BUENOS AIRES, Stabilitas.id – Inflasi tahunan Argentina mencapai tingkat tertinggi dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, efek kenaikan harga hampir dua kali lipat dibandingkan tahun lalu. Data resmi yang dirilis pada hari Kamis (12/1/2023), semakin mengikis daya beli konsumen yang semakin berkurang.
Pada bulan Desember 2022, harga konsumen melonjak 5,1% (mtm), menurut badan statistik nasional INDEC, sementara inflasi dalam 12 bulan hingga Desember 2022 mencapai 94,8% di ekonomi negara Amerika Selatan yang sedang sakit itu.
Argentina sedang berjuang melawan salah satu tingkat inflasi tertinggi di dunia karena melonjaknya harga menghambat pertumbuhan dan memaksa pemilik toko untuk terus memperbarui label harga.
BERITA TERKAIT
“Uangnya tidak cukup, gajinya tidak cukup, inflasi terus meningkat dan kami sudah memulai tahun ini dengan kenaikan tarif bus, pakaian, makanan,” kata Griselda Melle, seorang pekerja mandiri, sambil berbelanja, dilansir dari Reuters, Jumat (13/1/2023).
Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, Menteri Ekonomi Sergio Massa memproyeksikan inflasi Desember tidak akan melebihi 5%, menambahkan bahwa kenaikan bulanan akan turun menjadi sekitar 3% pada bulan April.
Harga buah dan sayuran menunjukkan tren kenaikan selama Desember, sementara harga daging melambat, kata Lucio Garay Mendez, ekonom di konsultan EcoGo. “Itu adalah faktor psikologis yang membuat Anda lelah karena… upah tidak naik seperti kenaikan inflasi,” kata Aurelio Narvaja, seorang guru berusia 41 tahun.
Sementara banyak ekonom memperkirakan inflasi bulanan tetap sejalan dengan kenaikan bulan Desember, faktor-faktor di luar kemerosotan ekonomi negara atau batasan harga yang ditetapkan pemerintah terus menimbulkan risiko tinggi.
Isaias Marini, seorang ekonom di konsultan Econviews, menunjuk kelangkaan mata uang keras sebagai salah satu faktor tersebut. “Kekurangan dolar (AS) dapat diterjemahkan ke dalam eskalasi dolar paralel (pasar) lebih lanjut,” katanya, “menyebabkan inflasi yang lebih tinggi.” ***





.jpg)










