JAKARTA, Stabilitas.id – Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global, menunjukkan bahwa pada bulan Agustus 2023 berada di level 53,9 atau naik 0,6 poin apabila dibandingkan pada bulan sebelumnya yang tercatat di posisi 53,3.
“Laju ekspansi PMI Manufaktur ini masih didorong oleh pertumbuhan dari permintaan baru, terutama permintaan luar negeri atau global yang turut memacu percepatan produksi. Hal ini juga berdampak pada penambahan serapan tenaga kerja,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, pada Jumat (1/9/23).
PMI Manufaktur Indonesia pada Agustus 2023 menggenapkan selama 24 bulan berturut atau sepanjang dua tahun terakhir ini berada di atas 50 poin, menandakan sektor manufaktur Indonesia masih dalam kondisi ekspansif. Laju ekspansi PMI Manufaktur Agustus 2023 juga merupakan yang paling cepat dalam kurun waktu hampir setahun.
Menperin menjelaskan, geliat industri manufaktur di Indonesia juga terlihat dari capaian positif Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Agustus 2023 yang dirilis oleh Kementerian Perindustrian, dengan mencapai level 53,22 atau dalam fase ekspansi.
Pertumbuhan impresif dari industri manufaktur nasional tampak pula dari hasil Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia pada triwulan II-2023 yang menunjukkan ekspansi sebesar 52,39%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya 50,75%.
Baik hasil survei PMI manufaktur maupun IKI sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,17% pada triwulan II-2023, dengan sektor industri berkontribusi sebesar 16,30% terhadap PDB di periode tersebut.
“Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pengembangan industri sudah pada jalurnya. Kinerja positif ini menunjukkan optimisme yang tinggi di sektor industri manufaktur dalam menilai prospek ekonomi Indonesia ke depan,” ungkap Menperin.
Selain itu, Pemerintah terus menjalankan industrialisasi melalui kebijakan hilirisasi yang dinilai stategis memberikan peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa seperti pajak.
Menperin kembali menegaskan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, hilirisasi tidak hanya menyasar pada industri skala besar saja, tetapi juga untuk sektor industri kecil dan menengah (IKM).
“Jadi, hilirisasi itu bukan urusan nikel atau tembaga saja, yang dilakukan industri besar-besar, tetapi pelaku IKM pun harus berperan dalam hilirisasi ini seperti pengolahan kopi, kelapa sawit, atau rumput laut,” jelasnya.
Menanggapi hasil PMI Manufaktur Indonesia, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Jingyi Pan mengatakan, pada periode tersebut menandakan bahwa adanya banyak peningkatan yang tercatat di sektor manufaktur Indonesia.
“Baru kedua kalinya bisnis baru dari luar negeri mengalami peningkatan dalam 15 bulan terakhir,” ungkapnya.
Selain itu, kepercayaan diri di antara para produsen juga meningkat disertai dengan meningkatnya aktivitas perekrutan staf dan aktivitas pembelian. S&P Global mencatat, manufaktur Indonesia memperlihatkan optimisme tentang produksi 12 bulan yang akan datang.
“Secara keseluruhan, data terbaru memperlihatkan bahwa kondisi yang membaik ini berkontribusi terhadap ekspansi solid pada produksi barang menuju bulan kedua semester II-2023,” tutupnya.***