Stabilitas.id – Huawei Digital Power memperkenalkan terobosan All-Scenario Grid Forming Technology dalam ajang 3rd International Digital Energy Expo di Shenzhen, Tiongkok. Teknologi ini diyakini mampu mempercepat integrasi pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dan tenaga surya (PLTS) sebagai sumber energi utama dalam sistem kelistrikan global.
Dalam pidato pembukaan, Zhou Jianjun, Vice President Huawei sekaligus President Global Marketing, Sales & Services Huawei Digital Power, menegaskan bahwa netralitas karbon kini tidak lagi sebatas konsensus, melainkan telah menjadi aksi nyata. “Meningkatnya pemanfaatan energi terbarukan menimbulkan tantangan baru pada jaringan listrik, khususnya tingginya porsi peralatan berbasis power electronics. Teknologi grid forming kami hadir untuk menjawab tantangan tersebut,” ujar Zhou, dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (24/9).
Huawei telah lebih dari satu dekade mengembangkan riset grid forming dengan pendekatan perangkat keras, arsitektur, dan algoritma pintar. Teknologi ini meliputi enam kapabilitas utama, antara lain dukungan inersia virtual, wideband oscillation damping, respons frekuensi cepat, black start dalam hitungan menit, serta transisi on/off-grid. Solusi ini disebut mampu mendorong evolusi dari ESS grid forming menuju PV+ESS grid forming.
BERITA TERKAIT
Penerapan komersial teknologi tersebut sudah berjalan di berbagai negara. Di Timur Tengah, Huawei mendukung pembangunan microgrid energi terbarukan terbesar di dunia di kawasan Laut Merah, yang tetap beroperasi stabil meski menghadapi gangguan ekstrem. Di Xizang, Tiongkok, solusi Huawei meningkatkan output proyek PV dari 1,5 MW menjadi 12 MW—setara integrasi energi 75% lebih besar dibandingkan solusi lain. Sementara di Filipina, proyek PV+ESS berkapasitas 3,5 GW + 4,5 GWh tengah dibangun untuk menutup kesenjangan energi nasional dengan pasokan listrik stabil hingga 13 jam per hari.
Huawei juga mengintegrasikan teknologi berbasis AI untuk meningkatkan efisiensi siklus hidup pembangkit. Melalui sinergi device-edge-cloud, operasional pembangkit bisa dijalankan dengan minim pengawasan, efisiensi operation & maintenance naik 50%, sementara pendapatan operasional terdongkrak lebih dari 10%.
“Dengan standar kualitas tinggi dan kolaborasi bersama pemangku kepentingan global, kami berkomitmen menjadikan PLTB dan PLTS sebagai sumber energi utama,” kata Zhou menutup paparannya. ***





.jpg)










