• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Sabtu, November 22, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Internasional

Musim Semi di Jazirah Arab

oleh Sandy Romualdus
11 Januari 2012 - 00:00
42
Dilihat
Musim Semi di Jazirah Arab
0
Bagikan
42
Dilihat

Gelombang perubahan yang menjalar di sejumlah negara kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara masih belum menghasilkan pemerintahan yang stabil. Pertumbuhan ekonomi pun ikut melambat sehingga berpotensi menimbulkan ketegangan sosial global.

Oleh: Ainur Rahman

 

BERITA TERKAIT

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

Musim semi biasanya hanya ditandai dengan berseminya bunga-bunga dan segala jenis tetumbuhan atau binatang-binatang yang bermunculan kembali setelah berhibernasi di musim dingin. Juga biasanya hanya ditandai dengan siang hari yang lebih panjang dari pada malam hari serta udara yang terasa hangat karena menjelang musim panas.

Namun tidak dengan musim semi di jazirah Arab tahun lalu. The Arab Spring, menjadi pertanda adanya perubahan politik drastis di beberapa negara di kawasan Timur Tengah. Di Tunisia, musim yang juga disebut musim bunga itu, perubahan dimulai saat seorang pedagang bernama Muhammed Bouazizi membakar diri sebagai aksi unjuk rasa kepada pemerintah 17 Desember 2010.

Peristiwa itu kemudian menyulut demonstrasi besar-besaran di Tunisia menuntut perubahan politik dan reformasi ekonomi. Aksi bergelombang itupun akhirnya memaksa Presiden Zine El Abidine Ben Ali mundur dari jabatannya pada 14 Januari 2011 setelah 23 tahun berkuasa. Saat ini pemulihan kondisi ekonomi dan politik Tunisia masih dalam proses transisi.

Bagai api yang menyulut ilalang, apa yang terjadi di Tunisia itu merambat ke Mesir. Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun pun akhirnya menyatakan mundur dari jabatannya pada 10 Februari 2011 setelah beberapa bulan digoncang aksi demonstrasi.

Penyebab yang terjadi di Libya mungkin agak berbeda, karena kemudian berubah menjadi pemberontakan bersenjata dan menghasilkan revolusi yang lebih mengenaskan. Presiden Libya Khadafi tewas di tangan para pemberontak bersenjata yang dibantu oleh negara barat.

Suriah dan Yaman kondisinya juga tidak bisa disebut tenang meski kedua negara itu berbeda dalam dampaknya bagi pemimpin negara. Sementara Suriah masih terus berjuang menenangkan gejolak dalam negerinya, Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh yang sudah berkuasa selama 33 tahun resmi turun dari jabatannya setelah menandatangani perjanjian transfer kekuasaan di Arab Saudi.

Tak pelak gejolak yang terjadi di semenanjung Arab dan Afrika Utara yang merupakan wilayah penghasil minyak bumi membuat seluruh dunia khawatir. Mesir dan Libya adalah dua negara dengan cadangan minyak yang termasuk 10 terbesar di dunia. Mesir dengan 18,3 miliar barel minyak yang merupakan tingkat tertinggi cadangannya selama 2009-2010 dan Libya sekitar 44 miliar barel yang baru akan habis sekitar 71 tahun lagi.

Maka dari itu banyak pihak yang sangat mengkhawatirkan jika kisruh yang meletup di kawasan itu akhirnya merembet ke Arab Saudi. Apa pasal? Negara dengan sistem pemerintahan monarki absolut itu merupakan negeri dengan cadangan minyak terbesar di kawasan Timur Tengah yaitu mencapai 267 juta barrel.

Tak heran, begitu kawasan tersebut bergolak pada awal 2011, harga minyak pun meningkat. Pada Februari harga minyak mentah mencapai 105 dollar AS per barrel tertinggi sejak 2008. Bahkan pada pertengahan tahun lalu harganya sempat mendekati 120 dollar AS meski pada akhir tahun harganya turun di kisaran110 dollar AS per barrel.

Kenaikan harga minyak juga terjadi di tengah upaya negara-negara Eropa untuk keluar dari krisis di kawasan tersebut yang mengancam tingkat permintaan minyak. Misalnya keputusan Perdana Menteri Italia Mario Monti yang mengumumkan penghematan anggaran senilai 30 miliar euro atau 40 miliar dollar AS.

