• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Selasa, Juni 17, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
 
 
 
 
 
Home Laporan Utama

Pil Untuk Pasar Saham

oleh Sandy Romualdus
25 November 2013 - 00:00
3
Dilihat
Pil Untuk Pasar Saham
0
Bagikan
3
Dilihat

Ibarat buah simalakama, dimakan atau tidak, tetap ada ekses negatif bagi pelakunya. Itulah yang tengah dihadapi Indonesia ketika otoritas moneter negeri ini memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 7,25 persen pada Septemberlalu.

Pilihan menaikkan BI Rate terpaksa dilakukan BI. Kondisi perlambatan ekonomi dunia dan ketidakpastian keuangan global mulai terasa menyesakkan nafas. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan melemah.

“BI merevisi ke bawah perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 menjadi 5,5 – 5,9 persen, dari semula 5,8 – 6,2 persen,” ungkap Juru Bicara BI Difi Johansyah dalam siaran persnya.

BERITA TERKAIT

Jangkau 67 Ribu Desa, AgenBRILink Terus Perkuat Inklusi Keuangan di Indonesia

Student Integrity Campaign, Cara OJK Ajak Mahasiswa Paham Keuangan Berintegritas

Survei Konsumen Mei 2025: Keyakinan Konsumen Terjaga

Utang Luar Negeri Indonesia April 2025 Tumbuh 8,2 Persen Jadi US$ 431,5 Miliar

Sementara Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menganalogikan kebijakan tersebut sebagai menelan pil pahit agar badan kembali sehat.

“Sekarang kita minum pil pahit dulu agar badan kita menjadi sehat pada tahun 2014, yaitu perekonomian menjadi stabil,” kata Mirza.

Namanya ‘pil pahit’ tentu saja rasanya tidak manis seperti sirup. Meski dipercaya akan berkhasiat mengobati ekonomi nasional dalam jangka panjang, efek rasa pahit dari kenaikan BI Rate lebih cepat dirasakan. Industri pasar modal adalah salah satu yang ikut menerima getahnya.

Sebelum imbas gonjang-ganjing keuangan global menekan perekonomian nasional, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih terlihat begitu perkasa. Bahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI mampu mencetak rekor tertinggi dalam sejarah. Pada 20 Mei 2013, IHSGtercatat berada di level 5.200.

Melesatnya IHSG BEI tidak lepas dari kondisi perekonomian yang kala itunampak menjanjikan. Dengan catatan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,23 persen selama 2012, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan terbaik kedua setelah China yang tumbuh 7,8persen.

Namun, meski lebih kecil, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dari China. Pasalnya, ekonomi Negeri Tirai Bambu ini tumbuh 9,3 persen pada 2011. Namun angka itu melemah atau lebih rendah 1,5 persen dari tahun sebelumnya. Dengan kata lain, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang mampu mempertahankan pertumbuhan pada kisaran yang sama, saat ekonomi negara lain rontok.

Sayangnya prestasi emas itu sepertinya sulit terulang pada tahun ini. Pemburukan ekonomi global pun ditunding sebagai penyebab. Bank Dunia memang telah memangkas proyeksi ekonomi global menjadi 2,2 persen tahun ini dari perkiraan awal 2,4 persen. Artinya, pertumbuhan tahun ini bakal lebih rendah dari tahun lalu yang sebesar 2,3 persen.

Imbas proyeksi perlambatan ekonomi global langsung berdampak pada bursa dunia, termasuk Indonesia. Pasca membukukan rekor tertinggi, IHSG BEI mulai meluncur turun. Pada bulan Juni, IHSG terpangkas sangat dalam menjadi 4.600-an. Sebulan kemudian, IHSG makin merosot, tinggal 4.400-an. Belakangan IHSG membaik dan berada di level 4.500-an yang terus bertahan hingga saat ini.

Sentimen Pasar

Kondisi bearish yang terjadi di pasar saham tersebut jelas membuat investor khawatir. Namun otoritas bursa menghimbau investor agar tidak panik menghadapi pelemahan bursa. Sebaliknya, BEI menyarankan investor lebih bijak dalam berinvestasi. Artinya, tidak mengambil keputusan jual secara tergesa-gesa, tanpa pertimbangan matang.

Berinvestasi di pasar saham memang idealnya dilakukan dengan horizon jangka panjang. Dengan demikian, investor seharusnya tidak risau dengan fluktuasi pasar dalam jangka pendek. Apalagi pelemahan pasar saham yang terjadi saat ini dinilai bukan karena faktor fundamental pasar. “Dari sisi indeks, penurunan yang terjadi sejak akhir Mei lebih disebabkan karena faktor sentimen bukan faktor fundamental,” ujar Direktur Utama BEI Ito Warsito.

Secara teoritis, gerak naik atau turun harga saham merupakan fenomena lazim yang terjadi di bursa efek. Umumnya ada dua faktor yang membuat harga saham berfluktuatif. Pertama, faktor fundamental yang terkait dengan kinerja emiten. Kedua, faktor sentimen yang lebih disebabkan oleh kondisi eksternal.

