Oleh Agustaman
Setiap lulusan universitas hampir dipastikan menginginkan bekerja di tempat yang menjadi idamannya sejak kuliah. Informasi mengenai tempat kerjanya didapatkan dari senior yang sudah bekerja di sana, atau teman dan juga sumber informasi langsung dari perusahaan bersangkutan.
Berdasarkan sebuah survey yang dilakukan oleh Qerja, situs pengembangan karier, 30 persen pegawainya merasa bahwa keuntungan bekerja di sana adalah karena remunerasinya tergolong tinggi, kemudian disusul oleh masa depan yang terjamin 26 persen dan banyak ilmu dan pengalaman yang didapat sebesar 16 persen. Sementara lingkungan kerja yang baik mendapatkan perhatian sebesar 14 persen dan jenjang karier yang jelas sebesar 9 persen.
BERITA TERKAIT
Survey itu sesuai dengan pengalaman Rendy. Pemuda asal Palembang ini lulus seleksi dan ikut dalam program Officer Development Program (ODP) Mandiri pada Mei 2012. Dia masuk sebagai ODP Regional Angkatan 2. Rendy mengaku ikut seleksi ODP Mandiri karena dari kabar yang dia dapatkan sebelumnya, jenjang karir dan sistem kerja di Bank Mandiri terbilang baik.
Rendy bercerita, setelah mengikuti proses pelatihan selama tiga bulan di LPPI, Jakarta, dirinya ditempatkan sebagai Customer Service Officer (CSO) di suatu cabang Mandiri di salah satu kota di Kalimantan. “Soal penempatan itu, itu tergantung dari tes SHL (sejenis tes tulis pengetahuan umum) dan apa yang kita lakukan pada saat training, bukan pada saat melamar kerja,” papar Rendy.
Selama 11 bulan, Rendy ditempatkan di bagian operasional, lalu menjadi Business Development Officer di satu area di Kalimantan. Terakhir, dirinya menjadi Consumer Banking Manager di salah satu cabang, masih di bumi Borneo.
Sebagai Mandirians (sebutan para bankir Mandiri), Rendy mengaku lebih banyak suka ketimbang dukanya. Sukanya, selain suasana kerja yang kondusif, di Bank Mandiri dirinya benar-benar dididik untuk berintegritas sebagai Bankirnya.
“Setiap kepala unit biasanya punya kebiasaan unik sendiri untuk membuat stafnya nyaman di pekerjaan karena kita sama-sama sadar kalau target yang dikasih itu benar-benar challenging, pake banget. Dukanya juga ada, mulai dari salary yang lama naik, grade yang belum naik, tekanan target yang besar dari pimpinan, sampai cuti yang kadang ditolak sama bos,” kata dia tersenyum.
Lain lagi cerita Achmad Syamsudin, yang merupakan pegawai legacy (sebutan untuk pegawai yang berasal dari bank yang dimerger). Syamsudin yang awalnya tak sengaja memilih menjadi bankir di BDN (sebelum merger dengan 3 bank BUMN lainnya dan menjadi Bank Mandiri), mengakui di Mandiri bisa bekerja 24 jam.
“Banyak ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan saat bekerja di Mandiri. Dan itu modal saya untuk membangun dan mengelola perusahaan di luar Mandiri,”papar Syamsudin yang kini menjadi Direktur Utama Bank Sumsel Babel (BSB), kepada Stabilitas.
“Sampai sekarang, antar Mandirians kami saling berkomunikasi, bersinergi. Dan kami sama-sama saling mengisi lah. Dengan pak ADH (Agus Dwi Handaya, Direktur SDM Mandiri) saya masih berkomunikasi. Pak ADH kebetulan pernah gabung bareng di Bank Syariah Mandiri dengan saya. Dan semua itu ingin saya coba tuangkan ke BSB ini. Bikin better legacy-lah di BSB ini,” terang mantan Direktur Manajemen Risiko BSM ini.
Pengakuan Mandirians itu tampaknya dikonfirmasi oleh Forbes yang mengeluarkan laporan tentang World’s Best Employers 2018. Dalam daftar itu Bank BUMN itu mampu mengalahkan 1.989 perusahaan tersohor lain di seluruh dunia. Bank Mandiri lebih unggul dari Volkswagen Group (peringkat 16), Mastercard (21), Nestlé (29), Cisco Systems (34), Ferrari (36), Facebook (45), Nike (49), Adidas (62), Starbucks (63), Visa (71), Ford Motor (138), Yamaha (151), Prudential Financial (170), Airbus (192), dan bahkan Tesla (208).
