JAKARTA, Stabilitas.id – Direktur Utama PT Asuransi Kredit Indonesia (ASKRINDO), M. Fankar Umar memaparkan bagaimana asuransi kredit menjadi penggerak ekonomi dan inklusi keuangan melalui mitigasi risiko dan pemanfaatan teknologi. Hal itu dipaparkan saat menjadi menjadi salah satu pembicara dalam Seminar The 7th Indonesia Financial Sector Outlook (IFSO) 2025 yang digelar LPPI-Majalah Stabilitas di Jakarta pada 8 Januari 2025.
“Dengan pemanfaatan kecerdasan buatan secara bijak, asuransi kredit bukan hanya mitigasi risiko, tetapi juga enabler pertumbuhan ekonomi dan inklusi keuangan,” ujar Fankar dalam presentasinya. Ia menjelaskan, asuransi kredit memungkinkan lembaga keuangan menyalurkan kredit ke sektor-sektor berisiko tinggi, seperti UMKM, petani, dan nelayan, dengan jaminan perlindungan terhadap gagal bayar.
Fankar pun memaparkan alur proses asuransi kredit yang memastikan keamanan bagi pemberi pinjaman. Asuransi kredit, sebagai bagian dari jenis asuransi finansial, menjamin pembayaran kembali pinjaman, mendorong akses pembiayaan bagi pelaku usaha mikro. “Asuransi kredit adalah jaring pengaman yang memungkinkan lembaga keuangan mendukung UMKM, tulang punggung ekonomi Indonesia,” tambah Dr. Umar.
BERITA TERKAIT
Berdasarkan data kinerja ASKRINDO 2024, asuransi kredit mencatat premi sebesar Rp21 miliar, menempati posisi kedua tertinggi di antara lini bisnis lainnya, dengan rasio klaim 48,63%. Angka ini mencerminkan peran asuransi kredit dalam menyerap risiko di sektor volatile. Sebagai perbandingan, lini properti membukukan premi Rp30,363 miliar dengan rasio klaim 27,80%, sedangkan asuransi kesehatan Rp11,824 miliar dengan rasio klaim 58,20%, menurut Asosiasi Asuransi Indonesia.
Fankar juga mengungkapakan program Asuransi Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi fokus utama, dengan ASKRINDO memfasilitasi pembiayaan UMKM melalui jaminan pinjaman. “Program KUR yang didukung asuransi kredit memberikan akses modal bagi pelaku usaha mikro dan meningkatkan kepercayaan pemberi pinjaman,” kata Fankar. Inisiatif ini mendukung target pemerintah untuk memperluas inklusi keuangan.
Integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam asuransi kredit juga disorot. AI memungkinkan penilaian risiko yang lebih akurat dan efisiensi operasional, menjadikan asuransi kredit alat yang lebih efektif. “AI memperkuat kemampuan kami untuk mendukung ambisi ekonomi Indonesia,” tegas Fankar.
ASKRINDO, lanjut Fankar, terus berkolaborasi untuk memperkuat ekosistem keuangan Indonesia. Dengan fokus pada asuransi kredit, ASKRINDO menunjukkan bahwa sektor ini tidak hanya melindungi dari kerugian, tetapi juga membuka peluang bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif. ***





.jpg)










