JAKARTA, Stabilitas.com – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) berkomitmen untuk terus mempertahankan kinerja yang positif dan berkelanjutan dengan tujuh kebijakan Startegis yang akan menjadi fokus pada tahun 2023.
“Dengan berpedoman kepada tujuh kebijakan strategis tersebut, kami percaya dan optimistis akan mencetak kinerja yang lebih baik lagi di tahun 2023 ini, khususnya kondisi di Indonesia yang jauh lebih baik dibanding negara-negara lain.” Ungkap Okki Rushartomo, Corporate Secretary BNI.
Okki menjelaskan strategi pertama yang dilakukan adalah dengan mengembangkan solusi transaksi dan ekosistem dalam memenuhi kebutuhan nasabah.
Lalu yang kedua, mengembangkan infrastruktur tekniligi serta inovasi digital melalui data driven berbasis analytics, customer experience, dan perluasan partnership.
Strategi Ketiga, BNI fokus pada peningkatan penghimpunan dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) dan pendapatan berbasis biaya atau Fee Based Income (FBI) yang berkelanjutan.
Untuk strategi Keempat, BNI meningkatkan ekspansi bisnis pada corporate top tier serta sektor prioritas, value chain, dan cross selling dengan mengutamakan budaya risiko.
Kelima, perseroan melanjutkan Transformasi Human Capital, Culture, dan Operasional sehingga lebih tangkas dan sesuai jalur dalam mendukung bisnis perseroan.
Strategi Keenam dan terakhir, perseroan memperkuat jaringan bisnis internasional dalam mendukung penetrasi pasar global dan BNI mengoptimalisasi sinergi BNI Grup dalam memperkuat posisi Perusahaan Anak.
Adapun, harga saham BNI di akhir 2022 tercatat meningkat 36,7% year on year (YoY), jauh lebih tinggi dari peningkatan harga saham LQ-45 yang sebesar 0,7% YoY.
“Kami melihat banyak peluang di tahun 2023 yang dapat kami tangkap. Untuk itu, upaya transformasi perusahaan di tahun ini akan tetap berlanjut dalam memenuhi kebutuhan nasabah.” Ucap Okki.
Pertumbuhan tersebut terlepas dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bergerak cukup fluktuatif di tahun 2022 serta diwarnai dinamika kondisi geopolitik, harga komoditas, dan kebijakan moneter bank-bank sentral dunia dalam melakukan penyesuaian suku bunga (rate adjustment). ***
Reporter : Muhammad Rifai