Dalam daftar tahun sebelumnya, posisi Bank Mandiri di daftar Best Employers adalah 83 namun tahun ini melesat ke posisi 11. Pencapaian ini dinilai sangat mengesankan karena kepuasan pegawai artinya selalu meningkat.
Bank Mandiri saat ini memiliki lebih dari 30 ribu karyawan dengan lebih dari 1,800 kantor cabang di Indonesia dan 7 kantor perwakilan di luar negeri. Bank Mandiri juga ditargetkan mampu mencapai nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia di jangka waktu dekat serta masuk dalam jajaran Top 5 Bank di ASEAN.
Pembelajar Tangguh
Menurut Agus Dwi Handaya, Direktur Kepatuhan dan SDM Bank Mandiri, pengakuan internasional itu menjadi buah dari strategi yang dilakukan manajemen selama bertahun-tahun.
“Karena perubahan dunia kian kompleks dan banyak. Perusahaan yang eksis itu hanya bisa menjadi eksis kalau ada learning based organization. Jadi kita sekarang cari yang mau masuk Mandiri adalah orag yang mau belajar karena kalau tidak pasti ketinggalan,” papar Agus kepada Stabilitas.
Menurut eksekutif yang akrab disapa ADH ini, Mandiri memang menyediakan pelatihan yang standar dilakukan organisasi. Namun demikian kultur yang ada di Bank Mandiri membuat para Mandirians menjadi bankir-bankir yang mampu melakuka transformasi. “Dan menjadi kelebihan talent orang Mandiri tiap kali ditempatkan di suatu tempat yang selalu dia pikirkan adalah bagaimana lakukan perubahan transformasi,” jelas Agus.
Manajemen Bank Mandiri juga menyadari bahwa waktu para pegawai dalam satu hari banyak dihabiskan untuk bekerja. Karena itu perusahaan berupaya memberikan kenyamanan bekerja kepada seluruh pegawai.
“Kami terus berupaya meningkatkan pengembangan karyawan baik dari aspek kebahagiaan, kapabilitas, hingga produktivitas. Kami percaya karyawan yang bekerja dengan happy, capable, engage dan produktif adalah kunci keberhasilan perseroan dalam jangka panjang. Singkatnya, kami ingin menjadikan karyawan super happy dan super produktif,” ujarnya.
Menurut dia, dalam membangun kebahagiaan dan produktivitas, Bank Mandiri menggunakan pendekatan smell of the place. Dengan kata lain, perusahaan mengelola berbagai elemen kerja baik fisikal maupun emosional agar tercipta suasana (climate) yang membuat karyawan bahagia dan produktif. Dengan pendekatan ini ada empat elemen yang dibangun.
Pertama, role model dan komunikasi. Elemen ini bertujuan membangun komunikasi dan hubungan antara pimpinan dengan atasan serta antar kolega yang lebih egaliter, terbuka dan informal, baik dalam aktivitas kerja sehari-hari maupun acara-acara kebersamaan seperti happy hour, employee gathering, mandiri karnaval, Mandiri Volunteer.
Pimpinan unit juga dilatih untuk bisa story telling, menjawab pertanyaan dengan tepat, dan membimbing timnya untuk menemukan tujuan dalam bekerja.
Kedua, fasilitas dan simbol. Di sini, Bank Mandiri menyediakan berbagai fasilitas dan ruang kerja yang lebih kekinian sesuai dengan selera para milenial, termasuk fasilitas untuk hobi dan seni, olah raga baik indoor maupun outdoor.
Mandiri juga memiliki Mandiri Club yang mengorganisir komunitas berbagai hobi dan cabang olah raga yang diminati pegawai; memberikan fasilitas ruang laktasi bagi pegawai yang masih menyusui anak dan day care untuk anak usia 1-5 tahun sehingga pegawai bisa membawa anaknya ke kantor, serta memperkenankan pegawai berbusana kerja informal pada waktu tertentu.
Ketiga, Kapabilitas. Pada elemen ini, Bank Mandiri menyediakan berbagai training, pelatihan dan pendidikan melalui kerjasama dengan berbagai kampus terbaik di dalam dan luar negeri untuk meningkatkan kapabilitas teknis, soft-skill, leadership dan menjadikan karyawan sebagai pembelajar yang tangguh (growth mindset).
Keempat, elemen manajemen kinerja. Pada elemen ini Bank Mandiri mengimplementasikan berbagai tools dan metode untuk memperkuat akuntabilitas pengukuran kinerja karyawan.
Dalam kaitan tersebut Bank Mandiri juga menyediakan berbagai program untuk mengapresiasi pegawai, mulai dari hal yang dasar seperti gaji, bonus dan berbagai fasilitas tunjangan hingga program apresiasi khusus seperti Mandiri Best Employee, Mandiri Employee Award dan National Frontliner Championship.