Jakarta – Tingkat transaksi investor lokal dalam perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menurun. Sejak awal tahun hingga saat ini, tingkat transaksi investor lokal sebesar 56% dari total transaksi saham di BEI di banding periode yang sama tahun lalu sebesar 64,5%. Akan tetapi, investor lokal masih mendominasi transaksi saham di pasar modal.
"Tahun lalu 64,5%, sekarang menjadi 56%," kata Direktur Utama BEI, Ito Warsito di gedung BEI Jakarta, Selasa (12/6). Ito beralasan salah satu sebabnya kemungkinan aktivitas investor asing lebih tinggi dibandingkan investor lokal. Kepemilikan saham di BEI, kata Ito, masih didominasi asing sebesar 58% tahun ini. Sisanya investor lokal.
BERITA TERKAIT
Akibatnya pasar domestik menjadi lebih kecil. Ito tak menyebutkan berapa besaran aksi jual (net sell) asing di pasar modal. Ia hanya menyebutkan aksi beli (net buy) asing sejak awal tahun jumlahnya mencapai Rp2,2 triliun. Aktivitas transaksinya rata-rata Rp4,5 triliun.
Kendati transaksi investor lokal menurun, menurut ito, porsi 56% tersebut masih terbilang tinggi. Ini mengindikasikan kesadaran investasi investor yang masih tinggi. Likuiditas di bursa saham yang semakin likuid akan mendorong investor asing tertarik masuk ke bursa dalam negeri, sehingga terjadi sinergi domestik.
Dalam kesempatan yang sama, BEI dan PT CIMB Principal Asset Management menandatangani kerjasama penggunaan indeks IDX30. "Kerjasama perseroan ini merupakan yang pertama dilakukan dengan BEI," kata Direktur Utama CIMB Principal Reita Farianti dalam kesempatan yang sama.
Perusahaan berencana meluncurkan reksa dana indeksnya yang perdana, yaitu Reksa Dana CIMB Principal Index IDX30. Harapannya, kata Reita, produk baru tersebut akan memberikan range product yang lengkap bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan investasi di pasar modal Indonesia.
Indeks IDX30 diluncurkan 23 April 2012 dan akan menjadi landasan acuan bagi produk-produk di pasar modal. Misalnya reksa dana, exchange traded fund, serta produk derivatif lainnya. Menurut Ito, indeks-indeks yang ada selama ini di BEI memiliki gabungan saham yang terlalu banyak untuk diretifikasi. Oleh karenanya manajer investasi dana kelola mengajukan permintaan untuk meluncurkan indeks baru.
Indeks ini terdiri dari 30 saham unggulan yang konstituennya merupakan bagian dari Indeks LQ-45. Emiten yang tergabung ke dalam indeks itu merupakan perusahaan dengan saham berlikuiditas tinggi dan kapitalisasi besar. Contohnya saham milik PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Hari dasar penghitungan yang dipilih untuk penghitungan indeks ini adalah 30 Desember 2004. Ini menjadi nilai awal indeks 100. Metode penghitungan IDX30 sama dengan metode penghitungan indeks-indeks lain di BEI. Caranya melalui pembobotan berdasarkan market capitalization weight average.





.jpg)










