Industri telekomunikasi sudah mulai memasuki bisnis jasa keuangan melalui e-money. Apakah memang didorong untuk mendorong industri keuangan agar lebih inklusif?
Operator telekomunikasi, dengan jumlah penggunanya yang telah melampaui jumlah penduduk, terus berkomitmen untuk turut serta dalam mendukung program pemerintah untuk keuangan inklusif. Saat ini lebih dari 60 persen masyarakat tidak mempunyai akses pada layanan finansial, tapi rata-rata mereka mempunyai akses telekomunikasi. Dengan menggabungkan keduanya, maka kami dari XL merintis layanan keuangan digital yang disebut e-money atau electronic money, m-money atau mobile money, dengan brand XL Tunai. Dengan demikian, seluruh pelanggan XL secara otomatis mempunyai kemampuan untuk mengakses pemanfaatan layanan finansial di handphone mereka.
Apakah sinergi ini lebih menguntungkan bank, atau sebaliknya?
Kedua industri dapat berkolaborasi karena masing-masing mempunyai keunggulan tersendiri yang saling melengkapi atau komplementer. Industri telekomunikasi mempunyai jaringan distribusi luas menjangkau seluruh Nusantara untuk mendistribusikan voucher pulsa, yang tentunya bisa digunakan untuk memberikan layanan finansial bagi pengguna telekomunikasi. Di lain pihak, industri keuangan mempunyai infrastruktur seperti ATM (Anjungan Tunai Mandiri) dan POS (Point of Sales) yang bisa digunakan bersama demi percepatan adopsi keuangan inklusif tersebut
Lalu peran apa saja yang ditawarkan sektor telekomunikasi dalam proses mempercepat financial inclusion tersebut?
Ada dua hal yang menonjol, yaitu pertama, akses terhadap pengguna telekomunikasi. Secara kolektif, ada sekitar 250 juta sambungan telekomunikasi di mana hanya ada sekitar 50 juta nasabah bank. Dengan layanan XL Tunai, maka seluruh pengguna XL secara otomatis mempunyai kemudahan akses untuk dapat menggunakan layanan finansial di handphone mereka. Kedua, jaringan distribusi yang luas, di mana secara kolektif, ada sekitar 600 ribu outlet yang bisa digunakan sebagai agen e-money.
Sejak kapan XL masuk ke layanan e-money?
Kami melakukan peluncuran layanan kirim uang domestik dan pembayaran tagihan pertama kali pada Juni 2012, pembayaran di toko di Oktober 2012, dan kirim uang internasional di Januari 2013. Dalam waktu 18 bulan telah mengakuisisi 700 ribuan pengguna XL Tunai dengan lebih dari 14 ribuan agen XL Tunai.
Pendekatan antara bank dan telekomunikasi tentu berbeda dalam mendorong financial inclusion. Apa saja tantangan atau kesulitan operator dalam proses financial inclusion itu?
Tantangan terbesar adalah mengubah perilaku pengguna yang terbiasa menggunakan uang tunai menjadi uang elektronik. Ada faktor kepercayaan, ada faktor ketidak tahuan, adapula faktor merasa belum perlu untuk saat ini.
Apa strategi menghadapi tantangan dan kesulitan tersebut?
Menghadapi tantangan rendahnya adopsi, menurut kami diperlukan beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya : konsisten melakukan komunikasi, mencoba cara-cara baru untuk memperkenalkan uang elektronik dan menumbuhkan perilaku berulang untuk menggunakan layanan uang elektronik. Tantangan lainnya adalah peraturan mengenai Kenali Pengguna Anda atau KYC (Know Your Customer) di mana saat ini registrasi hanya bisa dilakukan dengan tatap muka dan tanda tangan basah; dan tidak bisa dilakukan oleh pihak ketiga. Dengan mempertimbangkan kecanggihan teknologi, kita bisa menggunakan alternatif solusi, seperti registrasi menggunakan handphone.
Bagaimana industri melihat regulasi terkait e-money? Apakah masih belum optimal memberi ruang ke industri telko untuk membantu penetrasi layanan keuangan hingga pelosok?
Regulasi e-money yang ada saat ini seharusnya bisa diperlunak tanpa mengorbankan manajemen risiko. Contoh tantangan registrasi yang saya sebutkan sebelumnya. Bisa diperluas dengan memperbolehkan pengguna mengirimkan uang elektronik tanpa registrasi tapi hanya bisa 2 kali sehari, misalnya. Apabila pengguna mempunyai kebutuhan lebih dari 2 kali mengirimkan uang, baru diperlukan registrasi. Hal-hal seperti itu yang mempermudah adopsi masyarakat terhadap layanan finansial.
Belum lama ini tiga operator telah bekerjasama untuk interkoneksi layanan e-money. Bagaimana perkembangannya sejauh ini? Adakah kendala dalam proses integrasi tersebut?
Ketiga operator sepakat bahwa untuk percepatan adopsi layanan e-money ini, tidak bisa tidak, kami harus berkolaborasi. Pertanyaan pelanggan apakah mereka bisa mengirimkan uang elektronik dari XL ke Indosat atau Telkomsel, seringkali terlontarkan saat sosialisasi sehingga kami membuka interkoneksi ketiga operator untuk hal tersebut. Sayangnya, perkembangannya belum sesuai yang diharapkan yang disebabkan hal-hal yang saya sebutkan di atas, edukasi dan kesulitan registrasi.
Apakah masih ada persaingan dalam layanan e-money lintas operator sendiri?
Seperti saya sebutkan di atas, saat ini ketiga operator sepakat bahwa untuk mempercepat adopsi layanan e-money ini, kami bertiga harus berkolaborasi.