JAKARTA, Stabilitas.id – Freeport Indonesia (PTFI) mengungkapkan peran penting tembaga dalam mendukung ekosistem energi terbarukan dan elektrifikasi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, dalam acara Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2023 bertema “Reducing Emissions in Indonesia’s Mining Sector”, pada Selasa (26/9/23).
“Tembaga merupakan bahan yang sangat dibutuhkan dalam menghasilkan energi terbarukan (renewable energy), digunakan untuk pengoperasian mobil listrik, panel surya, dan turbin angin. Kendaraan listrik membutuhkan tembaga empat kali lipat lebih banyak daripada mobil konvensional, dan 70% tembaga di dunia digunakan untuk menghantarkan listrik,” ungkap Tony.
PTFI berkomitmen untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 30% pada tahun 2030 dengan merumuskan strategi dekarbonisasi yang berfokus pada bisnis dan operasional pertambangan. Salah satu inovasi yang dilakukan dalam upaya tersebut adalah dari penggunaan alat angkut bijih tambang bertenaga listrik.
“Kami menggunakan sistem kereta listrik otomatis bawah tanah yang dapat mengangkut 110 ribu ton bijih per hari, menggantikan truk-truk besar berbahan bakar diesel. Alat angkut ini mampu mengurangi emisi karbon sekitar 80 ribu metrik ton per tahun,” ungkap Tony Wenas.
Upaya lain yang dilakukan PTFI dalam mengurangi emisi adalah menggunakan pembangkit listrik (power plant) baru berteknologi dual fuel engine baik pada kegiatan operasi di hulu maupun hilir.
Saat ini, PTFI meningkatkan penggunaan energi berkelanjutan dengan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) berkapasitas 128 MW, yang akan ditingkatkan menjadi 168 MW. PTFI juga merencanakan penggantian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batu bara dengan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) berkapasitas 267 MW pada tahun 2027.
“Semoga semua bisa tercapai sesuai rencana sehingga PTFI dapat benar-benar berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon seperti yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia,” lanjut Tony Wenas.
Tony menjelaskan, berbagai upaya tersebut merupakan bagian dari penerapan praktik bisnis yang bertanggung jawab, dengan pendekatan aspek ESG (Environmental, Social, dan Governance).
“Responsible miners adalah mereka yang melaksanakan good mining practices dengan mempertimbangkan ESG,” tutup Tony.***