Beberapa bank mulai menawarkan suku bunga KPR di bawah 10 persen. Bank BCA menjadi bank yang paling berani melakukannya dan memaksa sang pemimpin pasar yakni BTN menerapkan strategi yang sama.
Oleh : Lila Intana
Inilah perang yang diinginkan banyak orang terutama nasabah perbankan. Perang suku bunga kredit. Beberapa tahun yang lalu tidak ada yang menyangka bahwa bunga kredit akan bisa menyentuh single digit, karena terlalu lama masyarakat mengalami masa-masa di mana bunga kredit selalu di atas 10 persen.
Tetapi sekarang berterima kasihlah kepada kredit pemilikan rumah (KPR) yang sudah memulai mengenakan suku bunga satu angka, alias di bawah 10 persen. Dan mungkin kita juga harus berterima kasih pada Bank Central Asia (BCA).
Dalam dua tahun terakhir bank itu sudah mulai menawarkan bunga single digit untuk produk KPR. Keberanian bank yang kini dimiliki Kelompok Usaha Djarum itu tentu tidak terlepas dari melimpahnya dana-dana murah yang dikumpulkan.
Tahun lalu, porsi dana murah BCA yaitu dari tabungan dan giro mencapai 77 persen dari total dana pihak ketiga (DPK). Sementara itu Bank Mandiri yang memimpin dalam perolehan DPK di industri perbankan memiliki dana murah dengan porsi sekitar 58 persen.
Dengan posisi pendanaan yang relatih lebih aman inilah, bank yang dahulu dimiliki keluarga Salim berani menawarkan suku bunga KPR di bawah 10 persen. Tahun ini bahkan BCA berani memberikan bunga KPR hingga 7,5 persen yang bisa bertahan hingga dua tahun.
Akan tetapi tidak semua nasabah bisa mendapatkan bunga serendah itu. Bunga sebesar 7,5 persen yang gencar ditawarkan BCA melalui iklan di media elektronik maupun cetak itu hanya bisa diperoleh dengan beberapa syarat. Pertama, BCA tidak menerima take over KPR untuk skenario apapun. Kedua, bunga kredit itu hanya berlaku untuk plafon kredit minimal Rp250 juta dan ketiga pemohon KPR harus sudah menjadi nasabah bank tersebut selama minimal lima tahun.
Meski begitu, apa yang dilakukan BCA sudah cukup membuat bank lain ketar-ketir. Bagaimana tidak, dengan strategi itu, sepanjang tahun lalu bank yang sempat mendapatkan dana rekapitalisasi pada saat krisis 1998 itu berhasil meningkatkan kredit konsumer hingga 28,2 persen. Prestasi itu didorong oleh melonjaknya penyaluran KPR hingga 41,4 persen, yang merupakan peningkatan kredit tertinggi di BCA.
Maka jangan heran jika Bank Tabungan Negara mulai kelabakan menghadapi itu. Maklum bank pelat merah yang selama ini mendominasi KPR itu tidak mau penguasaan pasarnya tergerus.
Pada Januari lalu BTN mengeluarkan keputusan drastis dengan memangkas suku bunga KPR menjadi satu digit. Jika sampai November suku bunga KPR-nya masih di level 11,08 persen, mulai kini nasabah bisa meminta bunga di bawah 10 persen.
Namun sebagaimana BCA, tidak semua nasabah bisa menikmati bunga murah itu. BTN akan memberikan bunga KPR sebesar 9 persen jika kredit yang diminta nasabah berjumlah di atas Rp350 juta. Di sisi lain pengenaan suku bunga 9,75 persen adalah untuk kredit di bawah Rp 350 juta. Suku bunga sebesar itu tak hanya berlaku untuk KPR, namun juga untuk kredit kepemilikan apartemen (KPA). “Untuk merespons pasar dan sebagai momen yang baik di awal tahun 2012 Bank BTN menetapkan tingkat suku bunga kredit barunya,” ujar Direktur Utama BTN Iqbal Latanro.
Menurut dia, keputusan yang dibuat perseroan adalah langkah penting sesuai dengan permintaan regulator agar perbankan segera menurunkan tingkat bunga kreditnya. “Kami ingin kebijakan ini menjadi stimulus bagi bertumbuhnya industri perumahan di Indonesia dan masyarakat dapat memanfaatkannya dengan baik,” kata Iqbal.
Hingga tahun lalu, BTN masih menguasai pasar kredit perumahan dengan porsi 26 persen namun angkanya terus tergerus karena pada 2010 lalu porsinya masih sekitar 27 persen. Walaupun begitu untuk kredit perumahan yang disubsidi pemerintah bank ini masih perkasa dengan menguasai hampir 97 persen pangsa pasar.
Maka dari itu strategi menurunkan bunga diharapkan bisa memperkuat dominasi BTN di pasar kredit rumah. “Mudah-mudahan penurunan suku bunga kredit ini mendapat respons positif dari dunia usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan rumah,” harap Iqbal.
Mengetahui suku bunganya masih kalah dengan BCA, bank yang baru tahun kemarin mencatatkan namanya di Bursa Efek Jakarta ini melontarkan alasan bahwa bagi masyarakat suku bunga bukanlah yang paling penting. “Yang menjadi masalah bagi nasabah saat ini adalah kecepatan pengambilan keputusan dan pelayanan yang cukup baik. Yang sedikit bermasalah adalah kredit berjanga panjang. Kalau kredit modal kerja dan kredit sejenis itu tidak dipersoalkan saat ini,” kata Iqbal.
Kebijakan menetapkan kredit menjadi single digit juga diikuti oleh bank-bank lainnya. Di antaranya adalah Bank Pembangunan Daerah Bali (BPD) Bali sebesar 9,23 persen, Standard Charetered Bank 9,27 persen, dan beberapa bank lainnya.
Turunkan Bunga
Akan tetapi, bank-bank besar seperti BRI, BNI dan Bank Mandiri tampaknya masih bergeming mempertahankan suku bunga KPR di atas 10 persen. Bank BRI misalnya, meski suku bunga KPR-nya sudah turun mencapai 124 bps dari posisi Maret 2011 sebesar 11,49 persen, namun angkanya masih di atas 10 persen yaitu 10,25 persen.
Begitu juga dengan Bank Mandiri. Bank terbesar dalam aset ini masih menetapkan suku bunga kredit KPR nya di atas 10 persen, bahkan di atas 11 persen yakni 11,25 persen per Januari 2012.
Namun bank ini sempat menurunkan bunga KPR menjadi 5,25 persen dan berlaku selama dua tahun. Akan tetapi hal itu hanya dilakukan terbatas, hanya sebagai promosi belaka dan hanya berlaku dari September hingga Desember 2011.
Apa yang dilakukan bank-bank lain yang menurunkan bunga hingga single digit tentu membuat pengelola Bank Mandiri khawatir. Maka dari itu awal tahun ini bank itu sudah mengumumkan rencana akan menurunkan bunga agar pasarnya tidak menyusut.
Perseroan berencana menurunkan suku bunga kredit dengan cara menaikkan porsi dana murah terlebih dahulu. Tahun lalu porsi dana murah perseroan yang terdiri atas tabungan dan giro hampir mencapai 60 persen dari dana pihak ketiga (DPK). Tahun depan, Bank Mandiri akan menaikkan porsi dana murah menjadi berkisar 63-65 persen. “Kami berusaha menurunkan suku bunga kredit pada 2012 paling tidak sama dengan penurunan biaya dana (cost of fund),” jelas Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini.
Strategi itu juga tampaknya akan diikuti koleganya, Bank BNI. Direktur Utama Gatot M Suwondo berjanji akan segera menyesuaikan suku bunga kredit KPR-nya. Namun dia belum bisa memastikan kapan dan berapa besaran penyesuaian bunga KPR yang ditawarkan.
Bank tertua milik negara ini sebetulnya sempat menawarkan bunga kredit yang cukup menggoda yaitu sebesar 7,49 persen fixed selama satu tahun. Sayangnya promo itu hanya berlaku pada akhir tahun lalu. Untuk 2012, masih diberlakukan bunga kredit KPR yang cukup tinggi yakni sebesar 11,80 persen.
Sementara itu bank-bank yang belum mampu menurunkan bunga KPR-nya menjadi setara dengan pesaing-pesaing utama di atas hanya berupaya menyaingi dari sisi layanan. Bank UOB Buana adalah salah satunya dengan mengandalkan layanan KPR Zero persen. KPR ini memberikan kepastian bagi para calon nasabahnya dengan angsuran tetap selama 36 bulan beserta angsuran yang setara bunga 0 persen selama 6 bulan pertama. Angsuran 0 persen ini tentunya membuat nasabah mendapatkan cashback selama 6 bulan pertama. Fasilitas ini diperuntukkan bagi para calon nasabah yang mengambil minimum kredit tenor selama 5 tahun, baik untuk pembelian rumah yang pengembangnya telah bekerja sama dengan pihak bank. SP