JAKARTA, Stabilitas.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan Juli 2025 terjadi inflasi sebesar 0,30 persen (m-to-m). ”Terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 108,27 pada Juni 2025 menjadi 108,60 pada Juli 2025”, ungkap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers di Jakarta (1/8).
Kondisi ini berbeda dibandingkan Juli 2024, dimana terjadi deflasi sebesar 0,18 persen. Secara tahunan, terjadi inflasi sebesar 2,37 persen, dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 1,69 persen.
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar 0,74 persen, dengan andil inflasi sebesar 0,22 persen. Kelompok pendidikan mengalami inflasi 0,82 persen dengan andil inflasi sebesar 0,05 persen.
BERITA TERKAIT
Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga pada Juli 2025 mengalami inflasi sebesar 0,11 persen dan memberikan andil inflasi 0,02 persen. Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran mengalami inflasi 0,07 persen dan memiliki andil inflasi 0,01 persen.
”Berdasarkan komponen, inflasi bulan Juli 2025 utamanya didorong oleh inflasi komponen harga bergejolak dengan andil inflasi sebesar 0,20 persen”, jelas Pudji.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah beras, tomat, bawang merah, dan cabai rawit. Selanjutnya, komponen inti memberikan andil inflasi sebesar 0,08 persen, dengan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah biaya SD, biaya SMP, biaya SMA, biaya bimbingan belajar, dan biaya taman kanak-kanak.
Sedangkan komponen harga diatur pemerintah memberikan andil inflasi sebesar 0,02 persen, dengan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah bensin, bahan bakar rumah tangga, dan sigaret kretek mesin (SKM).
Menurut wilayah, secara bulanan tercatat 37 provinsi mengalami inflasi, dan 1 provinsi mengalami deflasi. ”Inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan, yaitu sebesar 1,65 persen. Sedangkan deflasi terdalam terjadi di Papua, yaitu sebesar 0,34 persen”, lanjut Pudji.
BPS turut mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Juli 2025 yang mencapai 121,64, atau naik 0,76 persen dibanding Juni 2025. ” Peningkatan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 1,18 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,42 persen”, ujar Pudji.
Selain itu, BPS juga mencatat kenaikan rata-rata harga beras baik ditingkat penggilingan, grosir maupun eceran, masing-masing sebesar 2,71 persen, 1,59 persen dan, 1,35 persen (m-to-m).
Kunjungan Wisatawan
Angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Juni 2025 tercatat mencapai 1,42 juta kunjungan atau naik 18,20 persen dibandingkan Juni 2024 yang sebanyak 1,20 juta kunjungan. ”Secara kumulatif sepanjang Januari hingga Juni 2025, total kunjungan wisman mencapai 7,05 juta kunjungan, atau meningkat 9,44 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024”, ungkap Pudji.
Pudji selanjutnya merinci bahwa kunjungan wisman pada Juni 2025 paling banyak dilakukan oleh wisatawan berkebangsaan Malaysia (16,70 persen), Singapura (13,0 persen), dan Australia (10,9 persen). Rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan pada triwulan II ini mencapai US$1.199,71, dengan proporsi pengeluaran terbesar adalah untuk akomodasi (37,48 persen) dan makan minum (19,53 persen).
Indikator pariwisata selanjutnya yang dirilis oleh BPS adalah jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus), yang pada Juni 2025 tercatat mencapai 105,12 juta perjalanan, atau naik 25,93 persen dari Juni 2024. ”Secara kumulatif, sepanjang Januari sampai Juni 2025, jumlah perjalanan wisnus mencapai 613,78 juta perjalanan, atau meningkat 17,70 persen dibanding periode yang sama tahun lalu”, jelas Pudji.
Selanjutnya, pada Juni 2025, wisatawan Indonesia yang berkunjung ke luar negeri atau wisatawan nasional (wisnas) mencapai 727,6 ribu perjalanan, atau turun 15,02 persen dibandingkan Juni 2024. Secara kumulatif, hingga Juni 2025, jumlah perjalanan wisnas mencapai 4,57 juta perjalanan, naik 3,25 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
BPS juga mencatat, pada Juni 2025 jumlah penumpang angkutan udara internasional mencapai 1,66 juta orang, atau naik 5,46 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan keberangkatan penumpang juga terjadi pada moda kereta, angkutan laut domestik, dan angkuran sungai, danau dan penyeberangan (ASDP).
Jumlah penumpang kereta yang berangkat tercatat 45,61 juta orang, naik 8,79 persen dibandingkan Juni 2024. Sedangkan penumpang angkutan laut domestik mencapai 2,75 juta orang, atau naik 18,68 persen dibandingkan tahun lalu. Dan penumpang ASDP mencapai 4,84 juta orang, atau naik 4,92 persen. Sementara itu, jumlah penumpang domestik yang berangkat mencapai 5 juta orang, turun 7,98 persen dibandingkan Juni 2024. ***





.jpg)










