JAKARTA, Stabilitas.id – Kredit perbankan tetap tumbuh positif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. namun pertumbuhan kredit pada Maret 2025 tercatat sebesar 9,16% (yoy), lebih rendah dari 10,30% (yoy) pada bulan Februari 2025.
“Pertumbuhan kredit investasi masih relatif tinggi, yaitu 13,36% (yoy), sementara pertumbuhan kredit konsumsi dan kredit modal kerja masing-masing tercatat sebesar 9,32% (yoy) dan 6,51% (yoy),” ungkap BI dalam siaran pers RDG April, Rabu (23/4).
Dari sisi penawaran, minat penyaluran kredit (lending standard) dan kondisi likuiditas masih memadai, meskipun sejumlah bank mulai menghadapi kendala dalam meningkatkan pendanaan baik Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun sumber lainnya untuk penyaluran kredit.
BERITA TERKAIT
Dari sisi permintaan, kontribusi pertumbuhan kredit terutama didukung pada sektor industri, pertambangan, dan jasa sosial, sementara kontribusi pertumbuhan kredit pada sektor konstruksi dan perdagangan masih terbatas. Pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,18% (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 1,95% (yoy).
Ke depan, berbagai risiko ketidakpastian global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik perlu menjadi perhatian karena dapat memengaruhi prospek permintaan kredit dan preferensi penempatan aset likuid perbankan. “Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan akan menuju ke batas bawah kisaran 11-13% pada 2025,” ungkap BI.
Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif, termasuk mengoptimalkan KLM, dan memperkuat implementasi ketentuan Rasio Pendanaan Luar Negeri (RPLN) untuk mendorong pendanaan perbankan bagi manajemen likuiditas dan penyaluran kredit ke sektor riil. Bank Indonesia juga akan terus mempererat koordinasi dengan KSSK untuk mendorong pertumbuhan kredit dalam mendukung pembiayaan ekonomi.
“BI terus mendorong implementasi penguatan KLM untuk mendukung pertumbuhan kredit perbankan. Mulai 1 April 2025, KLM ditingkatkan dari paling besar 4% menjadi sampai dengan 5% dari DPK. Hingga minggu kedua April 2025, BI telah memberikan insentif KLM sebesar Rp370,6 triliun, meningkat sebesar Rp78,3 triliun dari minggu keempat Maret 2025 sebesar Rp292,3 triliun,” ungkap BI.
Khusus sektor perumahan, insentif KLM meningkat sebesar Rp84,0 triliun dari minggu keempat Maret 2025 seiring dengan implementasi penguatan KLM pada 1 April 2025.
Insentif KLM diberikan masing-masing kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp161,7 triliun, BUSN sebesar Rp167,4 triliun, BPD sebesar Rp35,7 triliun, dan KCBA sebesar Rp5,8 triliun. Secara sektoral, insentif tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas yakni pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta UMKM, Ultra Mikro, dan hijau.
Ketahanan Perbankan
Sementara, ketahanan perbankan tetap kuat mendukung stabilitas sistem keuangan. Likuiditas perbankan memadai, tecermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) pada Maret 2025 yang tinggi sebesar 26,22%. Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Februari 2025 tercatat tinggi sebesar 26,95%. Risiko kredit tetap terkendali, tecermin dari rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) perbankan yang rendah, sebesar 2,22% (bruto) dan 0,81% (neto) pada Februari 2025.
Hasil stress test Bank Indonesia juga menunjukkan ketahanan perbankan tetap kuat, serta ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga. Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan perbankan dan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan.