Bali – Kendati melihat kredit masih akan tumbuh pada 2012, Bank Mandiri ikut mempertimbangkan pandangan Bank Indonesia yang menurunkan BI rate dan mengharapkan ruang untuk pertumbuhan kredit 2012. Namun, Bank Mandiri juga mempertimbangkan hasil stress test internal bank tersebut melihat skenario terburuk krisis.
"Indikator alert kita swap ratenya Indonesia, pergerakan exchange rate, IDR terhadap USD. Ada juga kita pakai NDF, Non Delivery Forward. Ada beberapa indikasi harus kita alert nih," jelas Direktur Risk Management Bank Mandiri Sentot A Sentausa di Bali, Kamis (20/10).
Namun demikian, karena telah melewati batas tertentu yang tak mau disebutkan, Sentot mengatakan, Bank Mandiri memberlakukan protokol waspada. Ketika kondisi memburuk, protokol dinaikkan ke status siaga dua. Semakin buruk, naik lagi ke siaga satu, baru kemudian memberlakukan protokol krisis.
Sentot sendiri optimis Indonesia masih bisa melewati krisis bersenjatakan konsumsi domestik yang kuat. Apalagi, seharusnya kondisi ekonomi Indonesia rata-rata sudah naik. Jumlah orang kaya pun ikut naik, tergambar dari layanan wealth management perbankan yang naik 10 persen. "Kalau kita lihat BI, Kementerian Keuangan (prediksi) pertumbuhan ekonomi masih di atas 6 persen, setelah reshuffle harusnya naik di atas 6 persen," ujarnya.
Kredit yang dianggap masih berpotensi tumbuh tahun depan merupakan sektor kredit korporat untuk energi, infrastruktur, consumer goods, dan sebagainya. Hal tersebut juga didorong rendahnya inflasi dan BI rate yang sudah diturunkan.
Namun tetap waspada. "Waspada itu artinya mungkin masih ada pertumbuhan, mungkin masih ada beberapa sektor yang masih bisa kita kembangkan tapi sudah dengan sangat hati-hati. Misalnya untuk yang terkait ekspor impor, kita harus cermati harga komoditi sekarang apakah trennya naik atau turun," katanya pada wartawan.





.jpg)










