• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Jumat, November 21, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Bursa

DBS: Obligasi Masih Jadi Pilihan Utama, Saham Teknologi dan Asia Tetap Menarik di Kuartal IV 2025

oleh Sandy Romualdus
14 Oktober 2025 - 12:00
9
Dilihat
DBS: Obligasi Masih Jadi Pilihan Utama, Saham Teknologi dan Asia Tetap Menarik di Kuartal IV 2025
0
Bagikan
9
Dilihat

Stabilitas.id – Chief Investment Officer Bank DBS, Hou Wey Fook, menilai kuartal IV 2025 sebagai periode penting bagi investor untuk “bergerak mengikuti arah tren” di tengah pelonggaran kebijakan moneter global, ketidakpastian fiskal Amerika Serikat, dan momentum positif di Asia. Dalam laporan bertajuk Investment Insights 4Q25, Hou menyebut obligasi tetap menjadi aset paling menarik, sementara sektor teknologi dan saham Asia di luar Jepang menawarkan potensi kenaikan yang menjanjikan.

Menurut Hou, pasar global kini diwarnai oleh transisi kebijakan bank sentral, dengan The Federal Reserve (The Fed) telah memulai penurunan suku bunga di tengah tekanan politik dan pelemahan pasar tenaga kerja. Namun, “aktivitas ekonomi AS yang kuat, risiko inflasi akibat tarif, dan kondisi fiskal yang memburuk dapat memicu resistensi pasar,” ujar Hou dalam laporan yang dirilis Senin (13/10/2025).

Hou menjelaskan bahwa langkah The Fed menurunkan suku bunga akan menjadi katalis bagi pergerakan pasar keuangan global hingga 2026. Namun, risiko terhadap kredibilitas kebijakan moneter masih tinggi karena utang pemerintah AS telah menembus 120% terhadap PDB. “Situasi ini menimbulkan kekhawatiran akan dominasi fiskal, di mana kebutuhan pemerintah dalam pembiayaan utang dapat mulai mengarahkan kebijakan bank sentral,” kata Hou.

BERITA TERKAIT

Emas Tembus USD 4.356 per Ounce, HRTA Optimistis Permintaan Tetap Kuat

Perkuat Ekosistem Pendanaan Digital, Adapundi Gandeng Lagi Bank DBS Indonesia

Inflasi di Atas Target, The Fed Didesak Tunda Akselerasi Pemangkasan Suku Bunga

PLN Lunasi Obligasi dan Sukuk Ijarah Rp351 Miliar, Pefindo Cabut Peringkat Efek

Di Eropa, pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat di paruh kedua tahun ini setelah sempat direvisi naik menjadi 1,2% di semester pertama. Sementara Jepang menghadapi tekanan ekspor, konsumsi domestik yang tangguh dan kenaikan upah tetap menjadi penopang utama.

Untuk Asia, DBS menilai pasar obligasi kawasan masih menarik di tengah pelonggaran suku bunga lokal dan dinamika utang yang sehat. “Arus eksternal yang menguntungkan dan narasi dolar yang melemah memperkuat momentum positif Asia,” jelas Hou.

Saham: Fokus ke Teknologi dan Asia

Dalam strategi lintas asetnya, Hou menyebut DBS menaikkan posisi saham AS menjadi netral sambil menambah eksposur terhadap sektor teknologi dan pasar Asia non-Jepang (AxJ).

“Kami merekomendasikan pendekatan ‘barbell’ — menyeimbangkan pertumbuhan dari sektor teknologi AS dan valuasi menarik di Asia,” tutur Hou.

Menurutnya, valuasi pasar Asia kini jauh lebih kompetitif dibanding negara maju, di tengah pelemahan dolar AS dan prospek pertumbuhan laba yang solid. Untuk membiayai rotasi portofolio ini, DBS menurunkan peringkat Eropa menjadi netral dan Jepang menjadi underweight dalam tiga bulan mendatang.

Obligasi: Kredit Investasi Lebih Menarik

DBS tetap menempatkan obligasi sebagai aset unggulan kuartal IV tahun ini. “Obligasi lebih disukai daripada saham karena imbal hasil yang menarik dan sifatnya yang defensif,” ungkap Hou.

Ia menambahkan, imbal hasil obligasi jangka panjang berpotensi meningkat karena kurva yield yang makin curam, namun peluang terbaik masih berada pada kredit korporasi berkualitas tinggi (A/BBB) dengan durasi 2–3 tahun.

“Kami lebih memilih kredit dengan peringkat investasi dibanding obligasi pemerintah, karena fundamental korporasi masih solid sementara risiko fiskal pemerintah meningkat,” ujarnya.

Aset Alternatif: Infrastruktur dan Emas

Di tengah pelonggaran fiskal dan moneter AS yang bersamaan, Hou menyoroti pentingnya diversifikasi melalui aset riil. Infrastruktur privat dan emas menjadi dua fokus utama.

“Infrastruktur menawarkan arus kas jangka panjang yang terlindungi dari inflasi, sementara emas berfungsi sebagai lindung nilai terhadap devaluasi moneter dan risiko geopolitik,” katanya.

Harga emas yang telah menembus level USD 3.400 per ons, menurut Hou, berpotensi mencapai USD 4.450 pada paruh pertama 2026.

Taktik Portofolio: Bergerak Tapi Waspada

Secara keseluruhan, Hou menilai reli pasar aset berisiko masih akan berlanjut seiring ekspektasi penurunan suku bunga The Fed hingga lima kali sampai akhir 2026. Namun, risiko pasar tetap tinggi, terutama dari konsentrasi saham teknologi besar dan valuasi yang mendekati ekstrem historis.

“Probabilitas kenaikan tajam aset berisiko tetap tinggi, tetapi investor perlu memanfaatkan momentum ini sambil tetap melindungi sisi bawah portofolio melalui diversifikasi,” tegas Hou.

Dengan pendekatan hati-hati dan selektif, Hou Wey Fook merekomendasikan strategi follow the trend — bergerak mengikuti arah tren, sambil menjaga keseimbangan antara peluang pertumbuhan dan perlindungan risiko di tengah fase baru kebijakan moneter global. ***

Tags: 4Q25Asia non-JepangBank DBSDBSDBS CIOEmasHou Wey Fookinfrastruktur privatpasar obligasirekomendasi investasisaham teknologistrategi investasisuku bungathe fed
 
 
 
 
Sebelumnya

Harga Emas Antam Cetak All Time High, Sentuh Rp2,36 Juta per Gram

Selanjutnya

Aset Kustodian BSI Tembus Rp125 Triliun, Tumbuh 34% di 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

oleh Stella Gracia
21 November 2025 - 11:14

Stabilitas.id – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) melalui tim SIG CSIRT (Computer Security Incident Response Team) berhasil meraih Juara...

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

oleh Sandy Romualdus
21 November 2025 - 11:03

Stabilitas.id — Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 tercatat mencapai Rp479,7 triliun atau 2,02% terhadap PDB hingga akhir...

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

oleh Sandy Romualdus
21 November 2025 - 10:13

Stabilitas.id - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berupaya mencari solusi hunian masa depan yang adaptif, berkelanjutan, dan relevan dengan...

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

oleh Sandy Romualdus
20 November 2025 - 19:14

Stabilitas.id – Percepatan transisi energi dan pesatnya transformasi digital mendorong kebutuhan sistem kelistrikan yang makin andal dan fleksibel. Menjawab tantangan...

Surplus Transaksi Berjalan Dongkrak Kinerja NPI Kuartal III/2025, Cadangan Devisa Tetap Tebal

Surplus Transaksi Berjalan Dongkrak Kinerja NPI Kuartal III/2025, Cadangan Devisa Tetap Tebal

oleh Stella Gracia
20 November 2025 - 11:11

Stabilitas.id – Bank Indonesia (BI) melaporkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2025 tetap kuat di tengah ketidakpastian global. Meski...

BI Tahan Suku Bunga, Perkuat Intervensi dan Likuiditas Dorong Kredit Sektor Riil

BI Tahan Suku Bunga, Perkuat Intervensi dan Likuiditas Dorong Kredit Sektor Riil

oleh Stella Gracia
20 November 2025 - 10:59

Stabilitas.id - Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di level 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 18–19 November...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 106 Perusahaan Asuransi Raih Predikat Market Leaders 2025 Versi Media Asuransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Daftar 52 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Terbaik 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

CIMB Niaga Edukasi Nasabah Surabaya Lewat Wealth Xpo: Dari Bisnis Next Gen hingga Warisan Kekayaan

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

Emas Makin Dilirik untuk Dana Pendidikan Anak, Ini Alasan dan Strateginya

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
Aset Kustodian BSI Tembus Rp125 Triliun, Tumbuh 34% di 2025

Aset Kustodian BSI Tembus Rp125 Triliun, Tumbuh 34% di 2025

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance