JAKARTA, Stabilitas.id – Bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, perayaan Lebaran mungkin akan berbeda. Mereka menjaga hubungan dengan keluarga lewat video call atau dukungan finansial sebagai bentuk kasih sayang.
Untuk itu, Heni Sri Sundani, mantan TKI di Hong Kong yang kini menjadi sociopreneur dan pendiri gerakan Anak Petani Cerdas, membagikan pengalamannya di bulan Ramadhan dan Idul Fitri selama menjadi TKI.
Ia mengungkapkan, tantangan terbesarnya adalah mengelola keuangan, mengingat mereka tidak hanya bertanggung jawab atas kehidupan sendiri di luar negeri, tetapi juga harus menghidupi keluarga di Tanah Air.
Untuk itu, Wise memberikan tips dalam mengelola keuangan dengan lebih baik menjelang Hari Raya bagi para TKI atau Pekerja Migran Indonesia (PMI).
- Tetapkan Skala Prioritas
Penting bagi pekerja migran untuk memiliki skala prioritas. Pada dasarnya, tidak semua hal perlu dibeli; terkadang kita membeli hal-hal hanya untuk memenuhi keinginan kita, bukan apa yang kita butuhkan. Penting untuk membedakan kebutuhan dari keinginan, apalagi bagi pekerja migran yang memiliki tanggung jawab ganda.
- Mulailah Menyiapkan Rencana Keuangan dengan Matang
Anggaran untuk bulan suci Ramadhan sebaiknya direncanakan jauh-jauh hari.
Begitu pula untuk kebutuhan menjelang lebaran. Dengan mempersiapkan diri dari awal Ramadhan, kebutuhan menjelang Lebaran dapat diatasi dengan efisien tanpa terburu-buru.
- Manfaatkan Platform Remitansi yang Murah dan Transparan untuk Mengirim Uang ke Indonesia
Banyak yang tidak menyadari bahwa layanan pengiriman uang tradisional dapat menimbulkan biaya yang lebih tinggi karena adanya biaya tersembunyi dan nilai tukar tinggi. Akibatnya, keluarga di Indonesia seringkali menerima jumlah uang yang lebih sedikit dari yang mereka harapkan.
Para TKI mengandalkan metode yang rumit seperti menitip uang kepada teman yang mudik, atau menggunakan layanan remitansi tradisional. Hal tersebut dapat membuat para TKI membayar lebih tinggi karena adanya biaya nilai tukar yang tinggi.
Menurut World Bank, rata-rata biaya pengiriman uang global adalah 6,04%—ini berarti ketika seorang TKI mengirim Rp5,000,000 ke Indonesia, ia dapat dikenakan biaya sekitar Rp300,000.
“Dulu, aku sempat magang di salah satu penyedia layanan remitansi di Hong Kong, dan memang dikenakan berbagai macam biaya yang cukup besar untuk mengirim uang ke Indonesia. Banyak teman-teman TKI saya juga harus mengeluarkan biaya lain di luar transaksi, seperti biaya transportasi untuk ke bank, dan sebagainya,” jelasnya.
Heni menjelaskan, ia menggunakan Wise untuk mengirim uang kepada keluarganya di Indonesia. Wise menyediakan layanan pengiriman uang ke lebih dari 70 negara di seluruh dunia dan mengenakan biaya rata-rata sebesar 0,65%.
“Dengan cara ini, saya dan keluarga saya di Indonesia bisa memaksimalkan uang hasil kerja keras kami saat Idul Fitri,” ungkap Heni.***





.jpg)










