• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Senin, November 10, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Laporan Utama

BTN yang Keluar dari Cangkang

oleh Sandy Romualdus
2 Agustus 2012 - 00:00
9
Dilihat
BTN yang Keluar dari Cangkang
0
Bagikan
9
Dilihat

Mengutip Alexander Gerschenkron, (1962), lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam fungsi intermediasi adalah perbankan, terutama di negara berkembang. Menurut salah satu ahli sejarah ekonom dari Universitas Harvard, di negara berkembang, bank mampu membiayai secara lebih efektif ekspansi pelaku-pelaku industri dibandingkan bentuk pembiayaan lainnya.

Di Indonesia apa yang dikatakan Gerschenkron, seharusnya juga terbukti. Jika melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa sepanjang 2011 di mana sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencatatkan laju pertumbuhan terbesar, bisa jadi hal itu benar. Bank-bank pun tampaknya mengikuti apa yang diinformasikan BPS dengan menyalurkan kredit ke sektor tersebut. Dan berdasarkan data yang diolah Pusat Data dan Analisis Stabilitas (PDAS), bank yang menyalurkan kredit terbesar di sektor Pengangkutan dan Komunikasi adalah Bank Tabungan Negara (BTN). 

Dari sepuluh bank dengan aset terbesar, BTN menempati urutan teratas dengan persentase sebesar 396,8 persen di sektor itu. Angka yang sangat fantastis di saat bank-bank lain tidak sampai pada angka dua kali lipat. Kemudian yang kedua ditempati Bank Permata, yang menyalurkan sebesar 67,8 persen. Bank Mandiri saja hanya 11, 5 persen.

BERITA TERKAIT

BTN Salurkan Kredit Program Perumahan untuk UMKM Yogyakarta

CIMB Niaga Salurkan Pembiayaan Sindikasi Syariah Rp3,3 Triliun Dukung Energi Bersih di Batam

CIMB Niaga Umumkan 50 Penerima Beasiswa 2025, Dukung Akselerasi SDM Unggul di Indonesia

Semen Merah Putih Dorong Penerapan Standar Keamanan Konstruksi Nasional

Meskipun sudah tinggi, ternyata masih ada sektor lain yang nilai kreditnya lebih tinggi lagi disalurkan oleh BTN, yakni sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan. Malahan sektor tersebut mencatat rekor tertinggi penerima kredit dari bank yang identik dengan properti ini. Kredit yang disalurkan mencapai 617,7 persen. 

Sementara untuk sektor yang sangat berdekatan dengan bisnis inti BTN, seperti sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan, BTN hanya menyalurkan sebesar 91,6 persen. Secara keseluruhan untuk BTN, sektor ini berada pada urutan ketiga sektor yang paling besar disalurkan kreditnya. Tapi jika dibandingkan dengan bank lain. Di sektor ini, BTN masih tetap menjadi raja. Bank Mandiri saja hanya menyalurkan 34,8 persen, BNI 22,5 persen, BRI, 17,1 persen. Saingan terdekat BTN adalah BCA. Untuk sektor keuangan real estate, dan jasa perusahaan BCA menyalurkan sebesar 48,5 persen.

Kredit yang besar di sektor non-perumahan memang merupakan bagian dari rencana bisnis bank. Menurut Iqbal Latanro, Dirut BTN, pihaknya akan terus memperbesar porsi kredit untuk sektor non-perumahan, khususnya pembiayaan mikro. Iqbal juga mengatakan, pihaknya akan menggenjot porsi kredit non perumahan hingga 15 persen dari total kredit pada 2012. Hingga akhir 2011 porsi kredit non-perumahan hanya berkisar 12 persen.

Iqbal melanjutkan, kinerja kredit pada 2011 sangat bagus yakni sebesar 24 persen. Untuk 2012, target penyaluran kredit mencapai sekitar Rp36 triliun. Kemudian dari sisi aset, Iqbal menambahkan, pada 2011 Bank BTN juga mengalami pertumbuhan sebesar 30 persen. “Indikasi lainnya juga sangat bagus. Karena itu kita akan terus berusaha menaikkan peringkat menjadi nomor 9 bank terbesar, “ujarnya.

