JAKARTA, Stabilitas.id – PT Nusantara Infrastructure Tbk (Perseroan) tetap konsisten menjaga kestabilan kinerja Perseroan pada tahun 2021 tetap berjalan dengan baik, meski kondisi eksternal masih bergerak dinamis. Hal ini disampaikan langsung oleh Manajemen Perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diadakan pada 11 Mei 2022 di Gedung Equity, SCBD, Jakarta secara hybrid (online dan offline).
Ramdani Basri, Direktur Utama Perseroan mengatakan, Perseroan berhasil menerapkan strategi serta respon yang tepat atas perkembangan kondisi eksternal, termasuk melakukan berbagai mitigasi seperti meningkatkan kualitas kinerja sehingga lebih mudah dalam merealisasikan investasi serta menerapkan growth strategy melalui kemitraan.
“Dalam menjalankan kegiatan usahanya, fokus Perseroan adalah investasi di sektor infrastruktur strategis yang berkualitas serta mengedepankan keamanan dan lingkungan hidup dengan mengedepankan 3 (tiga) prinsip yakni mobilitas, akses, dan konektivitas,” katanya.
BERITA TERKAIT
Berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan dan Entitas Anaknya untuk Tahun Buku yang berakhir 31 Desember 2021, Pendapatan Usaha dan Penjualan Perseroan (termasuk pos Pendapatan Usaha Lainnya) pada tahun 2021 tumbuh 25,4% menjadi Rp675,1 miliar dari Rp538,4 miliar di tahun 2020.
Peningkatan tersebut ditopang oleh sektor jalan tol yang menyumbang pertumbuhan 33,8% dari Rp328,3 Miliar menjadi Rp439,3 Miliar. Selanjutnya adalah sektor Energi Terbarukan, tumbuh 26,9% dari Rp122,7 Miliar menjadi Rp155,6 Miliar.
Kedua sektor memberikan kontribusi sebagai dampak dari pengembangan aset Perseroan, yakni Jalan Tol Layang A.P. Pettarani dibawah entitas anak PT Makassar Metro Network, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Lau Gunung dibawah entitas PT Inpola Meka Energi. Hasil dari pengembangan aset tersebut, Total Aset Perseroan pada tahun 2021 sebesar Rp6,6 triliun atau naik 12,7% jika dibandingkan posisi tahun sebelumnya.
Laba Usaha Perseroan di tahun 2021 tercatat sebesar Rp150,8 miliar atau lebih tinggi 13,6% dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp132,8 miliar dengan margin sebesar 22,3%. Sementara EBITDA Perseroan tercatat sebesar Rp263,7 miliar atau naik 24,2% jika dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp212,3 miliar.
Laba bersih Perseroan pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp25,7 miliar yang utamanya disebabkan oleh peningkatan biaya non-recurring items pada pos Beban Operasional Lainnya (2021: Rp65,4 Miliar, 2020: Rp32,0 Miliar), peningkatan beban amortisasi sebagai hasil dari pengembangan aset Perseroan (dari Rp79,5 Miliar menjadi Rp112,9 Miliar) dan peningkatan beban keuangan (dari Rp61,6 Miliar menjadi Rp143,9 Miliar) atas tambahan pinjaman kredit investasi baru senilai Rp1,5 Triliun pada PT Makassar Metro Network untuk pengembangan aset Jalan Tol Layang A.P. Pettarani dan Rp375 Miliar pada PT Inpola Meka Energi untuk pengembangan aset PLTA Lau Gunung).
Menteri PUPR melalui surat kepada Direktur Utama PT Margautama Nusantara (MUN) telah memberikan persetujuan pembangunan jalan tol yang menjadi akses ke Makassar New Port. Pembiayaan proyek dibebankan kepada PT Bintaro Serpong Damai (BSD), sementara pemeliharaannya akan ditangani oleh PT JTSE.
Melalui proyek tersebut, Badan Usaha Jalan Tol (BPJT) telah menambah lingkup wilayah kerja BSD dengan pembangunan Jalan Akses Tol Makassar New Port. Sementara itu di sektor air bersih, Perseroan masih mengoperasikan tiga instalasi pengolahan air bersih atau Water Treatment Plant (WTP), yaitu Tirta Kencana Cahaya Mandiri (TKCM WTP) yang berada di Cikokol, Tangerang, Banten dengan total air yang didistribusikan ke pelanggan 1.411 Lps, Sarana Catur Tirta Kelola (SCTK WTP) di Serang, Banten.
Sementara untuk sektor energi terbarukan, di tahun 2021, Perseroan melalui unit bisnisnya PT Inpola Meka Energi (IME) mampu menjual 55.613.524 kWh atau setara dengan 6,35 AHMW (Average Hourly Megawatt).
Jumlah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan penjualan tahun 2020. Sementara itu, jumlah energi yang dijual unit bisnis lainnya PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestara (RPSL) pada tahun 2021 sebesar 100.929.465 kWh atau setara dengan 11,52 AHMW. Jumlah tersebut lebih tinggi 5,6% jika dibandingkan dengan jumlah energi yang dijual pada tahun 2020.***





.jpg)










