Jakarta – PT Trisula Internasional melepas saham perdananya di kisaran harga Rp 250 – Rp 300 per lembar saham. Dengan pertumbuhan kinerja perusahaan yang relatif stabil, perseroan meyakini hingga akhir tahun ini price to earning ratio (P/E) atau rasio harga saham terhadap laba bersih per lembar saham di kisaran 8-10 kali.
“Bagi kami target P/E rasio ini kendati murah tetapi sangat menarik. Kami percaya dengan proyeksi pertumbuhan jangka panjang yang terus membaik, investor akan menikmati hasil yang menarik dengan prediksi valuasi saham yang naik terus,” ungkap Direktur Utama PT Trisula International, Lisa Tjahjadi dalam Public Expose Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan di Jakarta, Selasa (5/6/2012).
BERITA TERKAIT
Dalam penawaran perdana saham tersebut, investor juga berpeluang mendapatkan waran yang diterbitkan hingga 75 juta lembar saham, yang ditawarankan dengan kisaran harga yang sama dengan saham IPO. “Untuk pembelian 4 saham akan mendapatkan 1 waran,” kata Lisa.
Direktur Utama Sinar Mas Sekuritas, Kokoaryadi Chandra menambahkan, Perseroan memang tidak mematok level P/E ratio yang tinggi di awal penjualan saham perdana. Apalagi dengan kapitalisasi pasar pasca IPO sebesar Rp 300 miliar, Trisula Internasional masuk dalam kategori emiten small and medium corporation.
“Namun kita mengetahui bahwa Perseroan mempunyai kinerja yang baik, dan ke depan mempunyai prospek yang bagus. Apalagi dengan beberapa merk terkenal seperti Jobb dan Jack Nicklaus yang dijual Perseroan, pasti akan memberikan nilai lebih bagi investor,” katanya di kesempatan yang sama.
Bahkan, sebagai penjamin emisi, pihaknya pun sudah memperhitungkan kondisi pasar yang ada dalam menggelar IPO tersebut, antara lain ancaman dari masalah regional, Eropa, recovery Amerika, dan slowdown-nya ekonomi China. “Itu kita jadikan peluang, dan kesempatan kita untuk menarik perhatian investor. Kendati P/E rasio murah, tetapi perusahaan ini punya prospektus yang bagus, sehingga kami yakin dapat menarik perhatian investor,” jelas Kokoaryadi.
Untuk diketahui, penjualan bersih perseroan dalam tiga tahun terakhir terus meningkat. Jika 2009 Trisula mencatat sebesar Rp 178 miliar, di akhir 2010 dan 2011 mengalami peningkatan masing-masing mejadi Rp 231 miliar dan Rp 288 miliar. Artinya laba perseroan mengalami peningkatan hingga 60%. “Tahun depan kita targetkan laba Rp 41 miliar, dan pendapatan sebear Rp 660 miliar,” kata Lisa lebih lanjut.
Lisa menegaskan, target pertumbuhan laba tersebut sejalan dengan aksi perseroan yang telah menuntaskan akuisisi hingga 50% satu perusahaan baru, yakni PT Trisco Tailored Apparel Manufacturing (TSC). Sehingga dalam enam bulan beroperasi di tahun ini, TSC diharapkan mendukung performance perseroan di 2013. “Kontribusi revenue TSC sekitar 30%. Industri ritel kita sendiri kontribusinya 25%,” ungkap Lisa.
Adapun untuk akusisi tersebut, menurut Lisa, perseroan mengeluarkan biaya hingga Rp 28 miliar. “Sumber dananya sekitar 35% dari hasil IPO” kata Lisa. Sementara sisanya akan dialoaksikan untuk membiayai ekspansi bisnis perseroan. “Ekpansi untuk bangun gerai dan toko baru,” imbuhnya.
Adapun tahun ini, lanjut Lisa, perseroan berencana membuka 20-30 gerai baru. Akhir 2011 lalu perseroan telah hadir di 165 lokasi di seluruh Indonesia. Dan dalam 5 tahun diharapkan perseroan telah hadir di 350 lokasi. “Sehingga 2016 nanti penjualan kita bisa capai Rp 1 triliun,” harap Lisa.
Menurut Lisa, tahun ini perseroan mengalokasakan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 20 miliar yang akan digunakan untuk ekspansi gerai dan toko. Dia mengaku untuk membangun satu buah toko membutuhkan biaya yang lebih besar dibanding pembangunan gerai. “Investasi toko bisa mencapai Rp 1 miliar, sementara untuk bangun gerai itu hanya membutuhkan Rp 50 juta hingga Rp 75 juta,” katanya.
Dia menambahkan, untuk melengkapi koleksi merk yang dijual Perseroan, saat ini pihaknya tengah melakukan pembicaraan dengan dua merk lagi untuk menjadi partner bisnis. “Diperkirakan 2013 kita tambah 2 merk lagi, kalau tidak ada halangan,” tukas Lisa seraya menambahkan bahwa saat ini market share perseoan sebesar 10% secara nasional.





.jpg)










