Stabilitas.id — Forum investasi terbesar di Indonesia, Investor Daily Summit 2025, kembali digelar oleh B-Universe di Jakarta Convention Center (JCC) pada 8–9 Oktober 2025. Acara ini mempertemukan jajaran menteri Kabinet Merah Putih, pengusaha, ekonom, akademisi, dan pejabat pemerintah untuk membahas arah kebijakan ekonomi nasional.
Dalam sesi pleno bertajuk “The Indonesian Economy in New Economic Order”, Wakil Dekan FEB Universitas Indonesia (UI) Kiki Verico menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan akibat dari kebijakan dan efisiensi struktural. Ia menyebut, untuk mencapai pertumbuhan 8%, Indonesia harus memperbaiki dua faktor utama, yakni tingkat tabungan domestik (savings rate) dan rasio modal tambahan per satuan output (ICOR).
“Kalau sekarang hitungan saya savings rate 35%, ICOR-nya 6, maka pertumbuhan ekonomi hanya bisa tumbuh 5%. Tapi kalau ICOR bisa turun ke 4,4 seperti periode 1987–1992, pertumbuhan bisa mencapai 7–8%,” ujar Kiki.
BERITA TERKAIT
Menurutnya, ICOR Indonesia yang masih tinggi membuat investor enggan menanamkan modal karena efisiensi ekonomi rendah. Kondisi ini kontras dengan Vietnam yang berhasil melakukan forward participation dalam rantai pasok global dengan memperbanyak ekspor produk akhir.
Kiki menekankan pentingnya reformasi ekonomi dan perbaikan iklim investasi, melalui dua langkah strategis, yakni memperkuat kualitas hukum agar setara dengan standar global, serta memastikan mekanisme pasar berjalan efektif, dengan intervensi pemerintah yang mendorong produktivitas dan penciptaan lapangan kerja.
“ICOR terbaik adalah reformasi terbaik, dan reform terbaik adalah produk hukum terbaik,” tegas Kiki.
Ia juga menyoroti masalah saving-investment gap akibat lemahnya daya beli masyarakat, yang membuat tabungan domestik sulit tumbuh dari Rp6.600 triliun ke Rp11.000 triliun. Akibatnya, pembiayaan investasi masih bergantung pada pinjaman luar negeri dan investasi asing langsung (FDI).
Investasi Harus Tembus Rp13.000 Triliun
Sementara itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani menyebutkan bahwa Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp13.032 triliun dalam lima tahun ke depan (2025–2029) untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029.
“Selama 10 tahun terakhir (2014–2024), investasi yang masuk sekitar Rp9.117 triliun. Dalam lima tahun ke depan, kita harus mencapai lebih dari Rp13.000 triliun,” ujarnya.
Rosan menilai peran investasi terhadap ekonomi nasional semakin besar. Hingga September 2025, realisasi investasi diperkirakan mencapai Rp1.400 triliun atau 74% dari target tahunan Rp1.905 triliun.
Ia menambahkan bahwa sektor energi terbarukan menjadi salah satu frontier investasi yang menjanjikan seiring komitmen Indonesia mencapai emisi nol bersih pada 2060. Selain itu, sejumlah perjanjian perdagangan seperti IEU-CEPA dan ICA-CEPA diharapkan memperkuat arus investasi ke sektor manufaktur dan infrastruktur digital.
“Banyak sekali sebetulnya opportunity yang ada di kita, hanya saja belum diimplementasikan dengan kuat,” kata Rosan.
SDM dan Pendidikan Jadi Kunci
Dosen dan Ekonom LPEM FEB UI, Rizki Nauli Siregar, menambahkan bahwa peningkatan investasi harus diiringi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pemerintah perlu berperan aktif menyediakan public goods seperti pendidikan dan pelatihan tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan industri.
“Pasti pengusaha akan senang bila memiliki SDM yang terpercaya. Tapi apakah kita sudah berinvestasi cukup di pendidikan? Belum,” ujarnya.
Menurut Rizki, keberhasilan mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi akan sangat bergantung pada kualitas SDM, terutama dalam mendorong produktivitas sektor manufaktur dan jasa.***





.jpg)