Nah, menurut Ito, dari sisi fundamental, kinerja emiten di BEI justru mengalami peningkatan. “Faktanya laba bersih emiten kuartal pertama 2013 tumbuh sebesar 20 persen dibanding periode yang sama tahun 2012,” papar Ito yang telah menjabat Dirut BEI selama dua periode ini.

Lebih lanjut, Ito menilai, alih-alih karena sentimen dari luar, sebenarnya yang lebih berdampak terhadap bearish pasar saham nasional adalah sentimen dari dalam negeri. Sentimen tersebut, antara lain, pelambatan pertumbuhan ekonomi 2013, berita defisit neraca perdagangan Indonesia, dan kenaikan harga BBM yang ditakutkan membuat defisit APBN makin lebar.

Namun karena sentimen tersebut lebih dominan dari dalam negeri, terutama terkait makro ekonomi Indonesia, Ito yakin pemerintah bisa mengatasinya dengan baik. Salah satu langkah antisipasi yang baik adalah menjaga stabilitas makro, terutama lonjakan inflasi, sebagaimana dilakukan BI dengan menaikan BI Rate ke level 7,5 persen.

Hanya saja langkah BI mengerek level suku bunga acuan (BI Rate) sebanyak dua kali sepanjang Juli – September dinilai akan berdampak negatif terhadap pasar modal Indonesia. Setidaknya dalam jangka pendek. “Secara implisit kenaikan BI Rate tersebut mencerminkan kepanikan dari BI menghadapi tekanan Rupiah dan derasnya penurunan cadangan devisa,” ujar Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang.

Selain itu, kenaikan BI Rate juga akan berdampak negatif terhadap saham-saham sektor tertentu, khususnya perbankan. Pasalnya, kenaikan BI Rate akan memaksa bank menaikkan suku bunga kreditnya. Padahal tanpa kenaikan suku bunga kredit saja relatif sulit bagi bank untuk berekspansi di tengah kondisi ekonomi yang sedang menurun. Jadi logis bila kenaikan BI Rate bakal menurunkan minat investor pada saham perbankan.

“Dampak negatif ke pasar saham, kenaikan BI rate akan membuat persepsi pelaku pasar ke saham-saham sektor perbankan akan berkurang secara signifikan,” jelas Kepala Riset Trust Secuities Reza Priyambada.

Prospek Pasar

Meski perlambatan ekonomi nasional, juga kenaikan BI Rate, memberi tekanan negatif tehadap pasar saham, namun dampak ini diyakini hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, BEI pun yakin pergerakan pasar akan kembali normal dalam tempo tidakterlalu lama.

“Sepanjang pemerintah bisa memperbaiki faktor-faktor domestik itu maka bursa saham Indonesia akan tetap menjanjikan,” ujar Direktur BEI Ito Warsito.
Apalagi sejauh ini BEI melihat, aktivitas transaksi di pasar saham masih berjalan baik. Likuiditas pasar hingga akhir Juni (year to date) masih relatif baik dengan rata-rata nilai transaksi harian mencapai Rp6,9 triliun. Angka ini lebih tinggi dari target yang dipatok BEI dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2013 yang sebesar Rp5,5 triliun.

“Artinya dari sisi aktivitas perdagangan, dari awal tahun sangat positif dan menjanjikan,” kata Ito yang pernah menjabat sebagai eksekutif di Danareksa dan Bahana Sekuritas ini.

Pernyataan senada juga dilontarkan Direktur Pengembangan BEI Friderica Widyasari Dewi. Menurut Kiky, demikian eksekutif wanita ini biasa disapa, pelemahan ekonomi pasti akan berdampak pada IHSG. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan pasar saham dari tahun ke tahun, tercatat ada pertumbuhan sekitar 3 persen.

“Peningkatan juga terlihat dari kapitalisasi pasar mencapai Rp 4,3 triliun naik dibanding tahun lalu. Nilai harian di bursa domestik, rata-rata Rp 6,6 triliun per hari, naik cukup pesat dibanding tahun lalu sekitar Rp 4,5 triliun per hari,” urai Kiky panjang lebar.

Prospek pasar yang cukup baik itu juga tercermin dari maraknya perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) maupun right issue. Hingga tanggal 11 Juli 2013 lalu, jumlah emiten baru yang listing tahun ini mencapai 24 emiten. Sedangkan 21 emiten mengagendakan untuk right issue. Secara total, hingga Juni 2013, peningkatan IPO saham telah mencapai Rp10,10 triliun dan Rp20,71 triliun untuk right issue.

Prospek positif pasar saham nasional juga terlihat dari kinerja reksadana yang terus tumbuh. Hingga semester pertama 2013, Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana naik sebesar 14,36 persen dari Rp187,59 triliun akhir semester lalu menjadi Rp201,64 triliun. Peningkatan kinerja reksadana ini nampaknya tidak lepas dari kepercayaan pasar bahwa dalam jangka panjang, kepemilikan saham sebagai aset investasi masih menguntungkan.

