Jakarta – Sejumlah ekonom menilai Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan posisi suku bunga acuan Rate di level 6 persen pada rapat bulanan dewan gubernur pada Kamis (12/1) besok. Hal ini terkait dengan perkiraaan inflasi ke depan. Meski inflasi tahun kalender 2011 rendah di 3,79 persen, rencana kenaikan TDL dan pembatasan BBM bersubsidi bisa memicu inflasi lebih lanjut.
"Expected inflation bakal naik untuk 2012, setidaknya 5 persen. Bahkan bisa lebih jika pemerintah gagal mengamankan kebijakan pembatasan BBM bersubsidi. Karena itu, saya rekomendasikan BI rate tetap 6 persen," kata Ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono dalam pesan singkatnya, Rabu (11/1).
Bagi Tony, penurunan suku bunga acuan lebih lanjut tak tepat saat kondisi rupiah yang melemah. Tren rupiah saat ini masih melemah hingga di atas Rp 9.100 per dolar AS. "Karena itu, mempertahankan BI rate 6 persen adalah pilihan yang paling logis," sambungnya.
Tony juga menilai bahwa penurunan BI rate sebelumnya yang tidak serta merta direspon industri perbankan dengan menurunkan suku bunga pinjaman. Jika BI rate diturunkan lagi kemudian bank umum masih enggan menurunkan suku bunga, hal tersebut dapat merugikan reputasi BI. "Kebijakannya menjadi tidak kredibel, tidak efektif diikuti oleh bank-bank," sambungnya.
Secara terpisah Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto juga memprediksikan posisi BI Rate akan tetap pada 6 persen. Menurut Ryan, hal tersebut didorong oleh situasi luar negeri sekaligus pemantauan inflasi menyambut rencana pembatasan BBM bersubsidi dan kenaikan TDL.
Menurut Ryan, pertimbangan kondisi luar negeri merupakan gejolak krisis Eropa yang belum memperlihatkan tanda-tanda akan segera selesai. Selain itu, muncul juga kekhawatiran ketegangan AS dan Eropa mengenai percobaan nuklir Iran yang disebut sebagai terbesar di dunia saat ini.
"Di dalam negeri, ancaman lonjakan inflasi di bulan-bulan mendatang kaitannya dengan pembatasan BBM bersubsidi dan kenaikan TDL 10 persen, serta rupiah masih berada dalam situasi volatile karena ketidakpastian global menjadi pertimbangan," tukas Ryan.
Di samping itu, Ryan juga melihat perbankan dan sektor riil masih bisa mengakomodasi level suku bunga acuan di 6 persen. Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, juga mengungkapkan bahwa BI rate akan ditahan pada 6 persen.
Sebelumnya Kepala Ekonom Deutsche Bank Taimur Baig memprediksi BI rate akan ditahan di posisi 6 persen setidaknya sampai kuartal kedua tahun ini. Namun, Taimur berharap BI lebih menganalisis kemungkinan inflasi tahun depan.
"Tapi, apa yang saya sarankan tidak sama dengan ekspektasi saya. Ekspektasi saya, BI akan menahan BI rate sampai kuartal pertama dan kedua. Kita perlu harus lihat apakah inflasi akan menukik setelah reformasi kebijakan BBM. Tapi, saya rasa BI akan tetap berusaha agar dapat menahan BI rate pada posisi saat ini," katanya.
Deutsche Bank memperkirakan inflasi tahun ini secara total bisa mencapai 6 persen. Karenanya, bila BI rate ditahan pada 6 persen, maka suku bunga riil hanya 0 persen. Bila ingin suku bunga riil berada 1-2 persen, maka BI sebaiknya menaikkan BI rate ke 7 persen.