Jakarta – Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa hingga kini belum ada tanda-tanda overheating ekonomi akibat perekonomian tumbuh terlalu tinggi. BI justru masih mengakomodir kemungkitan perlambatan perekonomian dunia mempengaruhi perlambatan perekonomian Indonesia lewat counter-cyclical policy.
Pertumbuhan kredit pada November 2011 tercatat 26 persen dengan kredit investasi 36 persen, kredit modal kerja 22,2 persen, dan kredit konsumsi 26 persen. "Overheating itu bisa macam-macam, bisa secara makro overheating kita, tapi bisa juga karena sektor-sektor tertentu berkembang terlalu cepat,”tukas Gubernur BI, Darmin Nasution di Jakarta, Kamis (11/1).
Dalam situasi seperti sekarang, lanjut Darmin, sulit mengatakan perekonomian Indonesia secara keseluruhan overheating. Kenapa? “Karena kapasitas ekonomi kita masih, kita sudah menghitung, itu masih berada pada angka 7 persen. Seandainya kita mampu dorong pertumbuhan 7 persen, itu belum mendorong inflasi lebih cepat. Apalagi kalau nanti pembangunan infrastruktur lebih baik. Itu berarti kapasitas lebih besar," papar Darmin.
BERITA TERKAIT
Sejauh ini, belum ada sektor tertentu yang menunjukkan tanda-tanda bubble. Namun, sektor yang dipantau merupakan sektor properti. Hal tersebut yang membuat BI bicara dengan Kementerian Keuangan agar institusi pembiayaan selain perbankan diberi aturan prudensial yang sama dengan perbankan, misalnya masalah down payment.
Pertumbuhan ekonomi 2012, seperti diketahui, diprediksi BI berada pada kisaran 6,3-6,7 persen. Pertumbuhan 2013 akan lebih baik, yakni 6,4-6,8 persen.





.jpg)