Berdasarkan jenisnya, proporsi jenis reksadana selama semester pertama 2013 masih didominasi Reksadana Saham dengan pangsa 42,16 persen, dan diikuti oleh Reksadana Terproteksi (18,48 persen), Reksadana Pendapatan Tetap (15,46 persen), Reksadana Campuran (12,24 persen), dan Reksadana Pasar Uang (6,02 persen).

Kinerja positif bursa efek juga dapat dilihat dari produktivitas pasar modal sebagai sumber pembiayaan dalam mendukung perekonomian nasional. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kepemilikan efek di pasar modal sampai dengan akhir semester pertama tahun 2013 telah mencapai Rp3.126 triliun, meningkat dibandingkan akhir semester dua tahun 2012 yang sebesar Rp2.742 triliun.

 
 
 
Sebelumnya

BNI Gelar “Debat Mahasiswa”

Selanjutnya

OJK Rilis Regulasi Interkoneksi Keuangan Syariah di 2014

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Xmas Joker Slot Review: 100 percent free Gamble and you can Bonuses Play’n Go

oleh Admin Web
1 Juni 2025 - 21:16

ArticlesFortunate Joker Christmas time ServicesJoker Victory No deposit Bonuses“Keep That which you Earn” Campaigns inside CanadaArea Reels Local casino Some...

Top ten A real income Online casinos around australia to possess 2025

oleh Admin Web
31 Mei 2025 - 21:13

I was pregnant more of the same for the 2nd Australian on-line casino back at my checklist, Ignition, however, I...

LPS Punya Dana Rp255 Triliun untuk Jamin Simpanan, Dukung UMKM Melalui Digitalisasi BPR/BPRS

Dukung Literasi Keuangan Gen Z, LPS  Edukasi Budaya Menabung Kepada 1300 Siswa SMA di Jakarta

oleh Sandy Romualdus
31 Mei 2025 - 20:00

JAKARTA, Stabilitas.id - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyerukan kembali budaya menabung kepada lebih dari...

Better No deposit Casino Bonuses 2024 » Totally free Dollars & 100 percent free Spins

oleh Admin Web
29 Mei 2025 - 21:33

ContentThe way you use the casino added bonus codeWhat exactly is a no-deposit Extra Password?How we Discover Greatest On-line casino...

Better 2024 No deposit Added bonus Casinos in the United states Claim 100 percent free Currency

oleh Admin Web
28 Mei 2025 - 21:31

ContentBistro Casino No deposit OffersSpinoVerse Local casinoRaging Bull Casino $75 no-deposit bonus I played throughout these not so long ago...

Berkat LinkUMKM BRI Pengusaha Ini Kembangkan Produk dan Perluas Skala Usaha

Berkat LinkUMKM BRI Pengusaha Ini Kembangkan Produk dan Perluas Skala Usaha

oleh Stella Gracia
29 April 2025 - 08:47

JAKARTA, Stabilitas.id – BRI terus menunjukkan komitmennya dalam melakukan pemberdayaan dan pendampingan bagi pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Dian Siswarini: Jejak Kepemimpinan yang Mengubah Wajah XL Axiata Menuju Era Digital

    Dian Siswarini: Jejak Kepemimpinan yang Mengubah Wajah XL Axiata Menuju Era Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Indonesia Financial Watch Soroti Membengkaknya Kerugian Telkom Akibat Investasi di GOTO

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pembayaran Digital Triwulan I 2025 Capai 10,76 Miliar Transaksi, Tumbuh 33,50%

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PertaLife Insurance Umumkan Susunan Pengurus Baru dan Komitmen Strategis ke Depan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wajah Baru di Pucuk Pimpinan Bank Jatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bank Indonesia Lantik 10 Pemimpin Baru Kantor Pusat dan Perwakilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inilah Format Resmi NPWP Baru

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

Jangkau 67 Ribu Desa, AgenBRILink Terus Perkuat Inklusi Keuangan di Indonesia

Student Integrity Campaign, Cara OJK Ajak Mahasiswa Paham Keuangan Berintegritas

Survei Konsumen Mei 2025: Keyakinan Konsumen Terjaga

Utang Luar Negeri Indonesia April 2025 Tumbuh 8,2 Persen Jadi US$ 431,5 Miliar

OJK Kolaborasi dengan Media Massa, Perkuat Literasi Keuangan Masyarakat

Bank DBS Indonesia Raih Penghargaan dari The Asset Triple A Treasurise Awards & Triple A Sustainable Investing Awards

Sinergi BNI dan RANS Simba Bogor Cetak Generasi Muda Aktif dan Melek Finansial

Wajah Baru! Livin’ by Mandiri Akselerasi Layanan Perbankan Digital yang Lengkap dan Dinamis

GDPS Luncurkan Beyond Care, Inovasi Teknologi untuk Layanan Outsourcing yang Transparan dan Berkelanjutan

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
OJK Rilis Regulasi Interkoneksi Keuangan Syariah di 2014

OJK Rilis Regulasi Interkoneksi Keuangan Syariah di 2014

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance