JAKARTA, Stabilitas.id – PT Hutama Karya (Persero) terus memperkuat implementasi manajemen risiko dalam pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), guna menjaga kesinambungan proyek strategis nasional tersebut dari sisi investasi, keuangan, hingga waktu penyelesaian.
Sebagai proyek prioritas pemerintah berdasarkan mandat Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014 yang diperbarui lewat Perpres Nomor 42 Tahun 2024, JTTS diharapkan menjadi tulang punggung konektivitas darat di Pulau Sumatera sekaligus akselerator pertumbuhan ekonomi kawasan.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah, Agus Harimurti Yudhoyono, dalam ajang International Conference on Infrastructure (ICI) 2025, menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur tidak semata proyek fisik, melainkan bagian dari sistem ketahanan nasional yang mendukung ekosistem logistik dan pembukaan potensi ekonomi baru di daerah.
EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, menyampaikan bahwa keberadaan JTTS telah menurunkan waktu tempuh, menekan biaya logistik, mempercepat distribusi hasil pertanian dan industri, serta meningkatkan pendapatan masyarakat di sejumlah wilayah hingga 70%.
Meski demikian, pembangunan JTTS menghadapi berbagai tantangan khas proyek infrastruktur besar, mulai dari pembebasan lahan yang kompleks, proses administratif seperti penerbitan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) hingga Sertifikat Laik Fungsi (SLF), yang memerlukan koordinasi lintas instansi dan waktu yang tidak singkat.
“Ketika terjadi deviasi dari jadwal, dampaknya tidak hanya pada konstruksi, tetapi juga pada struktur biaya, beban bunga, dan arus kas proyek. Maka itu, kami memperkuat pendekatan manajemen risiko untuk menjaga kelayakan investasi dan kesinambungan keuangan perusahaan,” ujar Adjib dalam keterangan resmi, dikutip (21/7/2025).
Diversifikasi Pendanaan
Sebagai bagian dari mitigasi risiko, Hutama Karya menerapkan sejumlah strategi seperti penyesuaian masa konsesi guna mengoptimalkan pengembalian investasi, serta diversifikasi instrumen pendanaan melalui kombinasi Penyertaan Modal Negara (PMN), obligasi, pinjaman perbankan, dan dukungan lainnya dari pemerintah.
Perusahaan juga mengadopsi skema Pembayaran Berkala Berbasis Layanan (PBBL) yang memberikan kepastian pembayaran berdasarkan kinerja. Skema ini dinilai mampu menekan eksposur risiko akibat tidak tercapainya volume lalu lintas harian minimum (VLL) dan membantu efisiensi fiskal pemerintah.
Di sisi operasional, digitalisasi turut diterapkan melalui sistem pemantauan proyek secara real-time yang memungkinkan percepatan penyelesaian konstruksi sekaligus pengawasan ketat terhadap penggunaan anggaran.
“Setiap ruas tol ditinjau melalui kajian risiko komprehensif yang mencakup analisis sensitivitas biaya, evaluasi dampak keterlambatan, dan studi kelayakan finansial. Hasil kajian menjadi basis pengambilan keputusan yang cepat dan berbasis data,” tambah Adjib.
Respons Terhadap Risiko Eksternal
Untuk menghadapi dinamika eksternal, termasuk fluktuasi suku bunga, volatilitas harga material, dan kebijakan fiskal nasional, perusahaan menerapkan stress testing dan perencanaan skenario secara berkala.
Pendekatan ini disebut sebagai bagian dari penguatan sistem manajemen risiko responsif yang menyatu dalam tata kelola proyek secara menyeluruh.
“JTTS bukan hanya penghubung antarwilayah, tapi juga pengungkit daya saing nasional dan simbol komitmen bersama dalam membangun Indonesia yang terintegrasi dan berkelanjutan,” kata Adjib.
Progres Konstruksi JTTS
Hingga pertengahan 2025, Hutama Karya mencatat telah membangun sekitar 1.235 km JTTS, yang mencakup ruas yang sudah beroperasi maupun dalam tahap konstruksi. Ruas yang telah beroperasi di antaranya:
- Tol Bakauheni – Terbanggi Besar (140 km)
- Tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung (189 km)
- Tol Palembang – Indralaya (22 km)
- Tol Indralaya – Prabumulih (64 km)
- Tol Betung – Jambi Seksi 3 (33,6 km)
- Tol Bengkulu – Taba Penanjung (16,73 km)
- Tol Pekanbaru – Dumai (132 km)
- Tol Medan – Binjai (17 km)
- Tol Binjai – Pangkalan Brandan (58 km)
- Tol Pekanbaru – XIII Koto Kampar (55,4 km)
- Tol Padang – Sicincin (35,45 km)
- Tol Indrapura – Kisaran (48 km)
- Tol Kuala Tanjung – Tebing Tinggi – Sinaksak (91 km)
- Tol Sigli – Banda Aceh Seksi 2 – 6 (49 km)
Dengan fondasi manajemen risiko yang semakin kokoh, Hutama Karya menargetkan pembangunan JTTS terus berlanjut secara efisien dan bertanggung jawab guna mendukung transformasi infrastruktur nasional. ***





.jpg)










