Jakarta – PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) hari ini mengumumkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp555 miliar pada sembilan bulan pertama yang berakhir pada 30 September 2011, naik sebesar 34 persen dari Rp415 miliar pada periode sebelumnya yang berakhir pada 30 September 2010. Keberhasilan ini terutama didukung oleh pertumbuhan pada seluruh bisnis inti BII dan perbaikan pada semua kegiatan operasional.
Menurut Rahardja Alimhamzah, Pjs Presiden Direktur BII di Jakarta, Senin (31/10), BII membukukan pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 22 persen dari Rp50,8 triliun pada September 2010 menjadi Rp61,9 triliun pada September 2011.
“Pertumbuhan kredit UKM & Komersial memberikan kontribusi terbesar sebesar 26 persen dari Rp17,6 triliun pada September 2010 menjadi Rp22,2 triliun pada September 2011, diikuti oleh kredit Korporasi dan Konsumer yang naik masing-masing sebesar 23 persen dan 19 persen dibandingkan dengan sembilan bulan pertama periode yang sama tahun 2010,” katanya.
Adapun kredit Korporasi memberikan kontribusi sebesar 24 persen terhadap total kredit, sedangkan kredit UKM & Komersial dan kredit Konsumer memberikan kontribusi masing-masing sebesar 36 persen dan 40 persen. Total aset BII per 30 September 2011 naik sebesar 26 persen menjadi Rp90,9 triliun dari Rp72,2 triliun per 30 September 2010.
Sementara, jumlah simpanan nasabah meningkat sebesar 20 persen menjadi Rp66,6 triliun per 30 September 2011, naik dari Rp55,4 triliun pada 30 September 2010. Giro naik sebesar 17 persen menjadi Rp10,8 triliun per 30 September 2011 dari Rp9,2 triliun per 30 September 2010, sedangkan Tabungan meningkat sebesar 18 persen menjadi Rp14,8 triliun dari Rp12,5 triliun dan Deposito naik 22 persen menjadi Rp41,1 triliun dari Rp33,6 triliun. Loan to deposit ratio (LDR) tetap berada pada level sebesar 92,6 persen per 30 September 2011.
"Bank terus melakukan serangkaian inisiatif yang inovatif untuk lebih meningkatkan komposisi pendanaan. Ekspansi cabang dan jaringan elektronik, program loyalitas yang inovatif dan program akuisisi, serta peluncuran produk baru dengan didukung oleh kualitas layanan prima akan memberikan dukungan dan kontribusi terhadap perbaikan komposisi pendanaan serta pertumbuhan simpanan nasabah Bank "tambah Rahardja.
Pertumbuhan BII pada semua segmen bisnis diikuti dengan perbaikan kualitas aset. Kredit bermasalah gross BII (NPL gross) turun menjadi 2,54 persen per September 2011 dari 3,52 persen per September 2010 dan NPL net membaik menjadi 1,37 persen dari 1,97 persen. Peningkatan kualitas aset dicapai melalui upaya BII yang berkelanjutan dalam memperkuat manajemen risiko dan pemrosesan kredit, sementara itu pelaksanaan program restrukturisasi kredit dilakukan lebih cepat dan dengan tetap melakukan pemantauan yang lebih ketat terhadap debitur yang ada.
Total penyisihan kerugian penurunan nilai atas kredit pada September 2011 meningkat sebesar 8 persen dari Rp854 miliar pada September 2010 menjadi Rp921 miliar pada September 2011 dikarenakan adanya biaya provisi yang lebih tinggi pada portofolio WOM terutama terkait pembiayaan sepeda motor bekas.
Pendapatan bunga bersih (NII) BII meningkat sebesar 16 persen dari Rp2.548 miliar pada September 2010 menjadi Rp2.946 miliar pada September 2011 sedangkan Net Interest Margin (NIM) BII per September 2011 sebesar 5,28 persen dari 5,78 persen periode yang sama tahun sebelumnya. Persaingan yang ketat di industri perbankan telah memberikan tekanan terhadap Net Interest Margin (NIM) seluruh industri perbankan.
Pendapatan operasional lainnya (fee based income) per 30 September 2011 meningkat 17 persen menjadi Rp1.766 miliar dibandingkan dengan Rp1.515 miliar pada periode yang sama tahun lalu yang memberikan kontribusi sebesar 37 persen dari total pendapatan BII. Fee based income BII terutama berasal peningkatan fee dari corporate deals, transaksi tresuri, kartu kredit, trade finance, remittances, dan fee jasa perbankan lainnya.
Biaya overhead meningkat sebesar 20 persen dari Rp2.596 miliar menjadi Rp3.128 miliar mencerminkan ekspansi jaringan BII yang agresif dan investasi sumber daya manusia serta infrastruktur Teknologi Informasi (TI) selama semester pertama 2011. Saat ini BII memiliki 346 kantor (termasuk cabang Syariah dan luar negeri) dan 1.088 ATM termasuk 51 CDM.
Rasio Kecukupan Modal (CAR) untuk risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional berada pada level 12,33 persen per September 2011 dengan total tier 1 (modal Inti) sebesar Rp7,3 triliun dan tier 2 (modal tambahan) sebesar Rp1,8 triliun. BII saat ini sedang melihat peluang di pasar untuk menambah Tier 2 capital.