JAKARTA, Stabilitas.id – Dalam beberapa tahun terakhir, industri minyak dan gas (migas) dunia menghadapi berbagai tantangan yang berdampak pada sektor migas indonesia dalam menarik investasi dan mempertahankan tingkat produksi.
Melalui analisis Kementerian Investasi Indonesia, sektor migas mengalami beberapa tantangan khusus yang berdampak pada tingkat investasi, antara lain penurunan tingkat produksi dari lapangan-lapangan tua, yang menyebabkan penurunan cadangan dan peningkatan biaya eksplorasi.
Selain itu, ketidakpastian peraturan dan birokrasi telah mempersulit investor untuk menavigasi lanskap investasi, yang menyebabkan kurangnya investasi baru di sektor ini.
BERITA TERKAIT
Hal tersebut diungkapkan oleh Sekertaris Jenderal BPP HIPMI yang juga Ketua Umum ASPEBINDO, Dr. Anggawira MM, MH, dalam keterangan tertulisnya, pada Jumat (31/3/23).
“Untuk mengatasi tantangan tersebut, Indonesia sebetulnya telah menerapkan beberapa langkah yang mencakup serangkaian insentif bagi investor, seperti tax holiday dan manfaat lainnya, serta upaya untuk merampingkan proses regulasi dan menciptakan iklim investasi yang lebih menarik,” ungkap Anggawira.
Anggawira juga melanjutkan, selain penurunan tingkat produksi, sektor migas juga dipengaruhi oleh pergeseran global menuju sumber energi terbarukan. Banyak investor yang kurang berminat untuk berinvestasi di sektor migas dengan alasan lingkungan dan potensi keuntungan yang lebih besar di masa mendatang.
“Hal ini terlihat dari data yang dikeluarkan oleh International Energy Agency (IEA) yang menunjukkan bahwa investasi global di sektor energi terbarukan telah melampaui investasi di sektor minyak dan gas pada tahun 2020,” jelasnya.
Meskipun begitu, Kementerian Investasi dan SKK Migas optimis sektor minyak dan gas masih tetap menarik bagi investor karena keyakinan bahwa Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas yang besar dan potensi produksi yang tinggi.
“Menurut saya untuk mengatasi tantangan tersebut, Indonesia harus terus menerapkan kebijakan yang ditujukan untuk mendukung sinergisasi pertumbuhan kedua sektor tersebut seraya menarik investasi baru,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menginvestasi teknologi eksplorasi dan produksi baru, serta meningkatkan kerja sama dengan mitra internasional dan pemangku kepentingan lainnya di kedua sektor.
“Memang dalam jangka panjang, Indonesia juga harus mempertimbangkan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya non-renewable seperti minyak dan gas bumi. Indonesia perlu meningkatkan investasi di sektor energi terbarukan guna mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan juga memastikan keberlanjutan pasokan energi di masa depan,” jelas Anggawira.
Dalam penutupnya, Anggawira menyimpulkan, investasi di sektor migas Indonesia sangat penting untuk pertumbuhan dan pembangunan ekonomi negara.
Meskipun menghadapi tantangan yang signifikan, ada peluang untuk sektor migas tumbuh dan berkembang dengan u paya berkelanjutan untuk mengatasi tantangan dan meningkatkan iklim investasi.***





.jpg)










