JAKARTA, Stabilitas.id – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati bertemu dengan Presiden Asian Development Bank (ADB) Masato Kanda di sela-sela rangkaian agenda ASEAN+3 di Milan, Italia, pada Senin (5/5). Masato Kanda yang baru memulai tugasnya sebagai Presiden ADB pada Februari lalu, menggantikan Masatsugu Asakawa, hadir dalam pertemuan bilateral yang berlangsung produktif.
Dalam pertemuan tersebut, Menkeu menegaskan pentingnya kemitraan yang solid antara Indonesia dan ADB untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global serta mendukung agenda pembangunan nasional. Ia menyampaikan bahwa sektor-sektor seperti energi terbarukan, pengembangan infrastruktur berkelanjutan, dan investasi pada kualitas SDM dapat menjadi prioritas dalam kerja sama ke depan.
“Dukungan ADB, baik dari sisi pembiayaan maupun keahlian, akan sangat berarti dalam mengakselerasi kemajuan Indonesia,” teranf Menkeu.
BERITA TERKAIT
Menkeu juga menyoroti peran sentral kawasan Asia Tenggara dalam dinamika ekonomi dunia saat ini. Menurutnya, Indonesia dapat memanfaatkan kinerja ekonomi regional yang kuat sebagai peluang untuk mendiversifikasi mitra dagang, industri, dan ekspor.
“Saya menyampaikan harapan agar ADB dapat menjadi katalis untuk menghubungkan Indonesia dengan pasar yang lebih luas,” ungkap Menkeu.
Menkeu menegaskan komitmen bahwa Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dan sinergi dengan ADB untuk memastikan program-program pembangunan berjalan efektif dan memberikan dampak positif yang nyata bagi masyarakat.
Apresiasi Turki
Usai melakukan rangkaian agenda ASEAN+3 Finance Ministers’ and Central Bank Governors’ Meetings di Milan, Italia, Menteri Keuangan Sri Mulyani singgah di negara Turki untuk melakukan pertemuan bilateral yang konstruktif dengan Menteri Keuangan dan Perbendaharaan Turki, Mehmet Şimşek.
Pertemuan yang berlangsung di kota Ankara pada Senin (5/5) ini membahas berbagai isu krusial, mulai dari dinamika ekonomi global terkini hingga pemulihan ekonomi Turki pasca bencana gempa bumi dahsyat yang melanda negara tersebut pada tahun 2023.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Şimşek berbagi secara mendalam mengenai kondisi perekonomian Turki, terutama setelah menghadapi dampak signifikan dari gempa bumi besar yang mempengaruhi lebih dari 13,5 juta penduduk. Bencana alam tersebut juga menyebabkan kerusakan infrastruktur vital, termasuk runtuhnya empat pembangkit listrik dan 853 ribu bangunan komersial, hingga semakin memperburuk tekanan inflasi tinggi yang telah dialami Turki sejak akhir tahun 2022.
Menteri Şimşek menjelaskan bagaimana Turki membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk menata kembali kebijakan moneter negaranya. Hal ini dilakukan setelah APBN Turki bekerja keras dalam merekonstruksi wilayah-wilayah yang terdampak gempa. Saat ini kondisi APBN Turki mulai menunjukkan perbaikan yang menggembirakan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani pun menyampaikan apresiasinya atas kerja keras dan ketangguhan Turki dalam membangun kembali perekonomiannya dengan baik pasca bencana. Pertemuan ini ia nilai sangat bermanfaat karena memberikan wawasan baru dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai upaya pemulihan ekonomi suatu negara dalam menghadapi tantangan yang berat.
“Saya mengapresiasi kerja keras Turki dalam membangun kembali perekonomiannya secara baik. Senang sekali bisa mendapat wawasan baru dari pertemuan kali ini,” ujar Menkeu Sri Mulyani sebagaimana dikutip dari laman Instagram @smindrawati pada Selasa (6/5).
Lebih lanjut, Ia menyampaikan harapan agar Indonesia dan Turki dapat terus mempererat hubungan bilateral melalui pertukaran ilmu dan pengalaman, serta meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan. Kolaborasi ini diharapkan dapat mendorong pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan di kedua negara. ***





.jpg)










