YOGYAKARTA, Stabilitas.id – Generasi muda dinilai menghadapi tantangan finansial yang semakin kompleks, mulai dari biaya pendidikan dan perencanaan karier, hingga godaan konsumsi akibat tren media sosial dan promo e-commerce. Menjawab tantangan itu, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menggelar SmartFin Day 2025 di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis (14/8).
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Top Agent Awards (TAA) ke-38 yang dihadiri sekitar 1.500 mahasiswa dari UGM dan universitas lain di Yogyakarta. Program literasi keuangan ini diselenggarakan AAJI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan UGM, mengusung misi membekali generasi muda dengan keterampilan mengelola uang secara sehat dan berkelanjutan.
Ketua Bidang Produk, Manajemen Risiko, dan GCG AAJI, Fauzi Arfan, menyampaikan bahwa literasi perasuransian di Indonesia saat ini telah mencapai 45,45% dengan tingkat inklusi 28,50%. “Masih ada ruang besar yang perlu kita tingkatkan demi mendukung tercapainya Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
BERITA TERKAIT
Chief Customer & Marketing Officer Prudential Indonesia, Karin Zulkarnaen, mengingatkan mahasiswa agar waspada terhadap budaya Fear of Missing Out (FOMO) yang memicu perilaku konsumtif. Ia memperkenalkan metode pengelolaan keuangan 40-30-20-10: 40% untuk kebutuhan pokok, 30% untuk membayar utang, 20% untuk dana darurat, asuransi, tabungan, atau investasi, dan 10% untuk biaya sosial.
“Asuransi menjadi bagian penting dari perencanaan keuangan, baik untuk melindungi dari risiko tak terduga, meminimalkan kerugian finansial, maupun membantu mencapai tujuan jangka panjang,” katanya.
Chief Communications Officer AXA Mandiri Financial Services, Atria Rai, menekankan pentingnya menilai setiap pembelian secara kritis agar selaras dengan tujuan hidup. Menurutnya, fondasi keuangan yang kuat harus dibangun sebelum memulai investasi.
“Fondasi ini mencakup proteksi yang memadai, tabungan darurat setara tiga hingga enam bulan pengeluaran, dan pengelolaan utang yang sehat,” ujar Atria. Ia juga mengingatkan untuk hidup di bawah kemampuan dan memahami hubungan antara risiko dan imbal hasil investasi.
Penulis dan investor Raditya Dika mengajak peserta untuk menghindari self-serving bias dalam mengatur keuangan. Ia juga membahas konsep opportunity cost, yaitu potensi keuntungan yang hilang ketika memilih satu opsi dibandingkan opsi lain.
“Investasi terbaik sering kali adalah pada keterampilan, bukan hanya di uang,” ujarnya. Tips praktis darinya antara lain menunda pembelian 24 jam sebelum memutuskan, menilai barang berdasarkan usaha mendapatkannya, serta memastikan dana darurat dan proteksi tersedia sebelum mulai berinvestasi.
Selain edukasi keuangan, AAJI juga melaksanakan aksi pelestarian lingkungan melalui penanaman 1.855 bibit mangrove di Pantai Baros. Program ini merupakan bagian dari rangkaian ISR & Literasi dan kelanjutan AAJI Bumi yang dimulai pada 2024, dengan total penanaman mencapai 4.325 bibit mangrove serta distribusi 1.350 tanaman lidah mertua di berbagai kota.
Dalam acara tersebut, perusahaan anggota AAJI menghadirkan activity booth yang menawarkan program afiliasi, pengenalan produk, dan peluang karier di industri asuransi jiwa. ***





.jpg)










