JAKARTA, Stabilitas.id – Tim Disaster Risk Reduction Center (DRRC) Universitas Indonesia (UI) melakukan penelitian awal terkait kondisi tumpahan minyak dari pipa milik PT Vale Indonesia Tbk yang terjadi pada 23 Agustus 2025. Penelitian dilakukan langsung di lapangan dengan memeriksa titik kebocoran, menganalisis penyebab, serta menilai dampak lingkungan baik jangka pendek maupun potensi jangka panjang.
Dalam siaran pers yang diterima redaksi (27/8), disebutan bahwa fokus utama penelitian diarahkan pada pencegahan dan penanggulangan dampak lingkungan. Dari sisi pencegahan, tim mengkaji potensi bahaya kesehatan, keselamatan kerja, serta aspek lingkungan (K3L) dalam pengoperasian pipa bawah tanah. Kajian tersebut dituangkan melalui pendekatan pipeline risk management untuk memastikan keamanan operasional dan meminimalisir risiko kebocoran di kemudian hari.
Sementara itu, penanggulangan dilakukan dengan melibatkan pendekatan berbasis komunitas. Upaya ini mengedepankan sinergi antara masyarakat, perusahaan, pemerintah daerah, aparat keamanan, dan pemangku kepentingan lain. PT Vale Indonesia Tbk bersama Tim Terpadu telah membentuk Pusat Pengaduan dan Informasi guna memfasilitasi pelaporan, pengawasan, hingga pemulihan pascatumpahan minyak.
BERITA TERKAIT
Tim Terpadu terdiri dari unsur masyarakat, Pemerintah Kabupaten, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, pemerintah kecamatan dan desa, serta aparat kepolisian dan TNI. Hingga saat ini, Tim DRRC UI terus berkolaborasi dengan PT Vale dan Tim Terpadu dalam menanggulangi kebocoran, mencegah perluasan dampak, serta melakukan pemulihan lingkungan.
Dugaan Awal Penyebab Kebocoran
Terkait penyebab, DRRC UI menegaskan investigasi masih berlangsung. Namun, hasil studi awal (preliminary study) mengindikasikan adanya tekanan eksternal (external stress) berupa bending pada pipa. Tekanan tersebut diduga kuat dipicu faktor alam, seperti pergerakan tanah, pergeseran lempeng, maupun gempa bumi.
“Investigasi menyeluruh masih dilakukan untuk memastikan akar penyebab. Hasil ini nantinya akan menjadi pembelajaran penting agar kejadian serupa dapat dicegah di masa mendatang,” ungkap tim DRRC UI.
Sebagai mitra akademis, DRRC UI menegaskan komitmennya memberikan masukan berbasis sains dan best practices sesuai standar nasional maupun internasional. Pendekatan yang ditempuh mencakup pencegahan, penanggulangan darurat, hingga pemulihan lingkungan secara berkelanjutan.
Peristiwa ini, menurut DRRC UI, menjadi pengingat pentingnya kolaborasi antara industri, akademisi, pemerintah, dan masyarakat sipil. “Dengan memperkuat sistem Emergency Response & Crisis Management (ERCM) serta Business Continuity Management System (BCMS), kita dapat memastikan keselamatan masyarakat, perlindungan lingkungan, sekaligus keberlanjutan pemanfaatan potensi alam,” tulis DRRC UI dalam keterangan resmi. ***





.jpg)









