh Sandy Romualdus
12 September 2012 - 00:00
3.3k
Dilihat
Equal Pay For Equal Job
0
Bagikan
3.3k
Dilihat

Manusia tetaplah manusia, apapun kedudukan sosialnya. Berbagai perbedaan yang melekat pada diri manusia tidak menyebabkan kedudukan manusia menjadi tidak setara. Demikianlah yang termaktub dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (The Universal Declaration of Human Rights) yang disahkan Majelis Umum PBB pada 1948.

Salah satu prinsip dalam deklarasi tersebut adalah equal pay for equal work (job), yang diartikan sebagai hak yang sama atas pekerjaan yang sama. Dalam bukunya “Hukum Hak Asasi Manusia”, Rhona K.M. Smith menegaskan kesetaraan hak mensyaratkan adanya perlakuan yang sebanding. Pada situasi yang sama harus diperlakukan dengan sama, dan dengan perdebatan, pada situasi yang berbeda perlakuannya pun berbeda.

Meminjam pandangan Smith di atas, perdebatan mengenai tingginya remunerasi bankir di Indonesia mestinya bisa diredam. Semua orang tentu sepakat bahwa setiap pekerja patut mendapatkan imbalan yang layak. Namun setiap jenis pekerjaan tentu berbeda. Tingkat kesulitannya tidak sama. Bahkan dalam satu profesi kerja yang sama, tingkat kesulitan berbeda tergantung posisinya dalam level manajerial. Beban kerja dan besarnya tanggung jawab yang diemban tiap level tentu berbeda. Karena itu, imbalan yang diberikan sudah semestinya tak sama untuk tiap pekerja, namun sebanding dengan kontribusinya terhadap kinerja perusahaan.

BERITA TERKAIT

Transformasi Diakui Dunia, BTN Raih Global Brand Awards 2025

BNI Boyong 3 UKM RI Ke Pameran Makanan Terbesar di Korsel, Jajaki Pasar Ekspor ke Negeri Ginseng

LPS MHM 2025, Ajang Pelari Nasional Tingkatkan Performa dan Prestasinya

BNI Siap Terbitkan Sustainability Bond Rp5 Triliun, Perkuat Pembiayaan Hijau dan Sosial

“Dengan prinsip seperti ini, maka seorang profesional di bank merasa layak mendapat remunerasi dan bonus yang tinggi ketika mampu membuktikan diri berkualitas dan berkontribusi signifikan terhadap kinerja perusahaan,” ungkap Ryan Kiryanto, Vice President Investor & Public Relation Bank BNI menanggapi polemik tingginya gaji bankir yang dinilai tidak efisien.

Salah satu yang menjadi sorotan publik dan otoritas adalah remunerasi pejabat eksekutif bank yang dipandang terlalu tinggi. Dalam komponen beban tenaga kerja, remunerasi pejabat eksekutif terutama Dewan Komisaris dan Dewan Direksi mengambil porsi yang signifikan. Remunerasi tersebut mencakup gaji, tunjangan, tantiem, dan fasilitas lain dalam bentuk natura seperti rumah dan kendaraan. Tantiem (bonus) merupakan pembagian keuntungan untuk direksi dan komisaris yang diberikan berdasarkan persentase atau jumlah tertentu dari laba bersih. Selain tantiem, beberapa bank juga masih memberikan opsi saham.

Survei Bank Indonesia menunjukan rata-rata remunerasi eksekutif di industri perbankan Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN. Besarnya mencapai Rp12 miliar pertahun. Dibandingkan Malaysia, jumlah tersebut lebih tinggi 2 kali lipat, sementara dengan Filipina hampir 12 kali lipat. Rata-rata remunerasi eksekutif bank di Malaysia adalah Rp 5,6 miliar dan di Filipina Rp 1,1 miliar. Bahkan dibandingkan dengan Thailand yang tingkat kesejahteraan bankirnya terbaik di ASEAN, remunerasi direksi bank di Indonesia masih lebih tinggi.

