JAKARTA, Stabilitas.id – Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik yang terdiri atas indikator nilai tukar dan inflasi.
Pada akhir hari Kamis, 17 November 2022, Rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.660 per dolar AS. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 7,01%. DXY menguat ke level 106,69. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke level 3,690%.
Pada pagi hari Jumat, 18 November 2022, Rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.660 per dolar AS. Sementara Yield SBN 10 tahun naik ke 7,04%.
BERITA TERKAIT
Selanjutnya, Aliran Modal Asing (Minggu III November 2022), Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke 111,99 bps per 17 November 2022 dari 103,32 bps per 11 November 2022.
Berdasarkan data transaksi 14-17 November 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp1,02 triliun terdiri dari beli neto Rp1,83 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp2,84 triliun di pasar saham.
Selama tahun 2022, berdasarkan data setelmen s.d. 17 November 2022, nonresiden jual neto Rp166,14 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp75,83 triliun di pasar saham.
Perkembangan Inflasi
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu III November 2022, perkembangan harga sampai dengan minggu ketiga November 2022 diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,13% (mtm).
Komoditas utama penyumbang inflasi November 2022 sampai dengan minggu ketiga yaitu telur ayam ras, tomat, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02% (mtm), daging ayam ras, tempe, jeruk, sawi hijau, tahu mentah, beras, minyak goreng, air kemasan, dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu cabai merah -0,09%, (mtm), cabai rawit -0,03% (mtm), bawang putih -0,01% (mtm).
Bank Indonesia memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dalam mendukung pemulihan ekonomi.***





.jpg)










