Pesta demokrasi lima tahunan yang terjadi di Indonesia telah menyita banyak perhatian. Tidak hanya dari warga Indonesia, tapi juga masyarakat dunia yang punya kepentingan dengan RI. Lalu pertanyaannya apakah Indonesia bisa melewati tahun politik dan menghindari risiko politik yang dikhawatirkan muncul sedari awal? Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Muliaman D Hadad, meski akan ada dampak dari perhelatan politik, namun kondisi perekonomian akan bisa dipertahankan dalam kondisi stabil. Meski begitu ancaman dari kondisi eksternal pun tidak pernah berhenti. Dengan sistem keuangan yang sudah terintegrasi dengan sistem keuangan global, kondisi yang terjadi di China, Eropa, Amerika tentu saja ikut mempengaruhi kondisi ekonomi dalam negeri. Berikut ini adalah petikan lengkap hasil wawancara wartawan Majalah Stabilitas dengan mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia itu.
Bagaimana kondisi ekonomi di tahun politik seperti sekarang?
Menurut saya, ada tiga yang akan mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia; Ketidakpastian dan ketidakstabilan ekonomi global, fundamental ekonomi domestik, dan pesta politik nasional. Pada acara World Economic Forum di Manila beberapa waktu lalu, saya mendapatkan beberapa pertanyaan yang terkait tentang kinerja industri keuangan dan dampaknya yang mungkin terjadi di tahun politik ini. Artinya, masyarakat di luar sana ternyata punya perhatian yang serius dan cukup mengikuti perkembangan dinamika di Indonesia ini secara dekat. Kemudian mempertanyakan, apakah kegiatan ekonomi bisa terus tumbuh.
Lalu jawabannya seperti apa?
Dinamika ekonomi global masih akan didominasi isu pengurangan stimulus (tapering off) dan penurunan peran China dan India pada perekonomian global. Sementara dari dalam negeri, defisit perdagangan dan transaksi berjalan menjadi tugas utama pemerintah. Dari sisi waktu, tahun ini adalah tahun politik, dimana akan terjadi suksesi kepemimpinan nasional. Tentu hal itu akan memberi dampak pada perekonomian nasional.
Meski demikian, ekonomi Indonesia akan mampu menghadapi dampak global maupun domestik. Meski pertumbuhan melambat, ekonomi Indonesia diyakini akan tetap stabil. Buktinya, lembaga pemeringkat Fitch Rating tetap memberikan investment grade pada Indonesia dengan outlook stabil. Industri keuangan yang bertumbuh dengan baik namun tetap sehat dapat menjadi bagian dari solusi masalah ekonomi yang ada.
Apakah kondisi politik itu penting dan akan berpengaruh terhadap kondisi perekonomian?
Tentu saja, namun kita berharap tahun politik ini tidak mengganggu kinerja perekonomian secara signifikan. Bila kita perhatikan tahun-tahun politik pada beberapa pemilu tahun-tahun sebelumnya, 1999 atau 2004 dan seterusnya, justru banyak dampak positifnya dari kegiatan politik terhadap perekonomian kita secara keseluruhan. Mudah-mudahan pada kali ini akan tetap seperti itu. Kebetulan data yang muncul belakangan ini mendukung tesis itu. Bahwa performance ekonomi Indonesia secara keseluruhan, saya kira, sudah keluar dari fragile five yang kemarin sempat dikhawatirkan. Dan di antara emerging market rasanya Indonesia yang paling perform dalam beberapa bulan terakhir ini. Paling tidak bila dilihat dari data yang muncul.
Indikator yang bisa dilihat?
Kita bisa saksikan yang terjadi di pasar modal. Banyak dana asing yang masuk dan jumlahnya triliunan rupiah untuk membeli aset-aset ataupun equity di pasar modal kita, juga surat-surat berharga dan sebagainya. Jalan masih panjang, tentu saja masih cukup menarik untuk terus diikuti secara dekat.
Apakah Anda optimistis soal dinamika ekonomi di tahun politik ini?
Saya termasuk orang yang positif dan optimis, bahwa kegiatan ekonomi akan terus membaik dan kami berharap presiden baru nanti akan melengkapi optimisme itu. Agar kemudian akan terjadi peningkatan momentum confidence yang sangat diharapkan. Namun yang perlu diingat, kondisi ekonomi kita tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi domestik tapi juga yang terjadi di tingkat global.
Maksudnya? Sistem keuangan di industri keuangan kita sudah sangat terbuka. Dengan demikian kita harus sudah dapat memperhitungkan bagaimana dampak kegiatan ekonomi global, apa yang sedang terjadi di China dan India dalam belakangan hari ini, dan kira-kira beberapa tahun ke depan bagi industri keuangan kita akan seperti apa.
Sejauhmana kondisi eksternal mesti diperhatikan ? Risiko eksternal juga penting untuk diperhatikan, ada beberapa hal yang menarik perhatian para pengamat. Saya ambil tiga hal penting saja. Pertama, perlambatan pertumbuhan ekonomi China, atau kemungkinan perlambatan. Sebetulnya China kalau disebut perlambatan, dia masih bisa tumbuh 7-8 persen. Kita bilang perlambatan, sebab sebelumnya tumbuh 8-9 persen, dan itu untuk kita masih cukup tinggi, tapi sudah ada kecenderungan perlambatan. Potensi perlambatan ekonomi China semakin meluas menyusul data-data industri yang belum terlalu meyakinkan. Saat ini sedang banyak diskusi di China, terutama terkait dengan kebijakan yang diambil oleh rezim baru yang sedang berkuasa, terutama terkait dengan ambisi politik China, baik pada tingkat global maupun regional dengan dukungan kondisi ekonomi yang ada di dalamnya. Kita telah mengikuti, pemerintah China memperkirakan akan merespon moderasi pertumbuhan ekonomi ini dengan rencana mengeluarkan berbagai macam stimulus untuk terus menjaga momentum pertumbuhan yang ada, terutama dengan melanjutkan pembangunan infrastruktur yang ada di China.
Bagaimana kondisi wilayah lain, Eropa misalnya? Nah, itu yang saya ingin lanjutkan. Berikutnya adalah percepatan pemulihan ekonomi di Eropa. Seperti diketahui, pemulihan ekonomi Euro zone masih belum konklusif dengan tingkat inflasi yang masih jauh di bawah target. Kebijakan Bank Sentral Eropa maupun otoritas di masing-masing negara anggota cenderung memicu sentimen pasar yang dapat mempengaruhi pasar keuangan di pasar keuangan seperti kita, emerging market. Belakangan, malah kemudian ada kejadian seperti mengusik luka lama. Seperti kita ikuti, sekarang sedang terjadi pemulihan di Eropa, dan selalu saja ada upaya untuk membubarkan Uni Eropa yang sudah cukup lama kemudian orang sudah banyak yang pesimis, apakah Uni Eropa ini ke depan akan menghasilkan sesuatu atau meningkatkan kesejahteraan buat masyarakat Eropa secara keseluruhan. Saya kira diskusi ini masih terus berlanjut, dan tentu saja di sana-sini mempengaruhi sentimen yang berkembang di Eropa. Walaupun mainstream yang ada terutama pemerintahan Eropa bagian barat. Saya kira, mereka akan terus komit untuk melanjutkan Europian Zone Union. Saya pikir ini menarik untuk kita ikuti termasuk beberapa inisiatif di bidang keuangan. Di Eropa juga akan hadir satu lembaga baru yang disebut, Lembaga Pengawas Terpadu se-Eropa. Ini lembaga pengawasan. Jadi sedikit demi sedikit otoritas lokal semakin dikurangi. Di moneter sudah jelas, dengan dibentuk Bank Sentral Eropa. Eropa disatukan. Sekarang pengawasannya pun di ambil ke Eropa, yang tadinya ada di negara. Sekarang Eropa sudah menjadi regional yang semuanya sudah sangat sentralistik.
Bagaimana dengan ekonomi Amerika? Di Amerika, isu tapering off masih terdengar, meski sudah lewat, tapi tentu saja ini masih punya dampak. Ada pemikiran, sebenarnya Amerika belum waktunya menghentikan stimulus terlalu tergesa-gesa. Sehingga ada program untuk me-reinvent kembali surat-suarat berharga yang jatuh tempo untuk kembali diambil. Kemudian potensi kenaikan suku bunga di Amerika. Ini juga menarik karena inflasi di Amerika sudah mulai merangkak naik. Implikasi kenaikan bunga di Amerika perlu kita lihat kemana kira-kira dampaknya merambat ke dalam perekonomian kita.
Berarti ada perbedaan yang mencolok antara kondisi ekonomi Eropa dan Amerika? Mario Bragi, Gubernur Bank Sentral Eropa, menyiratkan kemungkinan akan melakukan pengucuran moneter pada bulan depan (Juli) untuk memacu pertumbuhan dan mencegah pertumbuhan Euro dan hal ini terkait dengan laju infalsi yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Beberapa indikator sebenarnya menunjukan peningkatan, namun pada level yang rendah. Jadi, ada beberapa Saya termasuk orang yang positif dan optimis, bahwa kegiatan ekonomi akan terus membaik dan kami berharap presiden baru nanti akan melengkapi optimisme itu concern, di Eopa sana, semangatnya masih semangat stimulus. Jadi, sementara Amerika berusaha mengurangi stimulus dengan melakukan tapering off, sementara di Eropa semangat stimulusnya membesar. Ada sedikit perbedaan apa yang terjadi di Amerika dengan apa yang terjadi di Eropa. Nah, oleh karena itu tentu saja ini perlu menjadi perhatian kita, karena akan sangat mempengaruhi global flows dari capital. Tentunya akan sangat mempengaruhi ekonomi kita.
Bagaimana dengan aspek domestik? Di aspek domestik sendiri, ada tiga hal yang sering kita bicarakan. Pertama terkait dengan defisit fiskal, tingkat inflasi, dan defisit transaksi berjalan. Kalau kita mengikuti pembahasan APBN kita, saya kira sangat jelas. Kemudian pertumbuhan ekonomi domestik melambat, seperti yang kita perhatikan belakangan hari ini. Bank Indonesia malah memperkirakan pertumbuhan antara 5,1-5,5 persen. Jadi memang ada indikasi pelambatan. Saya melihatnya pelambatan malah mungkin menyehatkan. Karena ada keperluan untuk kita menurunkan impor. Menyehatkan neraca defisit kita sehingga dengan demikian memang perlu (menurunkan impor).
Bagaimana dengan utang luar negeri? Di Indonesia juga ada yang menarik, dengan beberapa keterbatasan likuiditas, ataupun permodalan, sementara kebutuhan biaya pembangunan masih sangat diperlukan. Akhirnya kemudian ditutup dengan pembiayan-pembiayaan lain. Yang kita khawatir itu pembiayaan lain mencari dananya di luar negeri. Karena dianggap lebih murah, sehingga kita terekspos dengan isu utang luar negeri swasta. Perusahaan pembiayaan di Indonesia, total dana yang diperoleh 40 persen datang dari luar negeri. Saya kira kalau ini tidak kita awasi dengan baik, maka akan terjadi kegoyahan terhadap industri kita. Untuk melihat profil risiko, salah satunya bisa dilihat dari kondisi likuiditas perbankan. Seperti apa kondisi risiko likuiditas bank kita sekarang? Defisit fiskal, tingkat inflasi, dan defisit transaksi berjalan akan sangat mempengaruhi profil risiko kita, terkait dengan risiko yang dihadapi oleh kita, termasuk risiko likuiditas yang dialami oleh industri keuangan kita. Likuiditas perbankan sebetulnya luar biasa besar. Jauh di atas keperluan minimum. Saya sedang berpikir untuk mengubah definisi Loan Deposit Ratio baik dari sisi atasnya maupun dari sisi bawahnya. Agar betul-betul mencerminkan situasi yang sesungguhnya. Sebab kadang-kadang dengan rasio LDR sekarang itu, selalu penjelasannya masih koma. Jadi bisa dimungkinkan didefinisikan apa sebetulnya aset-aset likuid itu. Mungkin ada LDR 1 ada LDR 2. Kalau NPL, ada istilah NPL nett dan NPL gross. LDR bisa dilihat dalam artian yang sempit dan LDR dalam artian yang luas. Dan ini berpengaruh terhadap pemuatan persayaratan lainnya. Jadi likuiditas dalam kondisi yang relatif baik, saya sebetulnya tidak terlalu kuatir mengenai likuiditas.