Ironisnya kesenjangan imbalan yang dikantungi eksekutif perbankan dengan anak buahnya masih besar. Rata-rata gaji karyawan bank di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia. Rata-rata gaji karyawan bank di Thailand mencapai Rp300 juta pertahun (Rp 25 juta perbulan) dan Malaysia Rp 236 juta pertahun (Rp19,67 juta). Sedangkan rata-rata di Indonesia sebesar Rp193 juta pertahun (Rp16,08 juta perbulan). Filipina menjadi yang terendah dengan Rp 93 juta pertahun (Rp 7,75 juta).

Bagi Ryan, perbedaan gaji dan remunerasi tersebut sejatinya tidak menjadi persoalan jika memang hal itu sudah menjadi kesepakatan antara pemilik dan para profesional yang mengelola bank. Apalagi semua target yang diberikan tercapai dengan tidak melupakan praktik good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik.

Bahkan, dalam pandangannya sebagai pelaku di industri perbankan, sistem paket remunerasi bankir di Indonesia sudah mendekati tingkat sempurna dan sudah mengikuti pasar. “Sejauh ini sudah sesuai dengan kompetensi dan kontribusi mereka terhadap company masing-masing,” ujar Ryan.

Menurut dia, jika ada pandangan yang mengatakan bankir di Indonesia digaji terlalu tinggi, seharusnya mencermati terlebih dahulu beban kerja para bankir, kemudian mengukur parameter remunerasi sesuai strandar profesional yang berlaku. Karena, kata dia, seorang profesional di bank merasa layak digaji tinggi karena dia mampu membuktikan diri dan berkontribusi secara signifikan terhadap perusahaan.

Dengan penerapan remunerasi yang demikian, Ryan memperkirakan industri perbankan di Indonesia mulai mengarah kepada western system atau American system. Dalam hal ini, gaji atau fixed cost itu relatif lebih rendah, sementara variabel cost-nya (tunjangan, bonus, award, diskresi) akan dinaikan. Sistem tersebut secara tersirat mencerminkan teori equal pay for equal job. Di mana, tidak ada terjadi over pay dan under pay. “Makanya remunerasi diberikan setelah diukur oleh key performance indicators yang nantinya akan disepakati antara si pemberi kerja dengan si pekerja,” kata Ryan.

Sistem seperti ini, lanjut dia, akan menciptakan lingkungan usaha yang dinamis dan sehat karena transparan dengan alat ukur yang sangat terbuka, sehingga setiap profesional dipaksa untuk bersaing secara sehat. Di sisi lain, menurut Ryan, sistem tersebut mendorong munculnya potensi-potensi profesional yang tadinya tidak tergali. Mereka ini dipaksa untuk berkinerja baik. Dalam artian, jika ingin dibayar dengan upah yang tinggi maka harus meningkatkan kinerja dengan tetap memperhatikan praktek bisnis yang sehat.

Karena Terbatas

Secara umum, pasokan sumber daya manusia yang bisa mengisi posisi di berbagai level manajerial bank nasional masih cukup banyak. Hanya saja, yang mempunyai keahlian di bidang tertentu masih mengalami kekurangan. Bidang tersebut antara lain cash managemet, wealt management, risk management, perbankan syariah, bancasurance, dan IT. “Itu memang profesi-profesi yang orang-orangnya masih langka di industri perbankan,” kata Ryan yang juga Kepala Ekonom BNI.

Tidak heran, lanjut dia, remunerasi yang diberikan untuk profesional di bidang tersebut lebih tinggi dibanding profesional di general banking. “Karena orang sedikit maka sering berebut, tak heran ada bajak-membajak antara bank yang satu dengan bank lainnya.”

Untuk mendapatkan level profesional tersebut, bankir perlu sertifikasi/brevet yang harus diperoleh melalui proses pendidikan untuk meraih sertifikasi/brevet. Dengan brevet itulah harga yang diberikan oleh si pemberi kerja kepada para profesional tersebut.

Sebagai contoh, brevet level satu menunjukkan level kerja sebagai manajer, berikut harga remunerasinya. Kemudian dengan brevet level empat adalah posisi VP (vice president) yang tentu dihargai lebih tinggi dari brevet level satu. Demikian juga dengan brevet level lima, yang di untuk posisi direktur, yang sudah tentu harganya lebih tinggi dibanding level-level sebelumnya.

Wakil Direktur Utama Bank BTN, Evy Firmansyah menegaskan, berbagai level sertifikasi tersebut memang sangat dibutuhkan seorang profesional di industri perbankan. Karena dari industri ini sangat dituntut pola kerja yang profesional yang dibarengi dengan integritas yang tinggi guna menjaga kepercayaan masyarakat yang telah menitipkan uang mereka di bank. “Karena tuntutan inilah, bankir layak digaji tinggi itu. Apalagi memang profesional di bidang ini memang langka,” kata dia.

Hal senada diungkapkan Kepala Ekonom Bank Mandiri, Destry Damayanti. Menurut dia, kurangnya suplai bankir di Indonesia membuat tingkat gaji dan remunerasi di kalangan bankir senior dan para direksi membengkak. Sehingga, perlu ada peran aktif dari pemangku kepentingan dalam pengadaan bankir-bankir profesional. “Karena memang pegawai profesional di kita kurang, apalagi di level direksi butuh yang profesional dan spesial di bidangnya. Karena terbatas, maka harganya tinggi,” ujarnya.

Sementara, dari sisi bisnis, industri perbankan di Tanah Air terus mengalami pertumbuhan sehingga membuat kebutuhan terhadap bankir semakin besar sementara dari sisi suplai atau jumlah bankir yang sudah matang masih kurang. Dia juga menegaskan, hal tersebut membuat pendidikan profesi perbankan perlu untuk diperbanyak dalam memenuhi kebutuhan pasar. Kebutuhan bankir yang profesional, lanjutnya, dibutuhkan untuk menjaga kepercayaan nasabah pada perbankan.

Bagi Destry, sejauh ini biaya remunerasi dan bonus yang dikeluarkan bank untuk bankirnya dinilai wajar. Pasalnya, bankir ini memiliki tanggung jawab yang besar. “Struktur pegawainya yang kurang, apalagi direksinya kurang, di mana bank lagi growing, yang masalah di suplai dan demand saja,” ujar dia.

Dampak ke Syariah

Sementara, perbankan syariah di Indonesia mempunyai cerita tersendiri. Remunerasinya relatif lebih kecil dan tampak wajar dibandingkan bank konvensional. Hal ini membuat bank syariah lebih efisien dibanding bank konvensional. Sekretaris Jendral Asosiasi Bank-bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Achmad K Permana menduga keengganan bank untuk memberikan gaji atau remunerasi tinggi disebabkan karena bank tersebut belum memiliki pertumbuhan bisnis, apalagi laba yang tinggi.

Selain itu, tidak semua bank syariah mau menggaji karyawannya dengan harga tinggi. Terlebih bila kemampuannya standar atau malah kalah dibanding dengan bank konvensional. “Ini tidak bisa dibandingkan (remunerasi bank syariah dengan bank konvensional),” jelas Direktur Utama Bank Permata Syariah itu.

 
 
 
Sebelumnya

Garuda Cetak Laba Usaha 40,8 Juta Dolar AS

Selanjutnya

BRI Hadirkan Britama Rencana

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Xmas Joker Slot Review: 100 percent free Gamble and you can Bonuses Play’n Go

oleh Admin Web
1 Juni 2025 - 21:16

ArticlesFortunate Joker Christmas time ServicesJoker Victory No deposit Bonuses“Keep That which you Earn” Campaigns inside CanadaArea Reels Local casino Some...