Krisis utang Eropa juga telah menjungkalkan beberapa pemimpin di sana. Krisis telah memaksa Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi lengser, menyusul PM Yunani dan membuat tanda bahwa krisis makin memburuk.

Memburuknya perekonomian di kawasan Eropa juga disusul dengan melambatnya pemulihan ekonomi dan meningkatnya pengangguran di AS. Secara global, masalah ini jelas akan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi internasional.

Menurut Kepala Departemen Informasi dan Humas Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) Angela Agoawike ketidakstabilan harga minyak mentah memang diakibatkan oleh situasi geopolitik di dunia Arab yang menurunkan produksi minyak.

Ancaman Ekonomi Dunia

Kondisi itu tentu tidak hanya akan berpengaruh kepada anggota OPEC atau negara-negara di kawasan Timur Tengah saja akan tetapi akan berdampak pada perekonomian dunia. Bahkan ekonomi dunia yang masih di bawah ancaman krisis Eropa akan mendapatkan tantangan baru yaitu krisis politik di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Oleh karena itu wajarlah jika lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) sampai menyiratkan dengan jelas kekhawatirannya akan adanya krisis tersebut.

Direktur Pelaksana (IMF) Christine Lagarde dalam sebuah kesempatan menghimbau kepada para pemimpin politik agar mengelola perubahan politik di Timur Tengah dan Afrika Utara supaya tidak menimbulkan ketegangan sosial secara global.

Sebab kondisi politik yang tidak stabil di Timur Tengah dan Afrika Utara sejalan dengan perlambatan ekonomi negara-negara pengimpor minyak di Eropa sehingga mendorong tingkat pengangguran yang sudah tinggi dan meningkatkan ketegangan sosial. “Ini secara alami sebuah periode yang berisiko dan tidak pasti,” kata Lagarde.

Kondisi politik dan ekonomi yang tidak pasti terjadi di sejumlah produsen minyak ditambah krisis utang di kawasan Eropa diperkirakan bakal mengganggu pemulihan dunia dan menyimpan potensi pelemahan baru ekonomi dunia.

Ketidakpastian politik dan melemahnya ekonomi di negara-negara maju pun membuat prospek pertumbuhan ekonomi negara di jazirah Arab suram. Dengan begitu, proses pemulihan ekonomi dunia pada 2012 nanti, akan jauh lebih melambat dari yang diperkirakan.

Indonesia diperkirakan juga akan terpengaruh akan kondisi tersebut lantaran produksi minyak masih sangat rendah, hanya sekitar 900.000 barel per hari, padahal pada 1999 masih sekitar 1,5 juta barel per hari. Di sisi lain kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri terus naik. Maka tak ayal kenaikan harga minyak dunia akan memberikan dampak negatif terhadap anggaran negara dan perekonomian nasional.

Akan tetapi Indonesia mungkin akan sedikit beruntung karena berdasarkan prediksi analis, pengamat, pemerintah dan Bank Indonesia, ekonomi nasional akan tetap tumbuh di kisaran 6 persen.

Tidak demikian halnya dengan negara-negara Timur Tengah. Lembaga donor internasional IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara di Timur Tengah ini hanya sebesar 1,9 persen tahun ini. Angka ini menurun dari 2,3 persen dan menurun sangat tajam dari 2010 yang mencapai lebih dari 4 persen.

IMF memproyeksikan perekonomian Tunisia akan stagnan tahun ini. Tahun lalu, di bawah kepemimpinan Presiden Tunisa, Zine El Abedine Ben Ali yang kini sudah mundur, ekonomi Tunisa tumbuh 3,1 persen.

Penurunan juga diperkirakan terjadi untuk pertumbuhan ekonomi Mesir. Pasca lengsernya Presiden Hosni Mubarak, perekonomian negara dengan populasi terpadat kawasan Arab itu diproyeksikan tumbuh 1,2 persen. Angka itu jauh di bawah catatan pertumbuhan tahun lalu sebesar 5,1 persen.

Sementara perekonomian Libya, masih belum bisa diprediksikan akan membaik karena proses pemulihan ekonomi di sana hingga saat ini bahkan belum dimulai.

