JAKARTA, Stabilitas.id – Pemerintah mendukung industri furnitur dan home decor Indonesia untuk memperluas akses pasarnya di tengah ketidakstabilian ekonomi global, khususnya Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki dalam acara launching Pameran ‘The International Furniture and Craft Fair Indonesia atau (IFFINA),’ yang berlangsung di Jakarta, pada Selasa (9/5/23).
“Dalam beberapa waktu ke depan industri furnitur dan home decor harus membidik pasar alternatif tak hanya Amerika dan Eropa tetapi juga Timur Tengah misalnya. Karena dunia sedang mengalami perubahan kekuatan ekonomi. Ini tak sebentar saja terjadi,” ungkap Teten.
Pada 2022, sebesar 90 persen produk hasil industri furnitur dipasarkan di luar negeri dengan Amerika Serikat sebagai pangsa pasar terbesar produk furnitur Indonesia yang menyerap 51%, dari total nilai ekspor furnitur lokal, sementara pasar Eropa menyerap sekitar 19%.
Dalam upaya tersebut, digelar pameran IFFINA 2023 yang akan dilaksanakan pada 14-17 September 2023, di ICE BSD City, Tangerang, Banten dan diinisiasi oleh Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO).
Menteri Teten berharap, IFFINA dapat menjadi wadah bagi pelaku usaha UMKM di sektor furnitur untuk memperluas akses pasar.
“Nanti harus lebih banyak lagi event furnitur di dalam negeri. Karena importir lebih senang ada pusat furnitur, sehingga tak perlu blusukan ke berbagai workshop lebih baik datang ke satu tempat produknya,” ungkap Teten.
Di kesempatan yang sama, Ketua Umum ASMINDO Dedy Rochimat mengatakan, pihaknya kembali akan menggelar IFFINA, setelah sebelumnya sempat vakum selama enam tahun.
Tahun ini, IFFINA akan didukung oleh tiga Kementerian terkait, yakni Kementerian Perindustrian, KemenKopUKM, Kementerian Perdagangan, serta Bank Indonesia (BI).
Dedy menyebut, industri mebel dan kerajinan merupakan industri yang PDB-nya terus tumbuh sejak enam tahun terakhir.
Pada 2022 saja, pasar mebel dunia berhasil mencatat pendapatan secara global sebesar 695 miliar dolar AS (Rp l10.256,8 triliun) dan diprediksi meningkat menjadi 766 miliar dolar AS (Rp11.304,6 triliun) pada akhir 2023.
“Tetapi jika dibandingkan dengan Indonesia, industri mebel indonesia saat ini baru bisa mencatatkan pendapatan sebesar 2,8 miliar dolar AS (Rp41,32 triliun) tahun 2022, yang secara ranking global menempatkan kita di urutan ke-17 dunia dan ke-4 di regional asia, masih di bawah China, Vietnam, dan Malaysia,” ungkap Dedy.
Menurutnya, angka tersebut masih cukup kecil, padahal industri mebel merupakan industri strategis yang memiliki banyak manfaat. Selain menjadi industri penghasil devisa yang kuat, industri mebel juga memiliki nilai tambah yang tinggi karena rantai nilai yang panjang dan keunggulan pada sumber daya alam Indonesia yang melimpah.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengungkapkan, sektor industrial memberikan kontribusi sebesar 53,4 persen ke PDB Non Migas, di mana industri furnitur berkontribusi sebesar 1,3 persen dengan nilai ekspor sebesar 2,47 miliar dolar AS pada 2022, atau turun 2 persen dari ekspor tahun 2021.
“Kontraksi disebabkan oleh kondisi global yang harus terus diwaspadai. Namun kami yakin, melihat kondisi pasar dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) per April 2023 sebesar 51,38 persen berada di level ekspansi,” ungkap Putu.
Untuk itu, Kemenperin katanya, fokus pada tiga strategi dalam mengubah stagnasi industri furnitur. Pertama, mengalihkan pasar ekspor terdampak resesi ke pasar domestik.
Kedua, bersama kementerian terkait, memperluas negara tujuan ekspor ke pasar non tradisional dengan membentuk satgas. Dan ketiga, memperkuat media promosi lewat pameran fisik dan media digital.***





.jpg)