Top ten A real income Online casinos around australia to possess 2025

oleh Admin Web
31 Mei 2025 - 21:13

I was pregnant more of the same for the 2nd Australian on-line casino back at my checklist, Ignition, however, I...

LPS Punya Dana Rp255 Triliun untuk Jamin Simpanan, Dukung UMKM Melalui Digitalisasi BPR/BPRS

Dukung Literasi Keuangan Gen Z, LPS  Edukasi Budaya Menabung Kepada 1300 Siswa SMA di Jakarta

oleh Sandy Romualdus
31 Mei 2025 - 20:00

JAKARTA, Stabilitas.id - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyerukan kembali budaya menabung kepada lebih dari...

Better No deposit Casino Bonuses 2024 » Totally free Dollars & 100 percent free Spins

oleh Admin Web
29 Mei 2025 - 21:33

ContentThe way you use the casino added bonus codeWhat exactly is a no-deposit Extra Password?How we Discover Greatest On-line casino...

Better 2024 No deposit Added bonus Casinos in the United states Claim 100 percent free Currency

oleh Admin Web
28 Mei 2025 - 21:31

ContentBistro Casino No deposit OffersSpinoVerse Local casinoRaging Bull Casino $75 no-deposit bonus I played throughout these not so long ago...

Berkat LinkUMKM BRI Pengusaha Ini Kembangkan Produk dan Perluas Skala Usaha

Berkat LinkUMKM BRI Pengusaha Ini Kembangkan Produk dan Perluas Skala Usaha

oleh Stella Gracia
29 April 2025 - 08:47

JAKARTA, Stabilitas.id – BRI terus menunjukkan komitmennya dalam melakukan pemberdayaan dan pendampingan bagi pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Dian Siswarini: Jejak Kepemimpinan yang Mengubah Wajah XL Axiata Menuju Era Digital

    Dian Siswarini: Jejak Kepemimpinan yang Mengubah Wajah XL Axiata Menuju Era Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Indonesia Financial Watch Soroti Membengkaknya Kerugian Telkom Akibat Investasi di GOTO

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pembayaran Digital Triwulan I 2025 Capai 10,76 Miliar Transaksi, Tumbuh 33,50%

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PertaLife Insurance Umumkan Susunan Pengurus Baru dan Komitmen Strategis ke Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bank Indonesia Lantik 10 Pemimpin Baru Kantor Pusat dan Perwakilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wajah Baru di Pucuk Pimpinan Bank Jatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bank Bukopin Resmi Berganti Nama Menjadi KB Bukopin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

Transformasi Diakui Dunia, BTN Raih Global Brand Awards 2025

BNI Boyong 3 UKM RI Ke Pameran Makanan Terbesar di Korsel, Jajaki Pasar Ekspor ke Negeri Ginseng

LPS MHM 2025, Ajang Pelari Nasional Tingkatkan Performa dan Prestasinya

BNI Siap Terbitkan Sustainability Bond Rp5 Triliun, Perkuat Pembiayaan Hijau dan Sosial

BRI dan Rumah BUMN Cetak UMKM Siap Ekspor: Kisah Sukses Baker’s Gram

Satgas AntiHoaks PWI Pusat: Isu Kapal JKW Mahakam HOAKS, Sektor Maritim Harus Bebas dari Disinformasi

BNI Salurkan Rp4,6 Triliun KUR ke Lebih dari 20.000 UMKM

Hadir Dengan Format Baru, LPS MHM 2025 Bangkitkan Jakarta sebagai Sport Tourism City

PertaLife Dorong Literasi Keuangan dan Keberlanjutan Lewat ESGenius Challenge 2025

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
BRI Simpan Dana Murah Rp 311,1 Triliun

BRI Hadirkan Britama Rencana

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance