Stabilitas.id – PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) berhasil menjaga kinerja solid di tengah tekanan pasar semen domestik yang melemah. Hingga akhir September 2025, produsen Semen Tiga Roda itu membukukan laba bersih Rp1,06 triliun, naik tipis 0,7% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,05 triliun.
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis Selasa (4/11/2025), pendapatan neto Indocement tercatat Rp12,92 triliun, turun 3,0% year-on-year (yoy) dari Rp13,32 triliun. Penurunan ini sejalan dengan total volume penjualan semen dan klinker sebesar 14,44 juta ton, terkoreksi 2,0% yoy.
BERITA TERKAIT
Dari sisi domestik, volume penjualan turun 3,6% menjadi 14,02 juta ton, seiring kontraksi pasar semen nasional sebesar 3,1% sepanjang sembilan bulan 2025. Meski begitu, penjualan ekspor melonjak 124,2% menjadi 423 ribu ton dan menopang stabilitas pendapatan. Hingga September 2025, pangsa pasar Indocement mencapai 29,3%.
“Penurunan pasar semen domestik terutama dipicu kontraksi semen curah hingga 9,8%, sementara semen kantong relatif stabil dengan penurunan hanya 0,1%,” tulis manajemen dalam siaran pers.
Indocement berhasil menjaga margin keuntungan lewat pengendalian biaya. Beban pokok pendapatan turun 4,0% menjadi Rp8,87 triliun, membuat laba bruto tetap terjaga di Rp4,04 triliun dengan margin 31,3%, naik dari 30,7% pada tahun sebelumnya.
Sementara itu, EBITDA tercatat Rp2,46 triliun dengan margin 19,1%. Perseroan juga mencatat posisi kas kuat Rp3,7 triliun hingga akhir September 2025. Total aset mencapai Rp29,89 triliun, sedangkan liabilitas jangka pendek turun 11,2% menjadi Rp6,37 triliun.
Sepanjang kuartal III/2025, Indocement menempuh sejumlah langkah strategis guna memperkuat efisiensi energi dan memperluas jaringan distribusi.
Pemanfaatan biomassa di Pabrik Grobogan meningkat empat kali lipat, dari 10 ton per jam menjadi 40 ton per jam sejak Agustus 2025.
Akuisisi terminal Siawung dari Semen Bosowa dilakukan pada Agustus 2025 untuk memperkuat rantai pasok di kawasan timur Indonesia.
Perpanjangan sewa operasi Pabrik Maros selama dua tahun mulai September 2025, untuk menjaga kapasitas produksi dan efisiensi distribusi di Sulawesi Selatan.
Prospek 2026 Lebih Cerah
Manajemen Indocement memproyeksikan permintaan semen domestik sepanjang 2025 akan turun 2%–3% akibat pemangkasan anggaran infrastruktur dan lemahnya daya beli masyarakat. Namun, pada 2026 permintaan diperkirakan tumbuh sekitar 1%, didorong oleh stimulus fiskal, penurunan suku bunga, perpanjangan insentif PPN properti, dan peningkatan belanja proyek publik.
“Kami tetap optimistis pemulihan volume akan terjadi pada 2026 seiring langkah pemerintah memperkuat pertumbuhan ekonomi,” tulis manajemen.
Hingga akhir September 2025, Indocement mengoperasikan 14 pabrik milik sendiri serta dua pabrik dan satu grinding mill sewaan dengan kapasitas produksi total 33,5 juta ton per tahun. Perseroan masih berada di bawah kendali Heidelberg Materials AG yang menjadi pemegang saham mayoritas sejak 2001.***





.jpg)










