BANDUNG, Stabiltas.id – Mirza Adityaswara, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Terpilih mengatakan saat ini perekonomian telah pulih dari dampak pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dalam dua tahun terakhir. Sehingga sektor keuangan, tak terkecuali BPD bisa bergerak melanjutkan fungsi intermediasi dalam mendukung aktivitas ekonomi. Tentunya dengan penuh kehati-hatian.
“Akibat dihantam pandemi Covid-19, pemerintah dan otoritas keuangan dan bank sentral di seluruh dunia berkomitment untuk menyelamatkan manusia dan ekonomi dengan berbagai kebijakan strategis. Ada yang memangkas suku bunga secara drastis, uang triliun dolar dikucurkan, termasuk di Indonesia ratusan triliun digelontorkan oleh BI dalam membantu pemerintah. Hasilnya, sekarang kita sudah berada di situasi normal, walau belum 100 persen. Kita sudah 95 normal,” ungkap Mirza dalam paparannya sebagai pembicara kunci di event LPPI HC-BPD Conference 2022 dengan tema ‘ONE Spirit in Creating Resilient Regional & National Talent’ bertempat di Hotel Trans Luxury Bandung, Kamis 02 Juni 2022.
Mantan Direktur Utama LPPI ini menjelaskan dua hal yang harus dicermati oleh sektor pebankan, termasuk BPD yakni pergerakan suku bunga dan inflasi secara global. Bahwa ketika pandemi Covid-19 suku bunga dipangkas drastis hingga 0%, atau juga berada di level yang rendah, maka saat ini ketika memasuki normal baru, posisi suku bunga acuan oleh otoritas moneter di berbagai negara akan kembali ke level sebelum pandemi.
BERITA TERKAIT
“Jadi yang suku bunga rendah itu harus dikembalikan ke normalnya. JIka AS normlanya suku bunga The Fed 3%, maka ke depan dia akan menuju ke situ. Indonesia, masa krisis inflasi hanya 1%-1,2&, maka kalau saat ini, normalnya inslasi akan naik, dan suku bunga kita dua tahun ke depan diperkirakan akan menuju ke 5%. Memang ada inflasi yang terlalu tinggi di AS. Tetapi di Indonesia inflasi terkendali karena ada subsisi. Kalau ikut harga pasar, pasti inflasi terkerek tinggi. Tetapi pemerntah subsidi 400 triliun. Dari mana duitnya, dari kelapa sawit,” jelas Mirza.
Kendati perekonomian bergerak ke era nomal seperti tahun 2011 – 2018, Mirza meminta insan BPD untuk tidak perlu khawatir. Yang harus dilakukan adalah tetap mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan nasional dan global yang semua back to normal. Dia pun berharap semoga perang Rusia vs Ukraina cepat berakhir, kendati kurs Rubel yang sempat jatuh drastis, saat ini telah kembali normal. “Tetapi kita perlu monitor. Jangan khawatir sehingga ekspansi ditahan. Tetap saja ekspansi, cari klien baru. Karena kita kembali ke normality,” pungkas Mirza.
Maka itu, di saat kondisi saat ini, BPD harus mempunyai ekonom untuk membantu mencermati dan memberikan masukan secara berkala kepada manajemen karena kondisi ekonomi global terus berubah. “BPD harus punya ekonom, dan ekonomnya harus up to date dengan kondisi ekonomi, perdagangan, suku bunga, inflasi. Kalau BPD tidak memilki ekonom nanti ketinggalan, karena misalnya lagi menggenjot kredit, taunya suku bunganya naik tinggi. Masih tahan kredit, sebenarnya suku bunga sudah turun. Di semua bank besar, ekonomnya ada beberapa. Peranya memberi masukan yang tepat sehingga kredit dan ekspansi berjalan baik,” papar Mirza.
Mirza menambahkan, soal kekhawatiran akan terjadi staglasi, sebuah kondisi akibat inflasi naik tinggi dan diredam menggunakan suku bunga berlebihan yang berdampak pada kembali jatuhnya ekonomi. Hal itu berjaca dari kondisi AS, China, Eropa. “Memang ada risiko staglasi, tetapi saya belum percaya itu akan terjadi,” demikian Mirza.***





.jpg)










