Jakarta – Menyusul sukses dua tahun sebelumnya, 2012 dan 2013, Lifestyle Expo in Jakarta (LEJ) kembali digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta. Tahun ini, pameran bergengsi yang menawarkan produk gaya hidup Hong Kong itu dibuka oleh Deputi bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementrian Koperasi dan UKM (KUKM) Emilia Suhaimi.
Dalam sambutannya, Emilia mengungkapkan gaya hidup merupakan indikator perkembangan ekonomi suatu bangsa, "Karenanya kami menyambut baik adanya pameran Lifestyle Expo in Jakarta (LEJ) yang ketiga ini, yang menunjukkan bahwa Jakarta punya potensi sebagai pusat gaya hidup di masa depan," paparnya.
Selain itu, pameran juga dihadiri Ketua Komite Hong Kong – Macau Kadin James Budiono, Konsul Jenderal Indonesia untuk Hong Kong Chalief Akbar, serta Assistant Executive Director Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) Raymond Yip.
BERITA TERKAIT
"Tahun ini kami berharap pengunjung LEJ tidak hanya datang dari Indonesia, tapi juga buyer dari Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand, juga negara-negara lain di Asia Tenggara, bisa ikut berpartisipasi," ujar Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) Assistant Executive Director Raymond Yip.
Sebanyak 170 pelaku bisnis produk gaya hidup asal Hong Kong berpartisipasi dalam pameran kali ini. Diharapkan tahun ini, LEJ bisa menyedot 12 ribu buyer atau naik 20% dari jumlah tahun lalu.
“Kami berniat terus membangun sukses bersama-sama dengan pelaku bisnis di Indonesia dalam menawarkan produk-produk gaya hidup terbaik dengan harga terjangkau,” sambung Yip.
Indonesia merupakan pasar yang berpotensi terus tumbuh di Asia, dengan Hong Kong dan Indonesia yang telah menjadi partner bisnis sejak lama. Hubungan perdagangan Indonesia-Hong Kong sangat kuat dan akan terus berlangsung baik.
Indonesia, saat ini, memiliki pertumbuhan per kapita yang cukup stabil menurut perhitungan IMF, yakni sebanyak 5,8% di 2013. Sebelumnya, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2011-2012 adalah 6,5% dan 6,2%. Di sisi lain, jumlah populasi Indonesia yang mencapai angka 248 juta jiwa pada 2013, merupakan pasar yang potensial.
Pasar Indonesia menyimpan potensi besar dan membutuhkan produk inovatif, baru dan segar untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan Hong Kong punya kemampuan untuk memenuhi hal tersebut.
Di sisi lain, Hong Kong merupakan salah penyedia terbesar untuk busana dan aksesoris, serta merupakan tempat lahirnya desainer muda berbakat. Para perancang mode Hong Kong dikenal memiliki gaya unik dalam mengombinasikan budaya Barat dan Timur, yang menjadikan desain mereka berbeda. Selain itu, mereka juga telah memiliki reputasi internasional dalam mempertunjukkan karya mereka secara profesional dan selaras dengan tren, serta di saat yang bersamaan bisa memadukan sisi komersial serta inovasi.
Beberapa di antara mereka bahkan sudah cukup dikenal di pasar internasional, termasuk Eropa dan Amerika, seperti Vivienne Tam, Johanna Ho, Hidy Ng, Dorian Ho, Manix Wong, Erbert Chong, juga barisan brand layaknya Ground Zero, I.T., Shanghai Tang, Jessica, Michel René, MOISELLE, ÓPA, G2000, Blanc de Chine, Wanko, Giordano, Baleno, Bossini and Qeelin (perhiasan). Beberapa desainer Hong Kong lainnya yang berkecimpung di liga internasional adalah Barney Cheng, Walter Ma, Lulu Cheung, Peter Lau, Bonita Cheung, Harrison Wong.
Adapun, angka Pertumbuhan Domestik Bruto Indonesia tumbuh sebesar 5,7% tahun per tahun di 2013, dengan sektor konsumsi pribadi berkontribusi terhadap lebih dari setengah PDB, yang berimbas positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menurut data statistik pemerintah Hong Kong, produk utama ekspor Hong Kong ke Indonesia adalah peralatan telekomunikasi (23%), material rajut (7,2%), computer (5,7%) serta benang katun (4,6%). Penjualan ritel tumbuh sebanyak 12% (YoY) pada Januari 2014 (sesuai dengan catatan Bank Indonesia). Pertumbuhan angka konsumsi domestik tersebut didukung beberapa faktor, termasuk kemampuan membeli, suku bunga rendah, serta terus tumbuhnya pasar kelas menengah.
Indonesia, di sisi lain merupakan destinasi ekspor ke-24 terbesar Hong Kong. Pada 2013, angka ekspor Hong Kong ke Indonesia menurun 6,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dengan nilai US$2,94 milyar. Adapun Hong Kong mengimpor batu bara (34,9%), peralatan telekomunikasi (10,6%), serta makanan siap saji (8,2%). Tahun 2013, angka impor Hong Kong dari Indonesia turun sebesar 4.4%.
Yip juga mengungkapkan lewat LEJ ketiga ini, pihak HKTDC berharap bisa lebih meningkatkan kerjasama ekonomi antara Indonesia – Hong Kong. “Kami mengharapkan kerjasama ekonomi Indonesia dan Hong Kong bisa terus tumbuh,” papar Yip. Antusiasme terhadap pameran baru pertama kalinya dihelat di Jakarta ini terlihat jelas dari jumlah pengunjung yang memenuhi registration booth.
Tahun ini, "Buyer yang mendaftar pun tidak semuanya datang dari Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, sekitar 20% buyer datang dari Singapura, Malaysia dan Filipina," pungkas Yip.





.jpg)










