Mengutip Alexander Gerschenkron, (1962), lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam fungsi intermediasi adalah perbankan, terutama di negara berkembang. Menurut salah satu ahli sejarah ekonom dari Universitas Harvard, di negara berkembang, bank mampu membiayai secara lebih efektif ekspansi pelaku-pelaku industri dibandingkan bentuk pembiayaan lainnya.
Di Indonesia apa yang dikatakan Gerschenkron, seharusnya juga terbukti. Jika melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa sepanjang 2011 di mana sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencatatkan laju pertumbuhan terbesar, bisa jadi hal itu benar. Bank-bank pun tampaknya mengikuti apa yang diinformasikan BPS dengan menyalurkan kredit ke sektor tersebut. Dan berdasarkan data yang diolah Pusat Data dan Analisis Stabilitas (PDAS), bank yang menyalurkan kredit terbesar di sektor Pengangkutan dan Komunikasi adalah Bank Tabungan Negara (BTN).
Dari sepuluh bank dengan aset terbesar, BTN menempati urutan teratas dengan persentase sebesar 396,8 persen di sektor itu. Angka yang sangat fantastis di saat bank-bank lain tidak sampai pada angka dua kali lipat. Kemudian yang kedua ditempati Bank Permata, yang menyalurkan sebesar 67,8 persen. Bank Mandiri saja hanya 11, 5 persen.
BERITA TERKAIT
Meskipun sudah tinggi, ternyata masih ada sektor lain yang nilai kreditnya lebih tinggi lagi disalurkan oleh BTN, yakni sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan. Malahan sektor tersebut mencatat rekor tertinggi penerima kredit dari bank yang identik dengan properti ini. Kredit yang disalurkan mencapai 617,7 persen.
Sementara untuk sektor yang sangat berdekatan dengan bisnis inti BTN, seperti sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan, BTN hanya menyalurkan sebesar 91,6 persen. Secara keseluruhan untuk BTN, sektor ini berada pada urutan ketiga sektor yang paling besar disalurkan kreditnya. Tapi jika dibandingkan dengan bank lain. Di sektor ini, BTN masih tetap menjadi raja. Bank Mandiri saja hanya menyalurkan 34,8 persen, BNI 22,5 persen, BRI, 17,1 persen. Saingan terdekat BTN adalah BCA. Untuk sektor keuangan real estate, dan jasa perusahaan BCA menyalurkan sebesar 48,5 persen.
Kredit yang besar di sektor non-perumahan memang merupakan bagian dari rencana bisnis bank. Menurut Iqbal Latanro, Dirut BTN, pihaknya akan terus memperbesar porsi kredit untuk sektor non-perumahan, khususnya pembiayaan mikro. Iqbal juga mengatakan, pihaknya akan menggenjot porsi kredit non perumahan hingga 15 persen dari total kredit pada 2012. Hingga akhir 2011 porsi kredit non-perumahan hanya berkisar 12 persen.
Iqbal melanjutkan, kinerja kredit pada 2011 sangat bagus yakni sebesar 24 persen. Untuk 2012, target penyaluran kredit mencapai sekitar Rp36 triliun. Kemudian dari sisi aset, Iqbal menambahkan, pada 2011 Bank BTN juga mengalami pertumbuhan sebesar 30 persen. “Indikasi lainnya juga sangat bagus. Karena itu kita akan terus berusaha menaikkan peringkat menjadi nomor 9 bank terbesar, “ujarnya.
Iqbal mengakui, penyaluran kredit kami yang utama hingga saat ini memang masih untuk sektor perumahan dan industri pendukung perumahan seperti industri genteng, batubata, alat-alat pembangunan rumah, dan sebagainya. “Ke depannya kami ingin sedikit menyusutkan porsi kredit perumahan dan memperbesar kredit non-perumahan hingga 15 persen,” ujarnya.
BTN sengaja memperbesar porsi non perumahan untuk membesar marjin laba hasil kredit. Gempuran bank-bank yang sangat gencar memasarkan produk KPR (kredit Pemilikan Rumah) membuat marjin di sektor perumahan menjadi minim. “Persaingan sekarang makin tinggi, kita tidak bisa untung banyak karena semua bank punya produk KPR.
Jadi kita membidik sektor mikro yang marjinnya cukup tinggi,” tutur Iqbal. Selain membidik marjin yang lebih tebal, perubahan skema bisnis ini juga untuk mendistribusikan risiko. “Jadi intinya harus ada distribusi risiko untuk melindungi bisnis apabila terjadi masalah,” katanya.
Masih Rendah
Namun demikian jika melihat peran perbankan terhadap perekonomian, Indonesia bisa dibilang termasuk yang masih lemah. Sampai 2011 rasio kredit terhadap Produk Dometik Bruto (PDB) Indonesia baru 29,62 persen. Padahal secara umum kinerja sektor perbankan selama beberapa tahun terahkir hampir selalu kinclong. “Memang kinerja perbankan terus meningkat, tapi masih rendah dalam ukuran makro alokasi kredit dalam ekonomi Indonesia”, ucap Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan P. Roeslani.
Jika dibandingkan dengan Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand, yang angka rasio kredit mereka terhadap PDB sudah berada di atas 70 persen, angka yang dibuat perbankan nasional jelas bukan apa-apa.
Belum lagi jika ditilik dari penyaluran kredit pada sektor tradable yang cenderung terus menciut. Padahal sektor tradable penyumbang utama pada PDB dan penyerap tenaga kerja terbesar. Hanya memeroleh alokasi kredit sekitar 25 persen selama 2011. “Kredit sektor pertanian tidak lebih dari 6 persen sedangkan industri pengolahan menyerap sekitar 15 persen atau turun dari kisaran 25 persen pada 2010,” tutup Rosan.
Jika dilihat berdasarkan laju pertumbuhan, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi selama 2007 – 2012 secara rata-rata dihasilkan dari sektor pengangkutan, pergudangan dan komunikasi sebesar 10,3 persen, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 8,5 persen, dan menempati urutan ketiga jatuh pada sektor industry pengolahan (manufaktur) sebesar 5,7 persen.
Sektor pengangkutan adalah pengangkutan barang atau penumpang (orang) dengan angkutan darat, angkutan laut, sungai, danau dan kanal serta angkutan udara, termasuk juga jasa angkutan, pengepakan dan pengiriman barang, keagenan/biro perjalanan, usaha persewaan angkutan darat/air/udara berikut pengemudinya.
Pergudangan adalah sektor usaha penyimpanan barang di gudang dengan fasilitas-fasilitasnya, seperti penyimpanan barang dalam kamar/ruangan pendingin dan gudang barang-barang yang berada di kawasan berikat.
Sedangkan sektor komunikasi adalah usaha pelayanan komunikasi untuk umum baik melalui pos, telepon, telegraf/teleks atau hubungan radio panggil (pager).
Kemudian sektor industri pengolahan (manufaktur) adalah usaha pengubahan bahan dasar menjadi barang jadi/setengah jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya.
Termasuk usaha industri pengolahan adalah jasa industri yang menerima upah. Data Bank Indonesia menyebutkan, penyaluran kredit perbankan pada kuartal pertama 2012 tumbuh 25,1 persen dibanding periode sebelumnya. Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, mengatakan pertumbuhan kredit pada tiga bulan pertama itu didorong oleh pertumbuhan di semua sektor perekonomian. “Pertumbuhan kredit yang tertinggi dicatat oleh sektor transportasi, telekomunikasi, dan perdagangan,” kata Darmin. Tingginya penyaluran kredit ini menandakan fungsi intermediasi perbankan dan likuiditas perbankan masih terkendali