Jakarta – Sebagai bagian dari ekonomi dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terancam tumbuh lebih rendah sebagai akibat dari kecenderungan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2012 yang direvisi ke bawah mencapai 3,8 persen. Dengan proyeksi tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berpotensi turun menjadi 6,3 persen-6,4 persen.
"Ada kecenderungan beberapa lembaga merevisi ke bawah laju pertumbuhan ekonomi dunia, forecast 3,8 persen. Kalau pertumbuhan ekonomi dunia turun dari 4 persen ke 3,8 persen, maka range Indonesia bisa 6,3 persen-6,4 persen," ungkap Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo seusai rapat dengan Komisi XI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (30/11)..
Menurut Perry, penurunan pertumbuhan ekonomi dunia akan berdampak kepada ekspor dan pada akhirnya berdampak kepada penurunan investasi yang berorientasi kepada ekspor. Namun ia melihat investasi yang berorientasi kepada kebutuhan domestik, seperti konstruksi dan transportasi masih terus diminati.
BERITA TERKAIT
Sementara terkait pelemahan nilai tukar, Perry mengungkapkan bahwa hal itu tidak hanya dialami Indonesia tetapi termasuk negara-negara Asia lainnya. Hal tersebut disebabkan dampak krisis ekonomi di Eropa dan AS.
"Amerika anda tahu beberapa rilis indikator ekonomi menunjukkan pertumbuhan ekonomi Amerika tidak sekuat yang diperkirakan. Kemudian resolusi utang pemerintah Amerika yang harus diturunkan 1,5 triliun dollar AS dalam 10 tahun melalui super committee mengalami deadlock, kegagalan," tuturnya.
Sementara di Eropa, peringkat utang sejumlah negara diturunkan, antara lain Portugal, Hungaria, dan Belgia. Bahkan obligasi yang diterbitkan Jerman beberapa waktu lalu tidak terserap semuanya.
Hal-hal seperti itu, menurut Perry, membuat investor global terganggu persepsi resikonya sehingga mereka mencari tempat aman berinvestasi. "Mereka keluar dari berbagai belahan dunia dan membeli berbagai securities, US treasury bill bonds, yang denominasinya dolar AS," ungkapnya.
Otomatis kinerja nilai tukar rupiah menjadi melemah. Namun pelemahan tersebut masih lebih baik dibandingkan mata uang kawasan, seperti ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan won Korea.
BI tetap berkonsentrasi mengintervensi pergerakan rupiah di pasar. Intervensi akan dilakukan dengan menggunakan valuta asing maupun membeli surat berharga negara (SBN). "Cadangan devisa kita untuk itu masih cukup kok," ujar Perry.





.jpg)










