• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Jumat, November 21, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Liputan Khusus

Kegagalan Implementasi Etos dan Budaya

oleh Sandy Romualdus
31 Maret 2015 - 00:00
30
Dilihat
Kegagalan Implementasi Etos dan Budaya
0
Bagikan
30
Dilihat

BERITA TERKAIT

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

Manajemen berperan sangat besar dalam banyak kejadian skandal penipuan (fraud) dari berbagai perusahaan. Sepuluh skandal akuntansi terburuk yang terjadi di dunia seperti yang disajikan dalam rubrik Riset Stabilitas edisi Februari 2015 semuanya melibatkan CEO (Chief Executive Officer), CFO (Chief Financial Officer) atau jajaran manajemen puncak lainnya.
Selain itu, jajaran manajemen puncak juga berperan terhadap kejadian risiko yang disebabkan oleh kegagalan mereka dalam menanamkan nilai-nilai, etos, dan perilaku dalam organisasi. Kegagalan tersebut berdampak besar bagi banyak perusahaan terkemuka, seperti yang terjadi pada Arthur Andersen, Cadbury, BP, dan sebagainya. Memiliki peraturan, panduan, dan budaya kepatuhan, ternyata tidak cukup untuk menghindarkan perusahaan dari risiko yang mematikan.
Arthur Andersen, pendiri firma akuntansi Arthur Andersen, pernah mengatakan tidak akan menjual reputasinya berapapun harganya ketika berbicara dengan CEO perusahaan kereta api lokal di Chicago, Amerika. “Uang Anda tidak cukup untuk membuat saya setuju untuk meningkatkan laporan laba bersih dengan teknik akuntansi kreatif,” tukasnya. Akibatnya, firma Arthur Andersen kehilangan klien tersebut. Tak lama kemudian, perusahaan kereta api itu pun juga bangkrut. Tampak jelas bahwa Mr Andersen punya kompas moral yang kuat dalam menjalankan bisnisnya.
Tapi, kompas moral tersebut tidak selalu bisa dipertahankan ketika tuntutan bisnis berubah dan kepemimpinan perusahaan beralih kepada banyak orang lain. Sampai 1980-an, firma akuntansi ini mengadopsi model bisnis baru: menumbuh-kembangkan bisnis melalui penjualan jasa konsultansi dengan memanfaatkan hubungan baik dengan klien dari jasa audit. Andersen sangat sukses. Firma ini memasang target pendapatan konsultansi dua kali lebih besar dibandingkan pendapatan audit. Siapapun yang sukses mencapai target akan mendapatkan bonus besar, dan bagi mereka yang gagal diberikan sanksi. Ketakutan kehilangan bisnis konsultansi tentunya juga berpengaruh terhadap tim audit.
Sebagai contoh, dari pekerjaan dengan Enron, Andersen memperoleh pendapatan 25 juta dollar AS sebagai fee audit dan 27 juta dollar AS dari jasa konsultansi sepanjang tahun 2000. Bertahun-tahun Andersen terlibat dalam menciptakan dan menerapkan teknikteknik akuntansi kreatif. Hasilnya, pendapatan Andersen terus tumbuh secara agresif. Hal itu ditandai pula dengan penciptaan SPV (Special Purpose Vehicle) yang dipergunakan untuk menyembunyikan semua hal yang meragukan atau tidak wajar.
Memasuki 2001, firma Arthur Andersen mulai khawatir dengan independensi 14 partner mereka yang menangani Enron. Firma tersebut melakukan diskusi membahas hal ini. Dengan pendapatan yang bisa mencapai 100 juta dollar AS dari Enron (terutama dari jasa konsultansi), mereka memutuskan untuk mempertahankan Enron. Mr Andersen sendiri tidak sepakat sepenuhnya dengan keputusan tersebut.
Setelah berita investigasi SEC (Securities Exchange Commission) terhadap Enron beredar, manajer Arthur Andersen perlu memberikan pengarahan kepada tim audit tentang langkahlangkah antisipatif yang harus diambil.
Namun, hal itu sudah terlambat. Setelah dilakukan investigasi oleh SEC, Andersen baru sadar bahwa sebagian besar amunisi SEC dalam mengungkap kasus Enron berasal dari dokumen Andersen sendiri, yang tak sempat dimusnahkan ketika tuntutan sudah didaftarkan.
Akhirnya, Arthur Andersen ambruk karena kehilangan kompas moral. Kisah moral lainnya juga terjadi pada Cadbury, sebuah perusahaan dari kelompok Quaker. Selama periode kepemimpinan Todd Spitzer, Cadbury punya pernyataan bisnis yang sangat bagus: “Performance Driven, Values Led”. Moto ini menimbulkan dilema dalam pemilihan strategi utama mereka: apakah kinerja menjadi prioritas? Ataukah nilai-nilai? Atau, seperti apa keseimbangannya?
Bulan Juni 2005, Cadbury berinisiatif menarik sejuta batang coklat yang diduga terkontaminasi oleh bakteri salmonella. Masalah ini muncul garagara Cadbury menaikkan level toleransi salmonella dari nol menjadi level rendah dengan asumsi (yang tidak benar) bahwa salmonella dalam kadar sangat rendah pada sebatang coklat masih aman.
Timbul pertanyaan, apakah hal ini tetap terjadi jika nilai-nilai menjadi prioritas utama dari Cadbury? Para pemeriksa dari Badan Makanan dan Obat-obatan
menyimpulkan, Cadbury melakukan hal ini untuk mengurangi ‘limbah’ alias menghemat biaya, walaupun Cadbury tetap kukuh mengatakan bahwa salmonella pada kadar rendah masih tetap aman.
Fokus kembar BP (British Petroleum) antara keselamatan dan kinerja keuangan juga mengandung kontradiksi serupa. Manakah yang lebih penting: keselamatan atau kinerja?
Pada praktiknya, konflik di BP ini sudah terpecahkan karena perusahaan membuat skema insentif bagi para eksekutif sebagai berikut: 70 persen dari bonus mereka dibuat berdasarkan capaian kinerja keuangan dan 15 persen dibuat berdasarkan kinerja keselamatan. Itu pula sebabnya, dalam konteks ini, kasus kebocoran minyak Deep Water Horizon di Teluk Mexico bisa dijelaskan.
Keinginan meraih kinerja keuangan yang tinggi telah menyebabkan keselamatan kurang menjadi prioritas –walaupun kemudian terbukti kejadian ini juga sangat menekan kinerja keuangan BP, antara lain, dengan adanya tuntutan dari Pemerintah AS hampir 10 miliar dollar AS.
Tiga contoh kasus di atas terjadi karena kegagalan manajemen puncak organisasi untuk menanamkan budaya dan nilai-nilai dalam praktik bisnis sehari-hari. Tak jarang, risiko juga muncul akibat kegagalan dalam menciptakan dan menerapkan strategi yang koheren terhadap keselamatan kerja, baik secara fisik maupun secara organisasi. Tidak boleh ada strategi yang kontradiktif.