Iqbal mengakui, penyaluran kredit kami yang utama hingga saat ini memang masih untuk sektor perumahan dan industri pendukung perumahan seperti industri genteng, batubata, alat-alat pembangunan rumah, dan sebagainya. “Ke depannya kami ingin sedikit menyusutkan porsi kredit perumahan dan memperbesar kredit non-perumahan hingga 15 persen,” ujarnya.

BTN sengaja memperbesar porsi non perumahan untuk membesar marjin laba hasil kredit. Gempuran bank-bank yang sangat gencar memasarkan produk KPR (kredit Pemilikan Rumah) membuat marjin di sektor perumahan menjadi minim. “Persaingan sekarang makin tinggi, kita tidak bisa untung banyak karena semua bank punya produk KPR.

Jadi kita membidik sektor mikro yang marjinnya cukup tinggi,” tutur Iqbal. Selain membidik marjin yang lebih tebal, perubahan skema bisnis ini juga untuk mendistribusikan risiko. “Jadi intinya harus ada distribusi risiko untuk melindungi bisnis apabila terjadi masalah,” katanya.

Masih Rendah

Namun demikian jika melihat peran perbankan terhadap perekonomian, Indonesia bisa dibilang termasuk yang masih lemah. Sampai 2011 rasio kredit terhadap Produk Dometik Bruto (PDB) Indonesia baru 29,62 persen. Padahal secara umum kinerja sektor perbankan selama beberapa tahun terahkir hampir selalu kinclong. “Memang kinerja perbankan terus meningkat, tapi masih rendah dalam ukuran makro alokasi kredit dalam ekonomi Indonesia”, ucap Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan P. Roeslani.

Jika dibandingkan dengan Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand, yang angka rasio kredit mereka terhadap PDB sudah berada di atas 70 persen, angka yang dibuat perbankan nasional jelas bukan apa-apa.

Belum lagi jika ditilik dari penyaluran kredit pada sektor tradable yang cenderung terus menciut. Padahal sektor tradable penyumbang utama pada PDB dan penyerap tenaga kerja terbesar. Hanya memeroleh alokasi kredit sekitar 25 persen selama 2011. “Kredit sektor pertanian tidak lebih dari 6 persen sedangkan industri pengolahan menyerap sekitar 15 persen atau turun dari kisaran 25 persen pada 2010,” tutup Rosan.

Jika dilihat berdasarkan laju pertumbuhan, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi selama 2007 – 2012 secara rata-rata dihasilkan dari sektor pengangkutan, pergudangan dan komunikasi sebesar 10,3 persen, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 8,5 persen, dan menempati urutan ketiga jatuh pada sektor industry pengolahan (manufaktur) sebesar 5,7 persen.

Sektor pengangkutan adalah pengangkutan barang atau penumpang (orang) dengan angkutan darat, angkutan laut, sungai, danau dan kanal serta angkutan udara, termasuk juga jasa angkutan, pengepakan dan pengiriman barang, keagenan/biro perjalanan, usaha persewaan angkutan darat/air/udara berikut pengemudinya. 

Pergudangan adalah sektor usaha penyimpanan barang di gudang dengan fasilitas-fasilitasnya, seperti penyimpanan barang dalam kamar/ruangan pendingin dan gudang barang-barang yang berada di kawasan berikat. 

Sedangkan sektor komunikasi adalah usaha pelayanan komunikasi untuk umum baik melalui pos, telepon, telegraf/teleks atau hubungan radio panggil (pager). 

Kemudian sektor industri pengolahan (manufaktur) adalah usaha pengubahan bahan dasar menjadi barang jadi/setengah jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. 

