BERITA TERKAIT
Benedictus M Waworuntu dan dunia asuransi nampaknya dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Betapa tidak, setelah 20 tahun malang melintang di dunia bisnis asuransi Indonesia, pria yang akrab disapa Benny Waworuntu ini ternyata masih dilirik Swiss Re Group. Mulai 29 Mei 2014 lalu, penyedia grosir terkemuka reasuransi, asuransi dan asuransi berbasis transfer risiko ini resmi menunjuk Benny sebagai Direktur, Head of Indonesia Swiss Re, perusahaan reasuransi asal Swiss. Selama tiga tahun sebelumnya Benny menjabat sebagai Direktur Eksekutif di Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). Ia mewakili Ketua dalam menjalankan tugas operasional seharihari, menjembatani antara regulator dan seluruh anggotanya yang terdiri dari 48 perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Selama beberapa tahun Benny juga bekerja untuk PT AJ Manulife Indonesia, di mana ia menduduki beragam posisi kepemimpinan dan operasional dari 1998 hingga 2011. Pria berkacamata ini mengaku “menyesal” baru menggeluti dunia perasuransian sekitar 20 tahun yang lalu. Menurut Benny, seharusnya dia langsung terjun ke dunia tersebut begitu merampungkan studi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada 1993. “Usai kuliah, saya lama kerja di bagian human resources sesuai jurusan saya,” paparnya. Menurut Benny, jika dirinya lebih lama berada di dunia perasuransian, semua manfaat yang dirasakannya sekarang bisa lebih awal dinikmati. Manfaat itu diantaranya membantu orang lain, melek asuransi dan finansial, serta penghasilan berlimpah. “Sejumlah manfaat itu belum tentu bisa dinikmati du dunia pekerjaan yang lain,” kata pria kelahiran Cirebon 4 Juni 1967 ini. Saat lulus kuliah, Benny memang sempat sebuah bekerja di sebuah perusahan yang bergerak di dalam bidang sumber daya manusia. Namun, ketika krisis moneter melanda tahun 1998, perusahaan tempat kerjanya gulung tikar. Kondisi ini justru membuatBenny berinisiatif menolong teman-temannya dengan menawarkan beberapa karyawan di sana untuk melanjutkan karier di sebuah perusahan asuransi jiwa, Manulife Indonesia. Tanpa dinyana, oleh direksi perusahaan asuransi jiwa tersebut, malah Benny yang kemudian ditawarkan untuk bergabung. “Di situlah awal saya terjun di industri asuransi ini.” Di Manulife Indonesia, pria yang masih melajang ini mulai merintis kariernya. Dan ternyata pilihannya itu tidak keliru. Lebih dari 13 tahun berkarier di perusahaan asuransi beken yang berpusat di Kanada, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) memintanya untuk bergabung dan menjadi direktur eksekutif di tahun 2011. Bekerja di Manulife Indonesia sejak Mei 1998 hingga Agustus 2011, telah memberikan pengalaman sangat berarti bagi anak bungsu dari lima bersaudara ini. Berbagai jabatan sudah diembannya, dimulai dari manajer cabang, manajer senior cabang, manajer area, asisten direktur, direktur dan asisten vice president. Meski hanya mencicipi satu perusahaan saja, namun kemampuan mengelola bisnis asuransi tak diragukan lagi. Bahkan dengan berbekal ilmu Psikologi yang dimilikinya, Benny mengaku terbantu untuk bisa memahami pelaku-pelaku dalam industri proteksi. Malahan, karena bisnis asuransi begitu dinamis dan potensi pertumbuhannya masih sangat besar, Benny sempat mengaku sudah tak bisa pindah ke lain hati. “Dengan berbagai kelebihan dan tantangan tersebut, industri asuransi jiwa ini terlihat begitu seksi untuk digeluti,” begitu katanya. Sebagai direktur eksekutif di AAJI ketika itu, Benny memiliki tugas untuk membuat asuransi jiwa dikenal dan dekat dengan masyarakat. Jelas itu bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi penetrasi pasar asuransi di Tanah Air masih sangat kecil. Oleh karena itu diperlukan berbagai strategi harus disiapkan dan diaplikasikan secara terus menerus terutama sosialisasi dan edukasi ke seluruh lapisan masyarakat. Tugasnya tambah menantang ketika harus berhadapan dengan anggota dan pengurus asosiasi yang merupakan para direksi perusahaan-perusahaan asuransi jiwa. Namun, penyuka musik jazz ini bertekad untuk menjalani dengan optimal dengan berupaya menyeimbangkan waktu dan kepentingan, baik secara internal antara pengurus dengan anggota, di antara sesama pengurus. Dirinya juga bertugas sebagai “duta”, berhubungan dengan pihak luar, seperti regulator (Otoritas Jasa Keuangan/OJK), media dan lembaga-lembaga lainnya. Beruntung, kegemarannya membaca buku-buku bertema manajemen dan pengembangan diri, cukup membantu melewati berbagai tantangan dan risiko dari pekerjaannya. Dia pun menyadari bahwa semua tindakan itu pasti ada risikonya, demikian juga dengan setiap pekerjaan pasti ada konsekuensinya. “Kalau kita menjalankannya dengan sepenuh hati, jujur dan bertanggungjawab, rasanya buat saya tidak merasakan adanya risiko berat,” tutur Benny. Maka dari itu, penyuka makanan tradisional ini berharap, jika diberikan kesempatan untuk terus berkarier, dirinya masih ingin menyumbangkan kemampuan dan pengalamannya untuk bisa mengembangkan industri yang telah membesarkannya ini. “Termasuk mencetak lebih banyak lagi orang berhasil sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia yang merata, melalui pemanfaatan industri asuransi jiwa ini.” Doa dan harapan Benny terkabul, karena selepas mengomandoi AAJI dirinya masih dipercaya bergelut di dunia asuransi, sebagai Head of Indonesia Swiss Re. Dalam perannya sebagai Head of Indonesia, Benny akan bekerja sama dengan beragam tim di Asia Tenggara untuk memperkuat serta memperluas hubungan Swiss Re dengan klien dan mitra kerja di Indonesia. Ia bertanggung jawab untuk meningkatkan bisnis reasuransi jiwa dan produk non-life Swiss Re secara nasional. Indonesia merupakan negara terpadat keempat dunia dengan jumlah penduduk sekitar 250 jiwa dan pasar berkembang terbesar keenam di dunia. Indonesia juga merupakan salah satu pasar asuransi jiwa dengan pertumbuhan tercepat, tapi penetrasi asuransi rendah. Negara ini juga memiliki kelas konsumen yang berkembang serta gap proteksi terhadap bencana alam yang besar. Dengan diimplementasikannya ASEAN Economic Community (AEC) dan ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada 2015, pasar ini akan menghasilkan berbagai kesempatan menarik untuk meningkatkan pertumbuhan asuransi di wilayah ASEAN. Itulah beberapa tugas menantang bagi Benny di posisi barunya saat ini. Mampukah kariernya secemerlang di Manulife dan AAJI? Semoga saja.





.jpg)










