JAKARTA, Stabilitas.id – Program sertifikasi bangunan hijau Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE), yang dikembangkan oleh International Finance Corporation (IFC), memperingati satu dekade keberhasilannya di Indonesia pada 25 Juli 2025. Selama 10 tahun, program ini telah mendorong efisiensi sumber daya, ketahanan, dan penghematan biaya dalam pembangunan di negara berkembang, dengan Indonesia menjadi salah satu pasar paling aktif.
Sejak diperkenalkan pada 2015, lebih dari 200 proyek di Indonesia telah meraih sertifikasi EDGE, mencakup total luas bangunan 4,3 juta meter persegi. Proyek-proyek ini meliputi hunian, gedung komersial, dan fasilitas publik, dengan beberapa di antaranya bahkan mencapai status Zero Carbon, sejalan dengan target emisi nol bersih (net-zero). Salah satu pencapaian monumental adalah sertifikasi akhir EDGE untuk Masjid Istiqlal pada April 2022, menjadikannya tempat ibadah pertama di dunia yang meraih predikat tersebut.
Dalam perayaan satu dekade ini, IFC berkolaborasi dengan Green Building Council Indonesia (GBCI) untuk meluncurkan laporan khusus yang mendokumentasikan perjalanan dan dampak sektor bangunan hijau di Indonesia. Laporan ini akan diperbarui setiap kuartal guna memantau perkembangan terbaru. Data menunjukkan, bangunan bersertifikasi EDGE di Indonesia mampu mengurangi emisi karbon dioksida hingga 100 ribu ton per tahun, setara dengan penanaman 1,5 juta pohon.
BERITA TERKAIT
“Pencapaian EDGE mencerminkan tren global menuju pembangunan yang lebih berkelanjutan. Dengan pendekatan praktis dan terukur, program ini telah mentransformasi pasar konstruksi di negara berkembang,” ujar Diep Nguyen-van Houtte, Senior Manager untuk Inovasi dan Pengembangan Bisnis di Departemen Bisnis Iklim IFC, di Jakarta, Jumat (25/7/2025). Ia menegaskan komitmen IFC untuk memperluas kemitraan dengan pemerintah, pengembang, dan pemangku kepentingan lainnya.
EDGE menawarkan platform digital gratis yang memungkinkan pengembang menghitung penghematan energi, air, dan material bangunan melalui pemodelan bioklimatik berbasis data lokal. Fitur ini mempermudah pengambilan keputusan untuk desain bangunan ramah lingkungan. Di Indonesia, adopsi EDGE didukung oleh reformasi kebijakan yang selaras dengan target nasional pengurangan emisi sebesar 29% pada 2030, mendorong konstruksi hijau menjadi arus utama pembangunan.
Keberhasilan EDGE tidak hanya terlihat dari sisi lingkungan, tetapi juga dampak ekonomis dan sosial. Program ini telah memperkuat kesadaran akan pentingnya bangunan hijau, mendorong perubahan di pasar properti, dan mendukung kesejahteraan masyarakat melalui efisiensi biaya operasional. Dengan momentum ini, EDGE diharapkan terus menjadi katalis transformasi menuju masa depan pembangunan yang lebih hijau dan berkelanjutan. ***





.jpg)