Nada pesimistis juga muncul untuk perekonomian Suriah yang diproyeksikan pertumbuhannya akan turun 2,0 persen. Padahal, tahun lalu pertumbuhan ekonomi Suriah dianggap cukup kuat. Perekonomian Yaman juga diperkirakan terkontraksi 2,5 persen menyusul aksi protes menuntut penggulingan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Jadi apakah musim semi tahun ini akan memberikan pertanda yang lebih baik dari tahun sebelumnya atau hanya tanda-tanda yang biasanya terjadi? SP
 

 
 
 
 
Sebelumnya

Target Penurunan Angka Kemiskinan Melempem

Selanjutnya

Bank akan Fokus Konsolidasi Internal

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Inflasi di Atas Target, The Fed Didesak Tunda Akselerasi Pemangkasan Suku Bunga

Inflasi di Atas Target, The Fed Didesak Tunda Akselerasi Pemangkasan Suku Bunga

oleh Sandy Romualdus
3 Oktober 2025 - 11:25

Stabilitas.id – Presiden Federal Reserve Bank of Dallas, Lorie Logan, menilai langkah pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin...

Pemerintah AS Terancam Shutdown, Gedung Putih Siapkan Skema PHK Massal ASN

Pemerintah AS Terancam Shutdown, Gedung Putih Siapkan Skema PHK Massal ASN

oleh Stella Gracia
26 September 2025 - 13:13

Stabilitas.id — Pemerintah Amerika Serikat menghadapi ancaman shutdown mulai 1 Oktober 2025 setelah Kongres gagal menyepakati rancangan anggaran tahunan. Gedung...

ANZ Didenda Rp2,6 Triliun, Terbesar Sepanjang Sejarah Perbankan Australia

ANZ Didenda Rp2,6 Triliun, Terbesar Sepanjang Sejarah Perbankan Australia

oleh Sandy Romualdus
16 September 2025 - 16:33

JAKARTA, Stabilitas.id — Otoritas keuangan Australia menjatuhkan denda sebesar 240 juta dolar Australia atau setara Rp2,62 triliun kepada ANZ Group,...

Inflasi Inti AS Naik Jadi 3,1% di Juli, Tertinggi Sejak Awal 2025

Inflasi Inti AS Naik Jadi 3,1% di Juli, Tertinggi Sejak Awal 2025

oleh Stella Gracia
14 Agustus 2025 - 18:08

JAKARTA, Stabilitas.id – Inflasi inti Amerika Serikat (AS) melonjak pada Juli 2025, mencatat laju tahunan tertinggi sejak awal tahun, di...

Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon-hee Ditangkap atas Dugaan Manipulasi Saham, Intervensi Pemilu, dan Suap

Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon-hee Ditangkap atas Dugaan Manipulasi Saham, Intervensi Pemilu, dan Suap

oleh Stella Gracia
13 Agustus 2025 - 11:19

SEOUL, Stabilitas.id – Mantan Ibu Negara Korea Selatan, Kim Keon-hee, resmi ditahan atas tuduhan terlibat dalam skema manipulasi harga saham,...

GROW dan Fullerton Luncurkan China Equities Fund, Targetkan Pertumbuhan Jangka Panjang di Pasar Tiongkok

GROW dan Fullerton Luncurkan China Equities Fund, Targetkan Pertumbuhan Jangka Panjang di Pasar Tiongkok

oleh Stella Gracia
13 Agustus 2025 - 10:10

JAKARTA, Stabilitas.id – GROW with Singlife bersama Fullerton Fund Management resmi meluncurkan Fullerton Lux Funds – China Equities (Class A)...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 106 Perusahaan Asuransi Raih Predikat Market Leaders 2025 Versi Media Asuransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Daftar 52 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Terbaik 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

CIMB Niaga Edukasi Nasabah Surabaya Lewat Wealth Xpo: Dari Bisnis Next Gen hingga Warisan Kekayaan

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

Emas Makin Dilirik untuk Dana Pendidikan Anak, Ini Alasan dan Strateginya

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
Bank akan Fokus Konsolidasi Internal

Bank akan Fokus Konsolidasi Internal

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance