JAKARTA, Stabilitas.id – Industri perbankan Indonesia tengah menghadapi tekanan untuk bertransformasi secara digital di tengah tuntutan efisiensi, keamanan, dan pengalaman nasabah yang semakin tinggi. Dalam konteks ini, Sunline, perusahaan teknologi finansial global asal Tiongkok, menegaskan komitmennya untuk menjadi mitra strategis bagi bank-bank nasional melalui solusi teknologi cerdas yang telah terbukti di berbagai pasar Asia.
Hal tersebut disampaikan Ruby Zhou, Deputy CEO Sunline International, dalam sambutan pembukaannya di ajang LPPI – Sunline Banking Summit Indonesia 2025 yang digelar di Pullman Hotel Jakarta, Kamis (7/8/2025.
Zhou menyoroti pentingnya digitalisasi sistem inti perbankan (core banking) sebagai fondasi utama dalam membangun layanan keuangan yang adaptif dan berkelanjutan. “Kami percaya bahwa transformasi digital bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan strategis untuk bertahan dan tumbuh di era ekonomi digital,” ujar Zhou di hadapan peserta summit.
BERITA TERKAIT
Disebutkan, Sunline saat ini melayani lebih dari 800 institusi keuangan dengan total pengguna akhir mencapai satu miliar orang. Dengan lebih dari 7.000 tenaga ahli—90% di antaranya merupakan profesional teknologi—Sunline mengoperasikan sembilan pusat riset dan pengembangan (R&D) serta menjalin kemitraan dengan lebih dari 50 mitra ekosistem.
Perusahaan ini juga telah hadir di berbagai negara Asia, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, Vietnam, Myanmar, dan India. Kehadiran regional ini memungkinkan Sunline untuk memahami kebutuhan lokal sekaligus menerapkan praktik terbaik dari berbagai pasar.
Dari Microservices ke Intelligent Digital Core
Zhou memaparkan sejak 2014, Sunline telah meluncurkan berbagai solusi teknologi yang mendorong efisiensi dan skalabilitas sistem perbankan. Di antaranya sistem core bisnis terdistribusi, arsitektur microservices, sistem manajemen keuangan cerdas, serta migrasi sistem kartu kredit dari mainframe ke platform terdistribusi.
“Puncaknya, pada 2023, Sunline memperkenalkan Intelligent Digital Core, sebuah solusi sistem inti perbankan berbasis AI dan data yang dirancang untuk mendukung layanan real-time, personalisasi, dan integrasi omnichannel,” sebutnya.
Dia mengingatkan, industri perbankan Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar, yakni tekanan dari fintech, tuntutan regulasi, dan ekspektasi nasabah yang semakin digital-native. Maka bank-bank konvensional dituntut untuk melakukan modernisasi sistem inti agar dapat bersaing dengan bank digital dan platform teknologi finansial.
Dalam konteks ini, menurut Zhou, solusi seperti Intelligent Digital Core menjadi relevan karena menawarkan fleksibilitas dalam integrasi dengan layanan digital, efisiensi operasional melalui otomatisasi, serta kemampuan analitik untuk pengambilan keputusan berbasis data.
Enabler, Bukan Alat
Zhou juga menekankan bahwa teknologi bukan sekadar alat, melainkan enabler untuk menciptakan nilai baru dalam layanan keuangan. Di tengah persaingan dengan fintech dan tuntutan nasabah yang semakin digital-native, bank-bank konvensional di Indonesia dituntut untuk melakukan modernisasi sistem inti agar tetap relevan dan kompetitif.
Sunline telah menjalin kerja sama dengan berbagai institusi keuangan di Indonesia, mulai dari bank milik negara, bank komersial kota, hingga koperasi kredit dan bank digital. Kehadiran mereka di pasar lokal menunjukkan komitmen jangka panjang dalam mendukung transformasi digital industri keuangan nasional.
Dengan rekam jejak inovasi dan pendekatan kolaboratif, Sunline diyakini dapat menjadi katalis penting dalam akselerasi digitalisasi perbankan Indonesia, terutama dalam menghadapi era open banking, integrasi AI, dan ekonomi berbasis data. Zhou menutup sambutannya dengan menegaskan visi perusahaan: memimpin teknologi finansial global dan memperkaya kehidupan yang saling terhubung. ***





.jpg)









