JAKARTA, Stabilitas– PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia atau Bank) hari ini mengumumkan peningkatan pendapatan operasional bruto 3,7 persen menjadi Rp10,8 triliun untuk tahun keuangan yang berakhir 31 Desember 2019 dibandingkan dengan Rp10,4 triliun tahun lalu. Kenaikan pendapatan bruto terutama didukung oleh peningkatan pendapatan non bunga (fee based income) dalam periode tersebut.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, pendapatan operasional sebelum provisi naik 0,3 persen menjadi Rp4,4 triliun, sementara laba setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar Rp1,8 triliun dibandingkan dengan Rp2,2 triliun tahun lalu karena adanya peningkatan provisi sehubungan langkah konservatif yang dilakukan Bank dalam melakukan pencadangan kredit untuk portofolio pada segmen komersial yang terdampak oleh kondisi ekonomi yang menantang.
“Provisi kerugian kredit naik 35,9 persen menjadi Rp1,8 triliun per Desember 2019,”ujarnya.
Bank mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga (fee based income) sebesar 14,1 persen menjadi Rp2,6 triliun pada Desember 2019 dibandingkan dengan Rp2,3 triliun pada periode yang sama tahun lalu, terutama didukung pendapatan dari fee Global Market, bancassurance, investasi, dan fee transaksi jaringan elektronik (e-channel).
“2019 kembali menjadi tahun yang menantang, tetapi Maybank Indonesia berhasil memperoleh pendapatan operasional yang baik di tengah menurunnya pertumbuhan kredit. Fee income yang diperoleh dari transaksi melalui channel M2U, bancassurance, wealth management fee meningkat tajam dan menjadi penopang pertumbuhan pendapatan Maybank Indonesia,”ujar Taswin
Pendapatan bunga bersih meningkat 0,8 persen menjadi Rp8,2 triliun, sementara Marjin Bunga Bersih turun 17 basis point menjadi 5,07 persen pada akhir December 2019. Namun, Marjin Bunga Bersih pada Desember 2019 naik 10 basis point dibandingkan 4,97 persen pada September 2019 karena upaya berkelanjutan Bank dalam meningkatkan imbal hasil kredit dan mengurangi biaya dana selama kuartal keempat tahun ini. Bank juga berhasil mengurangi kelebihan likuiditas yang berbiaya tinggi yang dibukukan pada semester satu yang merupakan langkah aktif untuk memastikan kecukupan likuiditas dalam memitigasi semua risiko selama dan sesudah pemilu. Bank akan terus menjaga kedisiplinan dalam penentuan suku bunga kredit dan pengelolaan dana secara aktif untuk dapat memitigasi tekanan pada marjin dengan lebih baik.
Strategi Bank untuk mengurangi biaya dana yang tinggi mengakibatkan penurunan total simpanan nasabah sebesar 5,3 persen menjadi Rp110,6 triliun per Desember 2019 dibandingkan dengan Rp116,8 triliun pada Desember 2018.
“Meskipun demikian, Bank terus secara aktif menjaga aset dan liabilitas untuk memastikan tingkat pendanaan dan biaya yang optimal setiap saat. Rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit (LDR-Bank saja) berada pada tingkat yang sehat sebesar 94,1 persen sementara Rasio Cakupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR-Bank saja) berada pada 145,2 persen per Desember 2019, jauh melampaui kewajiban minimum sebesar 100 persen,”pungkasnya.