Termasuk usaha industri pengolahan adalah jasa industri yang menerima upah. Data Bank Indonesia menyebutkan, penyaluran kredit perbankan pada kuartal pertama 2012  tumbuh 25,1 persen dibanding periode sebelumnya. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, mengatakan pertumbuhan kredit pada tiga bulan pertama itu didorong oleh pertumbuhan di semua sektor perekonomian.  “Pertumbuhan kredit yang tertinggi dicatat oleh sektor transportasi, telekomunikasi, dan perdagangan,” kata Darmin. Tingginya penyaluran kredit ini menandakan fungsi intermediasi perbankan dan likuiditas perbankan masih terkendali

 
 
 
 
Sebelumnya

BNI Raih Penghargaan BUMN Marketers

Selanjutnya

Era Baru Pengawasan Bank

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Keterlibatan Aplikasi Keuangan di APAC Naik 35% pada 2025

Keterlibatan Aplikasi Keuangan di APAC Naik 35% pada 2025

oleh Stella Gracia
31 Oktober 2025 - 12:30

Stabilitas.id – Perusahaan analitik dan pengukuran global Adjust melaporkan peningkatan signifikan keterlibatan aplikasi keuangan di kawasan Asia Pasifik (APAC) sepanjang...

Dana Rp200 Triliun Mengalir ke Bank Himbara, Menkeu: Bangun Ekspektasi Positif

Dana Rp200 Triliun Mengalir ke Bank Himbara, Menkeu: Bangun Ekspektasi Positif

oleh Sandy Romualdus
29 Oktober 2025 - 12:14

Stabilitas.id – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menekankan pentingnya membangun ekspektasi positif dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin...

OJK Inisiasi Transformasi Digital Koperasi Sapi Perah, Libatkan ILO dan Kemenkeu

OJK Inisiasi Transformasi Digital Koperasi Sapi Perah, Libatkan ILO dan Kemenkeu

oleh Stella Gracia
15 Oktober 2025 - 08:45

Stabilitas.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperluas penerapan program digitalisasi pembiayaan ekosistem sapi perah di berbagai daerah sebagai upaya mendorong...

Literasi Keuangan itu Maraton, Bukan Sprint!

Literasi Keuangan itu Maraton, Bukan Sprint!

oleh Sandy Romualdus
3 Juli 2023 - 14:21

Literasi keuangan dilakukan melalui ajang lari marathon mungkin hanya perumpamaan atau ungkapan metaforis untuk menggambarkan bahwa literasi keuangan adalah perjalanan...

Round Up : Meraba Titik Nyeri Terpanas 2023

Absorpsi Ancaman Suku Bunga

oleh Sandy Romualdus
5 Januari 2023 - 10:37

Tak pelak ancaman kenaikan suku bunga karena makin ketatnya kebijakan moneter akan menjadi perhatian utama perbankan. Apakah risiko pasar pada...

Round Up : Meraba Titik Nyeri Terpanas 2023

Round Up : Meraba Titik Nyeri Terpanas 2023

oleh Sandy Romualdus
5 Januari 2023 - 10:21

Tahun depan pengelola bank harus memperhatikan beberapa risiko yang akan menjadi menjadi ancaman bagi bisnis. Di antaranya adalah risiko resesi,...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Digitalisasi Layanan, CIMB Niaga Syariah Perkuat Ekosistem Syariah Modern

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dorong Inovasi Digital Banking, Krom Bank Perpanjang Kemitraan dengan Mambu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

BTN Salurkan Kredit Program Perumahan untuk UMKM Yogyakarta

CIMB Niaga Salurkan Pembiayaan Sindikasi Syariah Rp3,3 Triliun Dukung Energi Bersih di Batam

CIMB Niaga Umumkan 50 Penerima Beasiswa 2025, Dukung Akselerasi SDM Unggul di Indonesia

Semen Merah Putih Dorong Penerapan Standar Keamanan Konstruksi Nasional

Maybank Indonesia Bidik Potensi Industri Subang Lewat Pembukaan KCP Baru

Pasar Modal ASEAN Siap Masuki Fase Baru, ACMF Rilis 11 Prioritas Strategis Lima Tahun ke Depan

Likuiditas Valas Terjaga, Cadangan Devisa RI Tembus USD149,9 Miliar

Uang Primer Tumbuh 14,4% pada Oktober 2025, Dorong Likuiditas Perbankan Tetap Terjaga

BI: KPR Dominasi 74% Pembelian Rumah, Aset Properti Tumbuh Terbatas di Q3 2025

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
Era Baru Pengawasan Bank

Era Baru Pengawasan Bank

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance