JANUARI-FEBRUARI 2014
Pegawai Bobol Bank Mandiri Cabang Mojokerto
Mantan koordinator teller Bank Mandiri cabang Mojokerto berinisial YK diduga kuat menyalahgunakan dana nasabah Bank Mandiri cabang Mojokerto dengan cara mentransfer ke sejumlah rekening bank lain. Dia juga diduga melakukan setoran tunai ke sejumlah rekening bank lain dalam kurun 13 Januari 2014 hingga 17 Februari 2014.
BERITA TERKAIT
Setidaknya ada lima transaksi transfer real time gross settlement (RTGS) yang dilakukannya ke tiga rekening tujuan dengan nominal Rp257 juta hingga Rp1,27 miliar. Total uang yang ditransfer mencapai Rp3,4 miliar.
Selain transfer, YK juga memerintahkan bawahannya untuk melakukan setoran tunai ke empat rekening bank lain dengan nominal Rp 50 juta hingga Rp 750 juta. Total uang yang disetor ke rekening bank lain itu mencapai Rp1,7 miliar, sehingga total uang yang ditransfer maupun disetor ke rekening bank lain mencapai Rp5,1 miliar.
Untuk mengelabui administrasi pembukuan bank, terdakwa merekayasa catatan pembukuan seolah olah tidak ada selisih akibat uang yang dibobol atau dialihkan ke rekening lain. Selain itu, YK juga menyiasati penataan pecahan uang dalam brankas seolah-olah uang dalam brankas utuh atau tidak berkurang.
Pembobolan terungkap ketika ditemukan kekurangan saat Bank Mandiri cabang Mojokerto melakukan setoran kliring ke Bank Mandiri kantor wilayah VIII Surabaya. Manajemen Bank Mandiri akhirnya melakukan audit dan memeriksa isi brankas. Setelah dihitung, ditemukan selisih atau kekurangan dana nasabah sebesar Rp6,06 miliar. Dana yang menurut pembukuan seharusnya Rp26,9 miliar, ternyata setelah dihitung dalam brankas hanya tersisa Rp20,8 miliar.
Dalam berita acara pemeriksaan (BAP) Kepolisian, kepada manajemen bank, YK mengaku menggunakan uang tersebut untuk menebus paket barang senilai 1 miliar dollar AS. Uang itu juga dibelikan berlian seharga 3,8 juta dollar AS.
APRIL – MEI 2014
Skimming Kartu Debit Dan Kartu Kredit Bank Mandiri
Terjadi transfer rekening nasabah yang tidak sesuai saldo pada April 2014. Total transaksi cukup besar 22.961 transaksi dari 2.560 rekening sekitar Rp7,7 miliar. Ada juga sekitar 1.124 kartu debit Bank Mandiri yang ditransaksikan pada 9-10 Mei 2014. Lalu ada transaksi di Kanada, Malaysia, Perancis dan Srilanka. Sebanyak 600 kartu kredit diantaranya digunakan untuk 1.857 transaksi yang secara system sudah di-approve dengan nilai Rp 3,9 miliar.
Dan 99 diantaranya ditransaksikan di ATM dan sisanya di EDC. Diduga kuat adanya skimming kartu di enam ATM. Jumlahnya mencapai 80 ribu kartu. Tindak lanjut Bank Mandiri sangat cepat melakukan upaya profiling transaksi, dan pemblokiran kartu, penggantian kartu dan penggantian dana nasabah.
Bank Mandiri sudah melakukan upaya, yakni follback dengan tujuan agar transfer dengan kartu ATM ke bank lain dapat berjalan normal. Selain itu, menonkatifkan dan menutup akses rekening, mengganti uang nasabah melalui pendebetan rekening.
AGUSTUS 2014
Dugaan Pembobolan Dana Nasabah Bank Permata
Nasabah Bank Permata Winarto melaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa pada akhir Agustus 2014 simpanannya terkuras hingga Rp245 juta. Dikisahkan bahwa, pada 28 Agustus 2014, seseorang yang mengaku-aku dirinya menghubungi Bank Permata melalui layanan Permata Tel. “W” misterius itu meminta reset password ulang internet banking.
Padahal saat itu Winarto mengaku sedang di Saga, Sorong Selatan, Papua Barat. Daerah itu tidak terjangkau sinyal telepon seluler dan internet. Winarto pun mempertanyakan siapa yang menelepon Bank Permata.
Nah, setelah pemulihan password Internet banking berhasil, nasabahgadungan mentransfer sejumlah uangdengan enam kali transaksi senilai Rp245juta ke sejumlah rekening bank. Kejadiantersebut berlangsung antara pukul01.33 WIB–11.15 WIB pada 29 Agustus2014. Winarto mengaku heran, lantaran user ID, password Internet banking,dan SMS token miliknya bisa bocor.
