Stabilitas.id – Risiko iklim yang kian meningkat di kawasan Asia Tenggara mendorong perusahaan insurtech regional Igloo memperluas solusi perlindungan berbasis teknologi. Langkah ini dilakukan untuk membantu masyarakat menghadapi cuaca ekstrem, banjir, topan, serta musim kemarau berkepanjangan yang semakin sulit diprediksi.
Menurut laporan ASEAN Socio-Cultural Community Trend, kawasan ini menanggung kerugian hingga US$86,5 miliar setiap tahun akibat bencana alam. Namun tingkat penetrasi asuransi di negara-negara ASEAN masih di bawah 10%, menegaskan urgensi perlindungan finansial yang lebih luas bagi masyarakat rentan.
“Kami melihat pasar di kawasan ini menghadapi tantangan iklim yang sama, namun sangat sedikit yang mencari perlindungan asuransi untuk melindungi mata pencaharian dan properti mereka,” ujar Raunak Mehta, Co-Founder dan CEO Igloo, dalam keterangan resminya.
BERITA TERKAIT
Ia menambahkan, Igloo tengah menjalin kemitraan strategis di Indonesia dan sejumlah pasar lain untuk menghadirkan solusi perlindungan iklim yang lebih terjangkau dan mudah diakses. “Dengan kemajuan signifikan yang kami capai di Filipina dan Vietnam, kami berkomitmen memperluas jangkauan asuransi inklusif di seluruh Asia Tenggara,” tambah Mehta.
Perlindungan Bencana di Filipina
Di Filipina, Igloo memperkuat kolaborasinya dengan perusahaan fintech Skyro melalui peluncuran produk asuransi kecelakaan diri yang digabung dengan perlindungan banjir dan kebakaran. Produk ini kini tersedia bagi lebih dari 700.000 nasabah aktif Skyro, memberikan perlindungan penting di musim topan yang berisiko tinggi.
Produk Skyro Personal Accident Value-Add Service (VAS) menawarkan pertanggungan terhadap kecelakaan diri, bencana alam, hingga santunan rawat inap. Nasabah dapat membeli paket ini langsung lewat aplikasi Skyro dengan premi dinamis sesuai skor kredit masing-masing.
“Dengan menghadirkan perlindungan bencana ke dalam layanan keuangan, kami memastikan keluarga tidak harus memulai dari nol setiap kali topan melanda. Mereka memiliki jaring pengaman untuk pulih lebih cepat,” ujar Mehta.
Kompensasi Otomatis untuk Petani di Vietnam
Sementara di Vietnam, Weather Index Insurance (WII) besutan Igloo menunjukkan dampak nyata. Setelah hujan lebat pada Mei lalu yang merendam lebih dari 120 hektare sawah di Provinsi An Giang, sebanyak 39 keluarga petani menerima kompensasi otomatis sehingga dapat kembali menanam pada musim berikutnya.
WII menggunakan data curah hujan satelit NASA untuk menentukan pemicu kompensasi secara objektif. Begitu ambang curah hujan terlampaui, sistem secara otomatis mencairkan klaim tanpa proses verifikasi panjang.
Model berbasis data ini mempercepat pemulihan petani sekaligus meningkatkan transparansi. “Solusi ini berpotensi memberikan manfaat di berbagai pasar Asia Tenggara. Kami berharap lebih banyak mitra mengadopsi model ini demi memperluas dampak dan memperkuat jaring pengaman bagi petani,” ujar Mehta.
Inisiatif regional ini menjadi bagian dari misi Igloo menutup kesenjangan perlindungan di Asia Tenggara. Perusahaan menegaskan rencananya untuk membawa solusi asuransi iklim berbasis teknologi ke Indonesia, dengan fokus pada ketahanan finansial dan pemberdayaan masyarakat.
“Inisiatif-inisiatif ini menyoroti keberhasilan kami di Filipina dan Vietnam. Kami bertekad membawa solusi serupa ke Indonesia sebagai bagian dari komitmen membangun ketahanan iklim melalui asuransi yang inklusif dan mudah diakses,” pungkas Mehta. ***





.jpg)










