YOGYAKARTA, Stabilitas.id – Pertumbuhan ekonomi indonesia pada tahun 2022 diperkirakan terakselerasi jika pandemi terus membaik.
Hal ini disampaikan Direktur Utama Lembaga Pengembangan perbankan Indonesia (LPPI) Mirza Adityaswara dalam sambutannya pada Seminar Indonesia Risk Management Outlook di Yogyakarta, hari ini, Kamis 27 Januari 2022.
Menurut Mirza pelonggaran pembatasan sosial di banyak negara turut mendorong peningkatan aktivitas ekonomi global sehingga menambah kepercayaan pelaku usaha termasuk di Indonesia.
Hal itu diperkirakan akan menjadi faktor yang menyebabkan pertumbuhan kredit pada tahun ini akan tumbuh lebih besar dibanding tahun sebelumnya.
Meski begitu, pelaku bisnis tetap harus mewaspadai beberapa hal yang bisa mengancam pemulihan seperti ancaman inflasi. Diperkirakan Bank Sentral AS akan mulai menaikkan suku bunga acuannya setelah rencana normalisasi kebijakan moneternya dijalankan.
Hal itu tentu akan mempengaruhi kebijakan moneter dalam negeri dan mengancam kestabilan harga domestik serta nilai tukar rupiah
“Terpantau, The Fed berencana menaikkan suku bunganya pada pertengahan tahun 2022.Suku bunga global mungkin akan naik tahun ini tapi secara perlahan,” ujar Mirza.
Inflasi domestik diakui memang merupakan salah satu faktor yang harus diwaspadai dan akan memaksa bank sentral mempertimbangkan langkah menaikkan suku bunga.
Namun demikian, Mirza meminta perbankan untuk tidak langsung merespons kemungkinan itu dengan menaikkan bunga. Menurut mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia itu hingga saat ini likuiditas perbankan masih terpantau di level aman.
Sementara itu Kepala Kantor Regional 3 OJK Jateng-DIY Aman Sentosa menjelaskan munculnya wabah Covid-19 pada akhir tahun 2019 telah melumpuhkan aktivitas ekonomi pada 2020.
Permintaan menurun dan aktivitas produksi menurun. Bahkan, sampai akhir tahun 2020 ekonomi global mengalami kontraksi hingga 3,5 persen dan sebanyak 170 negara mengalami tekanan ekonomi.
Indonesia seperti halnya di banyak Negara lain yang mengalami ketidakpastian mengambil strategi keseimbangan antara penanganan kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional guna menjaga aktivitas perekonomian.
“Strategi ini cukup berhasil dan perekonomian Indonesia mulai pulih kembali yang ditandai pertumbuhan ekonomi dari minus 3,49 persen pada triwulan III/2020 (yoy) menjadi 3,51 pada triwulan III/2021.
Pertumbuhan ekonomi di Jateng juga membaik dari minus 3,79 persen dan minus 2,98 persen (Yoy) pada kuartal III/2020 menjadi 2,56 persen dan 2,30 persen pada kuartal III/2021,” urainya.
Aman menjelaskan pemulihan ekonomi tersebut diikuti dengan penguatan stabilitas sistem keuangan. Sampai Desember 2021 industri jasa keuangan dalam posisi stabil dengan kinerja perbankan semakin menunjukkan tren positif. Aset secara nasional tumbuh 10,29 persen (yoy), kredit 5,24 persen (yoy) dan dana pihak ketiga 12,21 persen (yoy).***