Dia mengaku tak pernah memberikan informasi ini kepada orang lain. Uniknya lagi, ada seseorang yang mendatangi Grapari Telkomsel dengan membawa kartu identitas (KTP) palsu atas nama Winarto, beserta surat kuasa palsu guna mendapatkan nomor kartu SIM baru.
Terkait kasus hilangnya dana nasabah tersebut, pihak Bank Permata sempat menyampaikan bantahan bahwa simpanan senilai Rp245 juta itu, dilakukan oleh karyawan bank.
Berdasarkan investigasi internal Bank Permata, transaksi tersebut telah berhasil dijalankan melalui proses verifikasi dan otentikasi bertransaksi di layanan PermataNet dengan user ID, password, dan token yang valid.
Jika nasabah menyampaikan informasi bahwa ada orang lain yang diduga menggunakan nomor telepon dan e-mail yang dimilikinya untuk bertransaksi, sangat sulit oleh karena user ID, password, dan token tersebut hanya diketahui oleh nasabah sendiri dan menjadi tanggung jawab setiap nasabah untuk menjaga kerahasiaannya.
Baik Permata Bank maupun Winarto telah menyampaikan pengaduan terkait kasus ini ke regulator. Regulator pada tanggal 9 Desember 2014 telah menyampaikan kesimpulan bahwa kasus ini tidak masuk dalam ranah perdata. Kendati demikian, dalam rangka melindungi kepentingan nasabah dan untuk mengungkap pelaku yang sebenarnya dalam kasus tersebut, Bank Permata telah membuat pelaporan tindak pidana oleh seseorang kepada pihak berwajib yakni Polda Metro Jaya dan sampai saat ini tengah dalam proses pemeriksaan.
OKTOBER 2014
CIMB Niaga Pangkal Pinang Dibobol Pegawai IT dari Jakarta
Direktorat Tindak Pidana Khusus Badan Reserse Kriminal Polri pada tanggal 17 Oktober 2014, menerima laporan dari pihak Bank CIMB Niaga bahwa ada perbedaan saldo dalam pencatatan internal bank, ketika mereka tengah melakukan laporan akhir bulan.
Saat ditelusuri, tindak pidana tersebut ternyata dilakukan oleh dua orang karyawan yang bekerja di CIMB Niaga Pusat, Jakarta inisial ST dan SN. Keduanya membobol dana Bank CIMB Niaga di Cabang Pangkal Pinang.
Mereka membobol bank tersebut menggunakan User ID palsu, milik salah satu karyawan berinisial NS. Bukan hanya itu, ST dan SN memanfaatkan korban D yang juga pegawai CIMB bagian keuangan untuk mendapatkan kode rekening CIMB. Kode yang sudah didapatkan itu diketahui adalah kode bank di setiap wilayah.
Modusnya, kedua pelaku beralasan pada D, kode itu untuk memperbaharui sistem hingga dipilihlah CIMB Cabang Pangkal Pinang. Dalam pelaksanaannya, ST alias SHS dan SN alias SS tidak bekerja sendiri. Mereka dibantu oleh dua orang lainnya, yaitu WW alias MSP dan RM, dimana keduanya diberikan imbalan sebesar sebesar 100 ribu dolar AS. ST dan SN meminta pada RM untuk membuka rekening fiktif di bank CIMB di kawasan Jakarta. Namun RM melimpahkannya pada tersangka WW.
Dalam hal ini, RM bertugas mencari money changer untuk menukarkan uang hasil pembobolan di CIMB Niaga Cabang Pangkal Pinang ke dalam kurs dolar. Sementara RT dan SN memantau sistem CIMB Pangkal Pinang dengan menggunakan remote desktop. Uang tersebut sudah masuk ke rekening fiktif sebesar Rp22,4 miliar. Namun untuk ditukarkan dalam kurs dolar, mereka meminjam dana pada PT Gada, sehingga dikirimkanlah dana sesuai permintaan.
Meski demikian, PT Gada tidak mengetahui kalau uang tersebut merupakan hasil pembobolan sebuah bank swasta. Ketika uang sudah masuk dalam rekening fiktif itu, SN, ST, WW, dan RM mengambil uang tersebut sebanyak 500 ribu dollar AS. ST mendapat bagian 200 ribu dollar AS, SS, WW, dan RM menerima hasil kejahatan masing-masing 100 ribu dollar AS.
Desember 2014
Repo Fiktif AAA Sekuritas
PT Andalan Artha Advisindo (AAA) Sekuritas, yang kini bernama Inti Kapital Sekuritas diduga terlibat praktik repurchase agreement (repo) fiktif dengan aset dasar obligasi, serta penggelapan dana. Dua perkara ini melibatkan dana ratusan miliar.
Seperti dungkap Otoritas Jasa Keuangan (OJK), AAA Sekuritas terindikasi menawarkan repo ke BPD Maluku dan Bank Antardaerah (Bank Anda). Nah, setelah dicek, aset dasar repo itu tak ada. Dari penawaran repo ini, OJK menaksir, dana yang dihimpun mencapai sekitar Rp400 miliar. Aksi tersebut, kata pejabat OJK, dilakukan Direktur Utama AAA Sekuritas dengan inisal TAR, dan tidak mencatatkannya di laporan keuangan perusahaan atau off balance sheet.
BPD Maluku sudah melaporkan kasus repo fiktif ini ke Bareskrim Polri pada 6 Januari 2015. Sementara Bank Antardaerah menampik dananya tersangkut di AAA Sekuritas. Cuma, bank ini pernah membeli reverse repo dari sejumlah sekuritas sebagai diversifikasi likuiditas, termasuk AAA Sekuritas.
Selain repo fiktif, TAR juga dilaporkan ke polisi atas dugaan penipuan dan penggelapan dana PT Grandpuri Permai senilai Rp120 miliar. Dana itu merupakan dana jaminan atau security deposit dari PT Tokyu Land Indonesia atas perjanjian pembelian Hillside Hotel dan restoran Sakura milik Grandpuri di Jalan TB Simatupang Jakarta, pada 31 Oktober 2013.
TAR meminta dana yang akan dititipkan ke AAA Sekuritas itu ditransfer ke rekening PT Anugrah Laras Kapitalindo (ALK) di Bank QNB Kesawan. Belakangan, dana itu tidak bisa dicairkan saat ingin ditarik Grandpuri pada Januari 2014. Yang bias dikembalikan hanya Rp6 miliar yang ditransfer pada 6 Februari 2014 melalui rekening ALK di Bank QNB Kesawan. TAR mengaku memakai uang itu antara lain untuk membayar utang AAA Sekuritas, membeli obligasi, serta membayar utang ke Bank Maluku dan Bank Antardaerah. Grandpuri melaporkan kasus ini ke polisi pada 29 Desember 2014.
JANUARI 2015
Skimming Kartu Kredit Nasabah Bank BCA
Seorang pengguna kartu kredit BCA, inisial CR pada tanggal 12 Januari 2015 melaporkan penyalahgunaan kartu kreditnya karena ketika tidak sengaja melakukan pengecekan di KlikBCA ternyata menemukan transaksi senilai Rp22.268.989 dari Meksiko pada tanggal 7 Januari 2015. Namun, yang menjadi keluhannya adalah dia mengaku belum pernah pergi ke Meksiko. Dan kartu kreditnya pun tidak bisa dikenakan transaksi sebesar itu dalam satu kali transaksi.
Langkah cepat dan tanggap dilakukan oleh BCA dalam menanggapi keluhan yang datang dari nasabahnya. Bahkan, BCA menyatakan siap menanggung kerugian yang dialami salah satu nasabah akibat penyalahgunaan kartu kredit sebesar Rp22.268.989.
Pihak BCA menyampaikan bahwa setelah melakukan proses investigasi maka dipastikan dari kasus tersebut bukanlah bentuk kelalaian dari nasabah yang bersangkutan. Menurut pihak BCA, si nasabah terkena skimming.
MARET 2015
Raibnya Deposito Pemkot Semarang di BTPN
Kabar mengejutkan datang dari Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang. Uang deposito sebesar Rp 22 miliar milik Pemkot yang disimpan di Bank Tabungan Pensiunan Negara (BTPN) Semarang raib. Pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan dugaan pelaku yang menguras uang milik rakyat tersebut.
Menurut informasi Pemkot Semarang, uang sebesar Rp 22 miliar didepositokan ke BPTPN sejak tahun 2007 lalu dalam bentuk rekening Koran. Setelah tujuh tahun berjalan, yakni tahun 2014 lalu Pemkot mendapat rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Jawa Tengah untuk menarik deposito tersebut. Namun saat ditarik ternyata dana yang tersisa dalam deposito tinggal Rp 80 juta. Anehnya lagi, pihak Pemkot tidak mengetahui siapa yang menarik dana tersebut.
Saat ini kasus dugaan pembobolan dana deposito Pemkot masih dalam penyelidikan penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Jawa Tengah





.jpg)