Menurut Anda, pasar merespons tahun politik ini seperti apa? Likuditas di pasar modal yang ditunjukan rata-rata harian nilai dan frekuensi transaksi perdagangan memang terjadi penurunan di bulan April. Penurunan ini antara lain diakibatkan keluarnya investor asing. Kemudian di bulan Mei, investor asing masuk lagi sehingga bisa kita saksikan ada optimisme dalam tahun politik ini. Karena pasar berharap, orang terpilih orang yang dianggap akan membangun optimisme pasar yang lebih lanjut, sehingga kemudian indeks juga naik, asing masuk naik. Sehingga optimisme terbangun. Kalau kemudian terpilih orang yang memang baik, tentu saja saya meyakini betul akan semakin terbangun optimisme yang semakin positif di perekonomian kita. Oleh karena itu tentu saja ini menjadi penting bagi kita. Kita perlu juga meyakini penyelenggaraan pemilihan berlangsung secara fair, adil. Rakyat diberikan akses seluas-luasnya. Kemudian tidak ada konflik. Pasar melihat pemilu harus dilakukan secara transparan dan baik. Kemudian di perusahaan pasara modal, dengan beban utang luar negeri yang cukup besar, tetapi financing to asset ratio, relatif stabil. Sementara tingkat utang masih terjaga di bawah ketentuan maksimal. Billing ratio ini rata-rata 10 kali, ini penting buat lembaga keuangan.
Bagaimana dengan risiko kredit tahun ini? Risiko kredit sebetulnya low to moderate. Karena NPL juga masih sangat rendah. Kualitas aset masih stabil, tercermin dengan NPL yang rendah stabil. Saya pikir ini salah satu kekuatan industri perbankan kita. Dan kenapa kemudian banyak diminati oleh investor asing. Hari-hari ini susah sekali investor asing untuk menahan masuk ke industri perbankan. Dan tidak ada yang mau dijual. Karena kalau mau dijual pun harganya sangat mahal. Karena yang punya bank tahu harganya sangat mahal, dia ngga mau jual. Jadi, asing kalau mau tidak bisa melalui akuisisi. Asing mau betul memiliki fresh money sebesar 3 trilyun. Silahkan. Tapi kalau akuisisi rasanya setiap orang ingin bisa masuk lagi.
Kalau risiko pasar, Anda melihatnya seperti apa? Risiko pasar, saya pikir kondisinya dalam keadaan baik-baik saja. Terutama di perbankan, begitu juga di lembaga pembiayaan dan reksadana. Kondisi likuiditas dan asset perbankan masih memadai. Pasar modal masih menunjukan penguatan, terutama pada beberapa minggu terkahir di bulan Mei, banyak masyarakat menyambut positif pengumuman salah satu calon. Indeks seperti dalam tekanan untuk terus menguat. Tentu saja ekspektasi ini akan terus seperti itu. Nilai investasi perushaan asuransi dan dana penisun juga menunjukan peningkatan. Indikator ekonomi di tahun politik ini, bila dilihat sejak Mei, everything seems ok!.