 
 
 
 
Sebelumnya

BII Jalin Kerja Sama Reksa Dana dengan PT Maybank GMT Asset Management

Selanjutnya

CIMB Niaga Berinovasi dari Hati

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Banyak Suka Menjadi Mandirians

Banyak Suka Menjadi Mandirians

oleh Sandy Romualdus
4 Februari 2020 - 17:25

Bekerja di Bank Mandiri berarti mendapatkan gaji mentereng, masa depan terjamin dan banyak ilmu dan pengetahuan yang didapat.

Rahasia Membentuk Mandirian Tangguh

Rahasia Membentuk Mandirian Tangguh

oleh Sandy Romualdus
4 Februari 2020 - 17:17

Strategi pengembangan pegawai yang dilakukan Bank Mandiri tahun-tahun sebelumnya telah membuahkan hasil fantastis.

Ketika Mandirians Mengambil Alih Panggung

Ketika Mandirians Mengambil Alih Panggung

oleh Sandy Romualdus
4 Februari 2020 - 17:08

Satu dekade belakangan banyak perusahaan di industri keuangan mengincar lulusan Bank Mandiri.

Gadai Emas Syariah

Inovasi Gadai Emas “Zaman Now”

oleh Sandy Romualdus
7 Maret 2018 - 00:00

Tidak mau tergilas zaman, Pegadaian berbenah dan meluncurkan aplikasi online untuk bisnis gadai emas serta inovasi lainnya. 

Sistem Pembayaran Tunai Dominasi Transaksi Harbolnas

Sistem Pembayaran Tunai Dominasi Transaksi Harbolnas

oleh Stella Gracia
16 Desember 2016 - 00:00

Jumlah transaksi tunai melalui ATM dan cash on delivery (COD) masih besar, sebab masih ada ketakutan yang besar pada masyarakat...

Ketika Moneter-Fiskal Tak Seiring

oleh Sandy Romualdus
24 November 2016 - 00:00

Kebijakan fskal saat ini tengah naik daun dan mendominasi perekonomian, untuk mendorong pertumbuhan.

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 106 Perusahaan Asuransi Raih Predikat Market Leaders 2025 Versi Media Asuransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Daftar 52 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Terbaik 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

CIMB Niaga Edukasi Nasabah Surabaya Lewat Wealth Xpo: Dari Bisnis Next Gen hingga Warisan Kekayaan

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

Emas Makin Dilirik untuk Dana Pendidikan Anak, Ini Alasan dan Strateginya

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
CIMB Niaga Berinovasi dari Hati

CIMB Niaga Berinovasi dari Hati

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance